Kamis, 26 April 2012

KURIKULUM INTEGRAL


KURIKULUM INTEGRAL
SMKN 1 MAJALENGKA – PT. ADM
(PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN)


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PENGEMBANGAN KURIKULUM PTK yang diampuh oleh Prof. Dr. Ashari Djohar


Disusun Oleh :
DEDI PURWADI  NIM. 1103328


BAB I
PENDAHULUAN

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. Kebijakan Pemerintah tentang rasio SMK dan SMU sebesar 70:30 berakibat pada keberadaan SMK hampir di setiap kecamatan di Indonesia. Tugas pemerintah selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan kualitas SMK yang sudah ada.
Salah satu sifat pendidikan kejuruan adalah menuntut adanya kesesuaian kompetensi yang dimiliki lulusan dengan kebutuhan dunia kerja. Kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja diaplikasikan sebagai bahan materi pada pembelajaran di SMK. Kesesuaian kompetensi yang diharapkan oleh dunia kerja didapatkan dengan penyusunan kurikulum yang baik.
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 tentang Kurikulum menyatakan “Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik”. Kurikulum SMK di susun dengan melibatkan berbagai pihak, pihak-pihak tersebut antara lain; Pendidik, Komite Sekolah, dan Masyarakat. Masyarakat disini bisa diartikan berupa Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) sebagai penerima tenaga kerja lulusan SMK.
SMK dengan Program Keahlian Teknik Kendaraaan Ringan dalam proses penyusunan kurikulumnya bisa dilakukan bekerja sama dengan Industri Otomotif. Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Majalengka dalam proses penyusunan kurikulumnya bekerja sama dengan PT. Astra Daihatsu Motor. Hasil dari proses ini menghasilkan Kurikulum Integrade yang dilaksakan pada Kurikulum tahun pelajaran 2011/2012. Tulisan ini berusaha menjelaskan tentang kurikulum Integrade PT. ADM dan SMKN 1 Majalengka.





BAB II
KAJIAN TEORI

KURIKULUM
Pengertian Kurikulum
         Terdapat delapan definisi kurikulum menurut beberapa ahli, yaitu :
  1. Kurikulum adalah kelompok pengajaran yang sistematik atau urutan subjek yang dipersyaratkan untuk lulus atau sertifikasi dalam pelajaran mayor, misalnya kurikulum pelajaran sosial, kurikulum pendidikan fisika (Carter V. Good dalam Oliva, 191:6)
  2. Kurikulum adalah seluruh pengalaman siswa di bawah bimbingan guru ( Hollis L. Caswell and Doak S. Campbell dalam Oliva, 1991:6)
  3. Kurikulum adalah sebagai sebuah perencanaan untuk memperbaiki seperangkat pembelajaran untuk seseorang agar menjadi terdidik (J. Galen Saylor, William M. Alexander, and arthur J. Lewis dalam Oliva 1991:6)
  4. Kurikulum pada umumnya berisi pernyataan tujuan dan tujuan khusus, menunjukkan seleksi dan organisasi konten, mengimplikasikan dan meanifestasikan pola belajar mengajar tertentu, karena tujuan menuntut mereka atau karena organisasi konten mempersyaratkannya. Pada akhirnya, termasuk di dalamnya program evaluasi outcome (Hilda Taba dalam Oliva, 1991:6)
  5. Kurikulum sekolah adalah konten dan proses formal maupun non formal di mana pebelajar memperoleh pengetahuan dan pemahaman, perkembangan skil, perubahan tingkah laku, apresiasi, dan nilai-nilai di bawah bantuan sekolah (Ronald C. Doll dalam Oliva, 1991:7)
  6. Kurikulum adalah rekonstruksi dari pengetahuan dan pengalaman secara sistematik yang dikembangkan sekolah (atau perguruan tinggi), agar dapat pebelajar meningkatkan pengetahuan dan pengalamannnya (Danniel Tanner and Laurel N. Tanner dalam Oliva, 1991:7)
  7. Kurikulum dalam program pendidikan dibagi menjadi empat elemen yaitu program belajar, program pengalaman, program pelayanan, dan kurikulum tersembunyi (Abert I. Oliver dalam Oliva, 1991:7).
  8. Kurikulum mengandung konten (suject matter), pernyataan tujuan (terminal objective), urutan konten, pre-asesmen dari entri skil yang dipersyaratkan pada siswa ketika mulai belajar konten (Roert M. Gagne dalam Oliva, 1991:7).
            Dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan definisi kurikulum adalah sebagai berikut: Kurikulum adalah seperangkat perencanaan pengajaran yang sistematik yang berisi pernyataan tujuan, organisasi konten, organisasi pengalaman belajar, program pelayanan, pola belajar mengajar, dan program evaluasi agar pebelajar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dan perubahan tingkah laku. 

Beberapa Isilah dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum dikenal ada lima istilah, yaitu pengembangan kurikulum (Curriculum development), perbaikan kurikulum (Curriculum improvement), perencanaan kurikulum (Curriculum planning), penerapan kurikulum (curriculum implementation), dan evaluasi kurikulum (curriculum evaluation).
Pengembangan kurikulum dan perbaikan kurikulum merupakan istilah yang mirip tetapi tidak sama. Pengembangan kurikulum merupakan istilah yang lebih komprehensif, di dalamnya termasuk perencanaan, penerapan, dan evaluasi dan berimplikasi pada perubahan dan perbaikan. Sedangkan perbaikan kurikulum sering bersinonim dengan pengembangan kurikulum, walaupun beberapa kasus perubahan dipandang sebagai hasil dari pengembangan.
Perencanaan kurikulum adalah fase pre-eliminer dari pengembangan kurikulum. Pada saat pekerja kurikulum membuat keputusan dan beraksi untuk menetapkan rencana yang akan dilaksanakan oleh guru dan siswa. Jadi perencanaan merupakan fase berfikir atau fase disain.
Penerapan kurikulum adalah menterjemahkan rencana ke dalam tindakan. Pada saat tahap perencanaan kurikulum, terjadi pemilihan pola tertentu organisasi kurikulum atau reorganisasi. Pola-pola tersebut diletakkan dalam tahap penerapan kurikulum.  Cara-cara penyempaian pengalaman belajar, misalnya penggunaan tim pengajaran, diambil dari konteks perencanaan dan dibuat operasional. Penerapan kurikulum juga mentermahkan rencana menjadi tindakan dalam kelas, juga aturan pergantian guru dari pekerja kurikulum menjadi instruktur.
Evaluasi kurikulum merupakan fase terakhir dalam pengembangan kurikulum di mana hasilnya diases dan keberhasilan pebelajar dan program ditentukan. Fase ini akan dibahas lebih rinci pada langkah-langkah pengembangan kurikulum.

Sepuluh Aksioma dalam Pengembangan Kurikulum
            Latar belakang pengembangan kurikulum didasarkan pada sepuluh aksioma yang sudah diyakini kebenarannya dan menjadi argumentasi dan kesimpulan. Aksioma-aksioma tersebut adalah :
  1. Perubahan itu tak terelakkan dan penting karena melalui perubahan bentuk kehidupan tumbuh dan berkembang.
  2. Kurikulum itu sebagai produk dari masyarakat
  3. Perubahan yang terjadi secara bersamaan dan ada perubahan setelah ada kurikulum baru.
  4. Perubahan kurikulum terjadi karena ada perubahan dalam masyarakat.
  5. Perubahan kurikulum merupakan kerja sama semua kelompok.
  6. Perubahan kurikulum merupakan proses pengambilan keputusan.
  7. Perubahan kurikulum bersifat berkelanjutan dan tiada akhir.
  8. Perubahan kurikulum merupakan proses yang komperehensif
  9. Pengembangan kurikulum dilaksanakan secara sistematis.
  10. Pengembangan kurikulum beranjak dari kurikulum yang sudah ada/kurikulum yang sudah ada.

Pendekatan Pengembangan Kurikulum
          Ada dua pendekatan dalam pengembangan kurikulum yaitu berbasis pada kabupaten/kota dan berbasis pada Sekolah. Pada masing-masing pedekatan mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan-kelebihan pada pendekatan yang berbasis pada kabupaten/kota adalah kesamaan antar sekolah dimungkinkan  sehingga memudahkan koordinasi, memudahkan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh pengawas selaku Pembina Sekolah. Sedangkan kelemahan-kelamahan pada pendekatan pengembangan kurikulum berbasis kabupaten/kota adalah tidak menutup kemungkinan belum secara tepat menyentuh perbedaan karakteristik antar Sekolah, juga sangat dimungkinkan tidak memuaskan pelanggan. Pendekatan berbasis pada Sekolah dalam pengembangan kurikulum memiliki kelebihan-kelebihan di antaranya kurikulum disusun sesuai karakteristik Sekolah, dan lebih banyak memberdayakan di level Sekolah. Sedangkan kelemahan-kelemahan pada pendekatan tersebut adalah mempersulit pengawasan dan pembinaan oleh pengawas karena keragamannya, mempersulit mutasi siswa karena perbedaan kurikulum antar Sekolah.

Landasan  Pengembangan Kurikulum
            Terdapat tiga Landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofi, landasan psikologi, dan landasan sosiologi. Masing-masing landasan sangat berperan dalam langkah pengembangan kurikulum.
1.      Landasan Filosofi
             Filsafat pada dasarnya adalah suatu pandangan hidup yang ada pada setiap orang. Dengan kata lain bahwa setiap orang mempunyai filsafat dalam arti pandangan hidup pada dirinya. Berkenaan dengan pendidikan, setiap orang mempunyai pandangan tertentu mengenai pendidikan. Berdasarkan pandangan hidup manusia itulah tujuan kurikulum dirumuskan.
      Terdapat lima aliran filsafat pendidikan, yaitu filsafat perenialisme, essensialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan konstruktivime.  Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
      Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2.      Landasan Psikologi
     Terdapat dua landasan psikologi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi belajar (psychology of learning) dan psikologi perkembangan. Psikologi belajar digunakan sebagai landasan dalam men-screen tujuan pembelajaran umum/standar kompetensi/SK (tentative general objective) yang sudah dirumuskan untuk merumuskan precise education (kompetensi dasar/KD), dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar yang akan dirumuskan dalam kurikulum. Sedangkan psikologi perkembangan lebih berperan dalam pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar, yaitu pada tingkat pendidikan mana atau pada kelas berapa suatu pengalaman belajar tertentu harus diberikan karena harus sesuai dengan perkembangan jiwa anak.  Pada dasarnya  dua landasan psikologi tersebut sangat diperlukan dalam pengebangan kurikulum yaitu pada langkah  merumuskan tujuan pembelajaran, menyeleksi serta mengorganisasi pengalaman belajar.
3.      Landasan Sosiologi
      Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain. Dengan kata lain sosiologi berkaitan dengan aspek sosial atau masyarakat.
          Sosiolologi mempunyai empat perenan yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum. Empat peranan sosiologi tersebut adalah berperan dalam proses penyesuaian nilai-nilai dalam masyarakat, berperan dalam penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat, berperan dalam penyediaan proses sosial, dan berperan dalam memahami keunikan individu, masyarakat dan daerah.
     Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga sumber kurikulum yaitu siswa (student), masyarakat (society), dan konten (content). Sumber siswa lebih menekankan pada kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber masyarakat lebih melihat kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah berhubungan dengan konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat pendidikan yang sesuai. Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan dalam pengembangan kurikulum dalam merumuskan tujuan pembelajaran dengan memperhatikan sumber masyarakat (society source) agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Langkah-Langkah  Pengembangan Kurikulum
            Pegembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar (selection of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman  belajar (organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).
  1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective)
     Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah  memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of student), masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi (sociology),   kemudian di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan  (philosophy of learning) dan psikologi belajar  (psychology of learning), dan tahap terakhir adalah  merumuskan precise education atau kompetensi dasar (KD).  
  1. Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman Belajar   (selection of learning experiences)
            Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar dalam pengembangan kurikulum harus memahami definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar (psychology of learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami siswa sebagai learning activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa; apa yang ia kerjakan adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang dilakukan oleh guru. Dalam merancang dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar juga memperhatikan psikologi belajar.
               Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima prinsip tersebut adalah pertama, pengalaman belajar yang diberikan ditentukan oleh  tujuan yang akan dicapai, kedua, pengalaman belajar harus cukup  sehingga siswa memperoleh kepuasan dari pengadaan berbagai macam perilaku yang diimplakasikan oleh sasaran hasil, ketiga, reaksi yang diinginkan dalam pengalaman belajar memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya (terlibat), keempat, pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama, dan kelima,  pengalaman belajar yang sama akan memberikan berbagai macam keluaran (outcomes).
  1. Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of learning experiences)
     Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan.
a.      Jenis Pengorganisasian Kurikulum
            Pengorganisasian kurikulum terdiri atas beberapa jenis, yakni: (1) Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject curriculum) yang mencakup mata pelajaran terpisah-pisah (separate subject curriculum), dan mata pelajaran gabungan (correlated curriculum). (2) Kurikulum terpadu (integrated curriculum) yang berdasarkan fungsi sosial, masalah, minat, dan kebutuhan, berdasarkan pangalaman anak didik, dan (3) berdasarkan kurikulum inti (core curriculum).
1)     Subject Curriculum
a)     Separate curriculum
           Tujuan dari kurikulum ini untuk mempermudah anak didik mengenal hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia tanpa perlu mencari dan menemukan kembali dari apa yang diperoleh generasi sebelumnya. Sehingga anak didik dapat membekali diri dalam menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya. Dengan  pengetahuan yang sudah dimiliki dan telah tersusun secara logis dan sistematis tidak hanya untuk memperluas pengetahuan tetapi juga untuk untuk memperoleh cara-cara berpikir disiplin tertentu.
            Keuntungan kurikulum ini, antara lain: (1) memberikan pengetahuan berupa hasil pengalaman generasi masa lampau yang dapat digunakan untuk menafsirkan pengalaman seseorang. (2) mempunyai organisasi yang mudah strukturnya. (3) mudah dievaluasi terutama saat ujian nasional akan mempermudah penilaian. (4) merupakan tuntutan dari perguruan tinggi dalam penerimaan mahasiswa baru. (5) memperoleh respon positif karena mudah dipahami oleh guru, orangtua, dan siswa. (6) mengandung logika sesuai dengan disiplin ilmu nya. Kelemahan kurikulum berdasarkan mata pelajaran antara lain: terlalu fragmentasi, mengabaikan bakat dan minat siswa, penyusunan kurikulumnya menjadi tidak efisien, dan mengabaikan masalah sosial.
b)     Corelated curriculum
           Kurikulum ini merupakan modifikasi kurikulum mata pelajaran. Agar pengetahuan anak tidak terlepas-lepas maka perlu diusahakan hubungan antara dua matapelajaran atau lebih yang dapat dipandang sebagai kelompok namun masih mempunyai hubungan yang erat. Sebagai contoh, saat mengajarkan sejarah ada beberapa mata pelajaran yang berkaitan seperti geografi, sosiologi, ekonomi, antropologi, dan psikologi. Dan mata pelajaran yang digabungkan tersebut menjadi ‘broad field’. Namun demikian tidak bisa mengenyampingkan tujuan instruksionalnya atau yang sekarang lebih dikenal dengan kompetensi dasar, prinsip-prinsip umum yang mendasari, teori atau masalah di sekitar yang dapat mewujudkan gabungan itu secara wajar. Dengan menggunakan kurikulum gabungan diharapkan akan mencegah penguasaan bahan yang terlalu banyak sehingga akan menjadi dangkal dan lepas-lepas sehingga pada gilirannya akan mudah dilupakan dan tidak fungsional. Pada praktiknya kurikulum gabungan ini kurang dipahami para guru sehingga walaupun namanya ‘broad-field’ pada hakikatnya tetap separate subject-centered.
2)     Integrated Currikulum
            Kurikulum terpadu mengintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai matapelajaran. Integrasi ini dapat tercapai bila memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan pemecahan dari berbagai didiplin ilmu. Sehingga bahan mata pelajaran dapat difungsikan menjadi alat untuk memecahkan masalah. Dan batas-batas antara mata pelajaran dapat ditiadakan. Pengorganisasian kurikulum terpadu ini lebih banyak pada kerja kelompok dengan memanfaatkan masyarakat dan lingkungan sebagai nara sumber, memperhatikan perbedaan individual, serta melibatkan para siswa dalam perencanaan pelajaran. Selain memperoleh sejumlah pengetahuan secara fungsional, kurikulum ini mengutamakan pada proses belajarnya. Kurikulum ini fleksibel, artinya tidak mengharapkan hasil belajar yang sama dengan siswa yang lain. tanggungjawab pengembangannya ada pada guru, orangtua, dan siswa.
3)     Core Curriculum
            Munculnya kurikulum inti ini adalah atas dasar pemikiran bahwa pendidikan memberikan tekanan kepada dua aspek yang berbeda, yakni: (1) adanya reaksi terhadap mata pelajaran teori yang bercerai-berai yang mengakumulasi bahan dan pengetahuan. (2) Adanya perubahan konsep tentang peranan sosial pendidikan di sekolah.
            Dengan demikian, kurikulum inti memberikan tekanan pada keperluan sosial yang berbeda terutama pada persoalan dan fungsi sosial. Sehingga konsep kurikulum inti bersifat ‘society centered’, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) penekanan pada nilai-nilai sosial, (2) struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial dan per-kehidupan sosial, (3) pelajaran umum diperuntukkan bagi semua siswa, (4) aktivitas direncanakan oleh guru dengan siswa secara kooperatif.
b.      Kriteria  Pengorganisasian  Pengalaman Belajar yang Efektif
          Terdapat tiga kriteria utama dalam mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu kontinuitas (continuity), berurutan (sequence), dan terpadu (integrity). Kriteria kontinuitas mengacu pengulangan elemen kurikulum yang penting pada kelas/level yang berbeda. Artinya pada waktu berikutnya pada kelas/level yang lebih tinggi pengetahuan dan skil yang sama akan diajarkan dan dilatihkan kembali dengan dikembangkan sesuai dengan psikologi belajar dan psikologi perkembangan anak. Kriteria berurutan (sequence) adalah berhubungan dengan kontinuitas tetapi lebih ditekankan kepada bagaimana urutan pengalaman belajar diorganisasi dengan tepat pada kelas/level yang sama. Pengetahuan yang menjadi prasyarat akan disajikan sebelum pengetahuan lain yang memerlukan pengetahuan prasyarat tersebut.  Kriteria terpadu (integrity) artinya mencakup ruang lingkup/scope pengetahuan dan skill yang diberikan kepada siswa, apabila pengetahuan diperoleh dari berbagai sumber, maka  akan dapat saling menghubungkannya, saat menghadapi suatu masalah.
c.       Elemen-elemen yang Diorganisasi
       Elemen-elemen  yang diorganisasi ada tiga yaitu konsep (concept), nilai (values), dan ketrampilan (skill). Konsep adalah berhubungan konten pengalaman belajar yang harus dialami siswa, nilai adalah berhubungan dengan sikap pebelajar baik terhadap dirinya sendiri maupun sikap pebelajar kepada orang lain. Sedangkan ketrampilan dalam hal ini adalah kemampuan menganalisis, mengumpulkan fakta dan data, kemampuan mengorganisasi an menginterpretasi data, ketrampilan mempresentasikan hasil karya, ketrampilan berfikir secara independen, ketrampilan meganalisis argumen, ketrampilan berpartisipasi dalam kelompok kerja, ketrampilan dalam kebiasaan erja yang baik, mampu mengiterpretasi situasi, dan mampu memprediksi konsekuesi dari tujuan kegiatan.
d.      Prinsip-prinsip Pengorganisasian
          Terdapat dua prinsip dalam mengorganisasikan kurikulum sekolah atau pengalaman belajar. Pengorgaisasian kurikulum harus bersifat kronologis (chronological) dan  aplikatif. Kronologis artinya pengalaman belajar harus diorganisasi secara tahap demi tahap sesuai dengan pskologi belajar dan psoikologi perkembangan siswa. Sedangkan aplikatif berarti pengalaman belajar harus benar-benar dapat diterapkan kepada siswa.
  1. Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum
               Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan , sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan keputusan.
              Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset.  Tipe-tipe evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk. Sedagkan tipe-tipe riset adalah aksi, deskripsi, historikal, dan eksperimental. Di sisi lain perencana kurikulum menggunakan evaluasi formatif (proses atau progres) dan evaluasi sumatif (outcome atau produk).
            Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model  Saylor, Alexander, dan Lewis, dan model CIPP yang didisain oleh  Phi Delta Kappa National Study Committee on Evaluation yang diketuai Daniel L. Stufflebeam.
            Menurut model Saylor, Alexander, dan Lewis terdapat lima komponen kurikulum yang dievaluasi, yaitu tujuan (goals, subgoals, dan objectives), program pendidikan secara keseluruhan (the program of education as a totality), segmen khusus dari program pendidikan ( the specific segments of the education program, pembelajaran (instructional), dan program evaluasi (evaluation program). Komponen pertama, ketiga, dan keempat mempunyai konttribusi pada komponen kedua (program pendidikan secara keseluruhan). Pada komponen kelima, program evaluasi, disarankan sangat perlu untuk mengevaluasi evaluasi program itu sendiri, sebab hal ini suatu operasi idependen yang mempunyai implikasi pada proses evaluasi.
                  Pada model CIPP mengkombinasikan tiga langkah utama dalam   proses evaluasi, yaitu penggambaran (delineating), perolehan (obtainin), dan penyediaan (providing); tiga kelas seting perubahan yaitu homeostastis, incrementalisme, dan neomobilisme); dan empat tipe evaluasi (konteks, input, proses, dan produk); serta empat tipe keputusan ( planning, structuring, implementing, dan recycling).
                Evaluator kurikulum yang dipekerjakan oleh sistem sekolah dapat berasal dari dalam maupun dari luar. Banyak evaluasi kurikulum dibebankan pada guru-guru di mana mereka bekerja. Dalam mengevaluasi harus memenuhi empat standar evaluasi yaitu utility, feasibility, propriety, dan accuracy.
               Evaluasi kurikulum merupakan titik kulminasi perbaikan dan pengembangan kurikulum. Evaluasi ditempatkan pada langkah terakhir, evaluasi mengkonotasikan akhir suatu siklus dan awal dari siklus berikutnya. Perbaikan pada siklus berikutnya dibuat berdasarkan hasil evaluasi siklus sebelumnya.
KURIKULUM INTEGRATED
Ada kecenderungan selama ini guru mengemas pengalaman belajar siswa terkotak-kotak dengan tegas antara satu bidang study dengan bidang studi yang lainnya, pembelajaran yang memisahkan penyajian mata pelajaran secara tegas hanya akan membuat kesulitan belajar bagi siswa, karena pemisahan seperti itu hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat artifisial. Sementara itu, disekolah dasar khususnya di kelas-kelas rendah para siswa lebih menghayati pengalaman belajarnya secara totalitas, siswa mengalami kesulitan dengan adanya pemisahan pengalaman belajar seperti tadi. Pengalaman belajar yang artificial ini hanya akan menjauhkan dunia pendidikan dari tujuan riilnya. Pelaksanaan pendidikan yang terkotak kotak hanya akan memunculkan pengalaman yang terkotak pula, yang pada akhirnya akan membawa dunia pendidikan semakin jauh dari akar tujuannya yang sangat menyeluruh. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan tujuan ini hanya akan membawa pada ketidak tercapaianya tujuan itu sendiri.
Pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan yang menyeluruh dan komplek. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 3, yakni pendidikan Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kompleksitas tujuan pendidikan di Indonesia menuntut pelaksanaan yang komplek pula dalam pelaksanaannya. Tujuan pendidikan di Indonesia dapat di golongkan dalam dua aspek, yakni aspek diniawiyah dan aspek akhirat. Dalam pelaksanaanya jika kedua aspek dilaksanakan secara terpisah-pisah maka sudah diketahui secara bersama tujuan kurikulum secara utuh tidak terlaksana sebagaimana sekarang. Kemandirian peserta didik tidak berjalan dengan sikap-sikap demokratis yang bertanggung jawab, kekreatifan tidak berjalan seimbang dengan keluhuran akhlak sebagaimana yang teramanatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Maka dibutuhkan sebuah kurikulum yang bisa menggabungkan seluruh aspek tujuan menjadi satu kesatuan tanpa ada pemisahan-pemisahan baik tujuan maupun dalam pelaksanaannya.Lebih dari itu semua ada beberapa hal yang juga tidak bisa di lepaskan dalam pelaksanaan pendidikan, diantaranya adalah Psikologi belajar. Sesempurna apapun penataan kurikulum, kurikulum hanya akan menjadi teori tanpa praktek jika tanpa memperhatikan keberadaan psikologi belajar siswa sebagai subyek didik.
Sesuai dengan konsep belajar gestalt yang mengutamakan pengetahuan yang dimiliki siswa dimulai dari keseluruhan baru manuju bagian-bagian. Dengan kata lain di mata siswa melihat dirinya sebagai pusat lingkungan yang merupakan keseluruhan yang belum jelas unsur-unsurnya dengan pemaknaan holistik yang berangkat dari yang bersifat konkrit. Pemilihan model atau metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki guru. Sukmadinata menjelaskan bahwa kurikulum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu guru sebagai pendidik harus mempunyai potensi untuk memilih model pembejaran yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik siswa dan tuntutan kurikulum.
Bertitik tolak pada pembahasan kurikulum, maka yang dimaksud kurikulum yaitu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Sejumlah ahli teori kurikulum juga berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi kegiatan-kegiatan yang di rencanakan. Melainkan juga peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah. Jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal. Namun menurut soedijarto. Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh para siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan.
Sedangkan kurikulum terintegrasi merupakan kurikulum yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun secara klasikal aktif menggali dan menemukan konsep dan prinsip-prinsip secara holistik bermakna dan otentik, melalui pertimbangan itu maka berbagai pandangan dan pendapat tentang pembelajaran terintegrasi, tapi semuanya menekankan pada menyampaikan pelajaran yang bermakna dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terintegrasi diharapkan para siswa memperoleh pengetahuan secara menyeluruh dengan cara mengaitkan satu pelajaran dengan pelajaran yang lain. Integrasi sendiri berasal dari kata “integer” yang berarti unit. Dengan integrasi dimaksud perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan keseluruhan.
Pendekatan keterintegrasian merupakan suatu sistem totalitas yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan berinterakasi baik dari komponen dengan komponen maupun antar komponen dengan keseluruhan, dalam rangka mencapai tujuan yang di tentukan sebelumnya. Dengan demikian, pendekatan sistem menitik beratkan pada keseluruhan lalu bagian-bagian dan unsur-unsur dan interaksi antara bagian bagian dengan keseluruhan. Konsep keterintegrasian pada hakikatnya menunjuk pada keseluruhan, kesatuan, kebulatan, kelengkapan, kompleksitas yang ditandai oleh interaksi dan interpendensi antara komponen-komponennya. Ini berarti organisasi kurikulum secara terintegrasi, suatu bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan berbagai bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan (integreted curriculum).
Kurikulum terintegrasi menyediakan kesempatan dan kemungkinan belajar bagi siswa, kesempatan belajar tersebut dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan hal-hal yang berpengaruh, oleh karena itu diperlukan pengaturan, kontrol, bimbingan, agar proses belajar terarah ketercapaian tujuan-tujuan kemampuan yang diharapkan. Kurikulum dirancang dengan sistem keterintegrasian yang mempertimbangkan komponen-komponen masukan, proses dan produk secara seimbang dan setaraf.
Pada komponen masukan kurikulum dititik beratkan pada mata pelajaran logis dan sistematis agar siswa menguasai struktur pengetahuan tertentu. Pada komponen proses, kurikulum dititik beratkan pada pembentukan konsep berfikir dan cara belajar yang diarahkan pada pengembangan peta kognitif. Pada komponen produk, kurikulum dititik beratkan pada pembentukan tingkah laku spesifik. Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam kurikulum secara terpadu. Sehingga tujuan kurikulum tereintegrasi untuk mengembangkan kemampuan yang merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman belajar. Tingkah laku yang diterapkan adalah integrasi atau behavior is the better integreted. Terjadi dikarenakan pengalaman-pengalaman dalam situasi tertentu, bukan karena kecenderungan alami atau kematangan kondisi temporer. Sehingga perubahan tingkah laku bersifat permanen dan bertalian dengan situasi tertentu (Hilgard & bower, 1977:77). Untuk mencapai perubahan-perubahan perilaku, sistem keterintegrasian dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: suasana lapangan (field setting) yang memungkinkan siswa menampilkan kemampuannya di dalam kelas, pengembangan diri sendiri (self development), pengembangan potensi yang dimiliki masing-masing individu (self actualization), proses belajar secara kelompok (social learning), pengulangan dan penguatan (reinforcment), pemecahan masalah-masalah (heuristik learning), dan sikap percaya diri sendiri (self confidence).
Kurikulum berbasis integrasi meliputi berbagai komponen yang saling berkaitan, yaitu sub system masukan yakni siswa, sub system proses yakni metode, materi dan masyarakat, sub system produk yakni lulusan yang dikaitkan komponen evaluasi dan umpan balik, masing-masing komponen saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam rangka untuk mencapai tujuan. Komponen lulusan adalah produk system kurikulum yang memenuhi harapan kuantitas yakni jumlah lulusan sesuai dengan kebutuhan dan harapan kualitas yakni mutu lulusan ditinjau dari beberapa segi tujuan instrinsik dan tujuan ekstrinsik. Tujuan instrisik berorientasi bahwa lulusan diharapakan menjadi insan-insan terdidik, berbudaya dan berakhlakul karimah. Tujuan ekstrinsik berorientasi bahwa lulusan-lulusan sesuai dengan tuntutan pekerjaan, khususnya kompeten dalam pekerjaanya.
Komponen metode terdiri dari program pembelajaran, metode penyajian, bahan dan media pendidikan. Sedangkan komponen materi terdiri dari fasilitas dan sarana dan prasarana. Perlengkapan dan biaya. Komponen ini disediakan dalam jumlah dan kualitas yang memadai dan sebagai unsure penunjang proses pendidikan. Khusus media pendidikan, bagaimana media tersebut menggunakan lingkungan sekolah tempat belajar sehingga menyenangkan situasi belajar siswa.
Komponen evaluasi untuk menilai keberhsilan proses kurikulum dan ketercapaian kurikulum. Evalusi dilaksanakan dalam bentuk evaluasi formatif dsan evaluasi sumatif. Hasil evaluasi memberikan informasi untuk membuat keputusan tentang tingkat produktifitas kurikulum dan derajat performan yang dicapai oleh siswa. Komponen balikan berguna untuk memberikan informasi dalam rangka umpan balik demi perbaikan system kurikulum. Sumber informasi diperoleh dari hasil evaluasi yang tela dilaksanakan sekolah dan lembaga para lulusan bekerja.
Komponen masyarakat merupakan masukan eksternal dalamn bidang sosial dan budaya yang berfungsi sebagai factor penunjang dan turut mewarnai pelaksanaan kurikuklum secara keseluruhan. Kurikulum terintegrasi merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara bebagai mata pelajaran dan menyajikan bahan-bahan dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan demikian, kurikulum integral mengintegrasikan komponenn komponen mata pelajaran sehingga batas-batas mata pelajaran tersebut sudah tidak nampak lagi dikarenakan telah dirumuskan dalam bentuk unit.
Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terintegrasi (integrated curriculum) diantaranya adalah:
1. Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi pancasila
2. Berdasarkan psikologi belajar gestalt
3. Berdasarkan landasan sosiologi dan sosio cultural
4. Berdasarkan minat dan kebutuhan serta tingkat perkembangan peserta didik
5. Ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi yang ada
6. System penyampaiannya dengan menggunakan system pengajaran unit, yakni unit pengalaman dan unit pelajaran
7. Peran guru sama aktifnya dengan peran peserta didik bahkan peran siswa cenderung lebih menonjol dan guru cenderung berperan sebagai pembimbing atau fasilitator.
Keunggulan dan manfaat kurikulum terintegrasi diantaranya adalah:
1. Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat,
2. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar
3. Memungkinkan hubungan yang erat kaitannya antara sekolah dan masyrakat,
4. Sesuai dengan paham demokrtatis
5. Mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan peserta didik.
Untuk melaksanakan bentuk organisasi kurikulum terintgrasi (Integratet Curriculum), Fogarty (1991), memperkenalakan sepuluh model pembelajaran terintegrasi yang dikelompokkan menjadi tiga tipe, ketiga tipe tersebut adalah: pertama, tipe pembelajaran terintegrasi dalam satu disiplin ilmu yakni: Fragmented, Commected dan Nested. Kedua, tipe pembelajaran terintegrasi antar disiplin ilmu yakni: Squanced, Shared, Webbed, Threaded, dan Integrated. Dan ketiga tipe pembelajaran terintegrasi yang mengutamakan keterpaduan faktor peserta didiknya yakni Immersed dan Networked.
Kurikulum terintegrasi yang paling banyak digunakan dilapangan terdiri dari model Konected, Webbed, dan Integrated. Kurikulum ini dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan di tingkat dasar, terutama dalam rangka megimbangi gejala penjajalan kurikulum yang sering terjadi dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.
Integrated curriculum, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Peserta didik dilatih untuk dapa menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistis), bermakna, autentik, aktif. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsure-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif.
Integrated curricuum dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik.dalam pembelajaran terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian. Melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif.
Namun demikian, pelaksanaannya di sekