Minggu, 15 April 2012

TEORI DEMING UNTUK SMK


Sebuah Aplikasi Teori
TEORI DEMING UNTUK SMK

Oleh:
Dedi Purwadi, Mauren Gitta, Nelly Syarifah, Surya Gunawan, Deden Bhakti

Mahasiswa Pasca Sarjana
Program Studi PTK-UPI

Lembaga pendidikan sebagai sebuah sistem dan subsitem. Sub sistem yang selama ini belum banyak ditangani adalah manajemen/ pengelolaan. Faktor pengelolaan akan sangat menentukan produktivitas dan efektifitas lembaga pendidikan. SMK sebagai salah satu dari lembaga pendidikan dituntut untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Total Quality Management sebagai suatu kiat manajemen yang difokuskan pada perbaikan proses untuk kepuasan pelanggan yang dipandang berhasil di dunia industri seperti Jepang dan Amerika.
Deming (1986) menyatakan bahwa implementasi konsep mutu dalam sebuah organisasi memerlukan perubahan dalam filosofi yang ada di sekitar manajemen. Deming mengusulkan empat belas butir pemikiran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas suatu organisasi juga dalam bidang pendidikan. Keempat belas butir pemikiran tersebut adalah:
1)      Ciptakan Tujuan yang Mantap Demi Perbaikan Produk dan Jasa
Sekolah memerlukan adanya tujuan akhir yang mampu mengarahkan siswa menghadapi masa depan secara mantap. Jangan membuat siswa sekedar memiliki nilai bagus tetapi juga harus mampu membuat siswa memiliki kemauan belajar seumur hidup.

 “...Mencerdaskan kehidupan bangsa...”, adalah salah satu point dalam UUD 1945, yang diimplementasikan pada UU SISDIKNAS NO.20 tahun 2003, dimana tujuan pendidikan nasionala “pendidikan nasional berfungsi mengembangakan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” Salah satu cara untuk menciptakan tujuan itu adalah dengan menetapkan visi dan misi SMK, yang mencerminkan tujuan yang mantap.

2)      Adopsi Filosofi Baru
Siswa berhak mendapatkan pembelajaran yang berkualitas, termasuk didalam adalah metode pembelajaran yang sesuai, serta siswa berhak mendapatkan sarana dan prasana yang memadai guna mencapai tujuan pemebalajaran. Dengan kata lain, mereka tidak lagi sebagai siswa yang pasif dan rela diperlakukan seburuk apapun tanpa dapat berkomentar. Jurusan Akademik  yang bermutu adalah yang dapat memenuhi  kebutuhan dan harapan masyarakat. Kebutuhan masyarakat adalah berkembangnya SDM yang bermutu dan tersedianya informasi,  pengetahuan dan teknologi yang dapat meningkatkan taraf hidup.

3)      Hentikan Ketergantungan pada Inspeksi Masal
Dalam bidang pendidikan, evaluasi yang dilakukan jangan hanya pada saat ulangan umum ataupun ujian akhir, tetapi dilakukan setiap saat selama proses belajar mengajar berlangsung. Selain itu, dalam menetapkan standar uji, maka perlu diperhatikan teoriteori kepemimpinan yang berkembang dalam Total Quality Management dan lainnya, seperti teori sifat, teori lingkungan, teori perilaku, teori humanistik, dan teori kontigensi.
Hal tersebut juga termasuk dalam ketergantungan pada ujian untuk mencapai mutu. Menghapus kebutuhan untuk inspeksi pada suatu dasar massal (ujian0ujian prestasi yang terstandarisasi) dengan menyediakan pengalaman pembelajaran yang dapat menciptakan kinerja yang berkualitas, pengalaman pembelajaran yang dapat memotivasi kreativitas serta eksperimentasi.
Sejalan dengan masalah evaluasi, masalah rekrutmen dalam menentukan pimpinan kependidikan,  beberapa  prosedur “Fit and proper test ” bisa dilakukan dalam pengambilan keputusan :
a.       Melakukan “hearing” didepan tim, yaitu menyampaikan program, visi dan misi apabila terpilih menjadi pimpinan nantinya.
b.      Menjawab pertanyaan lisan dan tertulis yang telah disesain sedemikian rupa. Adapun pertanyaan yang diajukan dapat menyangkut integritas, moral, profesionalisme, intelektualitas, dan keahlian.
c.       Keharusan mengumumkan harta kekayaan dari para calon kepala sekolah sebelum yang bersangkutan menduduki jabatan yang dipercayakan kepadanya. Kebohongan atas kekayaan ini dapat mengakibatkan pemecatan ( impeachmant ).
d.      Harus memahami sistem manajemen yang efektif  dan efisien terhadap lembaga yang akan  dipimpinnya. Termasuk dalam rekruitment karyawan, kesejahteraan, peningkatan kualitas hasil dan kinerja.
e.       Mengemukakan masalah pribadi, seperti apakah calon itu pernah bercerai. Masalah anak bagaimana.  Mengapa sampai terjadi perceraian.  Kemudian menyangkut  masalah kebebasan dari tekanan, intimidasi, teror atau ancaman.
f.       Tim seleksi melakukan  investigasi dan melacak semua kebenaran informasi yang disampaikan lisan maupun tertulis. Apabila calon-calon tersebut tidak dapat memberikan jawaban secara memuaskan, atau setelah melakukan investigasi ternyata terdapat kebohongan-kebohongan, tentu saja yang bersangkutan tidak dapat terpilih sebagai pimpinan.       
                         
4)      Akhiri Kebiasaan Melakukan Hubungan Bisnis Hanya Berdasarkan Biaya
Dalam bidang pendidikan pernyataan di atas terutama dikaitkan dengan biaya pendidikan yang ada hubungannya dengan perbandingan junlah guru dan murid pada satu ruangan/kelas. Kelas besar memang akan membuat sekolah tersebut melakukan penghematan biaya, tetapi mutu yang dihasilkan tidak terjamin dan bukan tidak mungkin terjadi peningkatan biaya di bagian lain pada system tersebut.
Hal ini termasuk kepada bahwa sekolah harus bekerja sama dengan institusi-institusi pendidikan tempat siswa berada. Meminimalkan total biaya pendidikan dengan cara meningkatkan hubungan dengan sumber-bumber siswa dan membantu meningkatkan siswa yang menerima system pendidikan.

5)      Perbaiki Sistem Produksi dan Jasa Secara Konstan dan Terus Menerus
Dalam bidang pendidikan seorang guru harus berpikir secara strategis agar siswa dapat menjalani proses belajar mengajar secara baik, sehinggamemperoleh nilai yang baik pula. Guru jangan hanya berpikir bagaimana siswamendapatkan nilai yang baik.
Perbaikan mutu berkesinambungan adalah ciri manajemen mutu terpadu. Oleh karena itu, sekolah bermutu terpadu dituntut untuk terus mengadakan perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan atau berkesinambungan. Jika perbaikan mutu pendidikan berkesinambungan itu mengacu kepada Siklus Deming (Deming Cycle), maka tahapannya adalah :
a.       Mengadakan riset pelanggan dan menggunakan hasilnya untuk perencanaan produk pendidikan(plan)
b.      Menghasilkan produk pendidikan melalui proses pembelajaran (do)
c.       Memeriksa produk pendidikan melalui evaluasi pendidikan/evaluasi pembelajaran, apakah hasilnya sesuai rencana atau belum (check)
d.      Memasarkan produk pendidikan dan menyerahkan lulusannya kepada orang tua atau masyarakat, pendidikan lajut, pemerintah dan dunia usaha (action)
e.       Menganalisis bagaimana produk tersebut diterima di pasar, baik baik pada pendidikan lajut ataupun di dunia usaha dalam hal kualitas, biaya dan kriteria lainnya (analyze)

6)      Lembagakan Metode Pelatihan yang Modern di Tempat Kerja
Hal ini perlu dilakukan agar terdapat kesamaan dasar pengetahuan bagi semua anggota staf dalam suatu lembaga pendidikan. Setelah itu barulah guru dan administrator mengembangkan keahlian sesuai yang diperlukan bagi peningkatan profesionalitas. Pelatihan bukan saja hanya untuk karyawan, pelatihan juga perlu untuk siswa, guru, staf khusus dan administrator. Misalnya saja pelatihan dalam jabatan.

7)      Lembagakan Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) berbeda dengan pemimpin (leader). Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok dengan maksud mencapai suatu tujuan yang dinginkan bersama. Sedangkan pemimpin adalah seseorang atau sekelompok orang seperti kepala, komandan, ketua dan sebagainya. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan demikian, kepemimpinan itu seyogianya melekat pada diri pemimpin dalam wujud kepribadian ( personality ), kemampuan ( ability ), dan kesanggupan ( capability ), guna mewujudkan kepemimpinan bermutu atau Total Quality Management. Dikatakan bahwa, pemimpin yang efektif menurut konsep TQM adalah pemimpin yang sensitif atau peka terhadap adanya perubahan dan pemimpin yang melakukan pekerjaannya secara terfokus.
Dalam konsep TQM, memimpin berarti menentukan hal-hal yang tepat untuk dikerjakan, menciptakan dinamika organisasi yang dikehendaki agar semua orang memberikan komitmen, bekerja dengan semangat dan antusias untuk mewujudkan hal-hal yang telah ditetapkan. Memimpin berarti juga dapat mengkomunikasikan visi dan prinsip organisasi kepada bawahan. Kegiatan memimpin termasuk kegiatan menciptakan budaya atau kultur positif dan iklim yang harmonis dalam lingkungan lembaga atau organisasi, serta menciptakan tanggung-jawab dan pemberian wewenang dalam pencapaian tujuan bersama Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa, terdapat hubungan positif antara tanggungjawab, wewenang dan kemampuan pemimpin dengan derajat atau tingkat pemberdayaan karyawan dalam suatu lembaga. Secara umum, pada dasarnya terdapat delapan kunci tugas pimpinan untuk melaksanakan komitmen perbaikan kualitas terus menerus, yaitu :
a.       Menetapkan suatu dewan kualitas
b.      Menetapkan kebijaksanaan kualitas
c.       Menetapkan dan menyebarluaskan sasaran kualitas
d.      Memberikan dan menyiapkan sumber-sumber daya
e.       Memberikan dan menyiapkan pendidikan dan pelatihan yang berorien tasi pada pemecahan masalah kualitas
f.       Menetapkan tim perbaikan kualitas yang bertanggungjawab pada manajemen puncak untuk menyelesaikan masalah-masalah kualitas kronis
g.      Merangsang perbaikan kualitas terus menerus
h.      Memberikan pengakuan dan penghargaan atas prestasi dalam perbaikan kualitas terus-menerus

8)      Hilangkan Rasa Takut
Perlu disadari bahwa rasa takut menghambat karyawan untuk mampu mengajukan pertanyaan, melaporkan masalah, atau menyatakan ide padahal itu semua perlu dilakukan untuk menghasilkan kinerja yang maksimum. Oleh karena itu para pelaku pendidikan hendaknya jangan menerapkan system imbalan dan hukuman kepada siswa karena akan menghambat berkembangnya motivasi internal dari siswa masing-masing.
Agar setiap guru dan staf sekolah bekerja secara efektif untuk suatu system sekolah, ciptakan lingkungan sekolah yang memotifasi warga sekolah untuk berbicara dengan bebas dan mengambil resiko.

9)      Pecahkan Hambatan di antara Area Staf
Hambatan antardepartemen fungsional berakibat menurunkan produktivitas. Hambatan ini dapat diatasi dengan mengembangkan kerjasama kelompok. Oleh karena itu para anggota staf harus bekerjasama dan memprioritaskan diri pada peningkatan kualitas. Orang dibagian pengajaran, pendidikan khusus, akuntansi, kantin, administrasi, pengembangan kurikulum dan peneliti harus bekerja sebagai suatu tim. Kembangkan strategi-strategi untuk meningkatkan krjasama diantara kelompok dengan individu. Merencanakan waktu akan memfasilitasi dinamika ini.

10)  Hilangkan Slogan, Nasihat, dan Target untuk Tenaga Kerja
Menghapus slogan, pernyataan, dan target bagi guru dan siswa yang meminta kinerja yang sempurna dan tingkat produktivitas yang baru. Suatu pernyataan dapat menciptakan hubungan perselisihan. Penyebab rendahnya kualitas dan produktivitas termasuk sistemnya ada dibawah kendali guru dan siswa.

11)  Hilangkan Kuota Numerik
Kuota cenderung mendorong orang untuk memfokuskan pada jumlah sering kali dengan mengorbankan mutu. Terlalu banyak menggunakan slogan dan terlalu berpatokan pada target dapat menimbulkan salah arah untuk pengembangan sistem yang baik. Tidak jarang patokan terget akan lebih terfokus pada guru dan siswa daripada sistem secara keseluruhan.
Para tenaga kependidikan bekerja untuk menghapuskan angka dan pengaruh-pengaruh berbahaya dari penilaian terhadap siswa. Berfokuslah pada proses pembelajaran, bukan pada proses penilaian terhadap siswa. Hal ini termasuk menghapus standar-standar pekerjaan (quota) guru dan siswa, misalnya: nilai ujian naik 10%, angka putus sekolah turun 15%. Mengganti kepemimpinan, gerakan terus-menerus untuk mutu, dan pembelajaran yang menyenangkan

12)  Hilangkan Hambatan Terhadap Kebanggaan Diri atas Keberhasilan Kerja
Kebanggaan diri atas hasil kerja yang dicapai perlu dimiliki oleh guru dan siswa. Adanya kebanggaan dalam diri membuat guru dan siswa bertanggungjawab atas tugas dan kewajiban yang disandangnya sehingga mereka dapat menjaga mutu. Selain itu menghilangkan rintangan-rintangan yang merampas siswa, guru dan manajemen dari hak-hak mereka untuk bangga dan menikmati kecekapan kerja. Ini berarti penghapusan dari peringkat tahunan atau peringkat jasa dan dari management bu objective (MBO). Tanggung jawab dari semua pemimpin pendidikan harus berubah dari paradigm kuantitas menjadi paradigm kualitas
  
13)  Lembagakan Program Pendidikan dan Pelatihan yang Kokoh.
Hal ini berlaku bagi para pelaku pendidikan karena memiliki dampak langsung terhadap kualitas belajar siswa. Melembagakan suatu program pendidikan dan perbaikan diri yang kuat bagi setiap orang, serta kemampuan guru dan manajemen sekolah ditingkatkan melalui pendidikan formal untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mereka juga didorong dan difasilitasi untuk meningkatkan kualitas dirinya.

14)  Lakukan Tindakan Nyata/ Contoh Nyata
Manajer harus menjadi”lead manager” bukan “boss manager”. Seorang “lead manager” akan berusaha mengkomunikasikan pandangannya selalu berusaha mengembangkan kerjasama, meluangkan waktu dan tenaga untuk system sehingga dengan adanya contoh nyata, pekerja menyadari cara untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas. Hal ini termasuk dalam menempatkan setiap orang dalam masyarakat untuk bekerja melakukan transformasi. Transformasi merupakan pekerjaan dari setiap stakeholders sekolah. Partisipasi dari setiap stakeholder sekolah harus didorong untuk dikembangkan secara terpadu untuk membudayakan mutu sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar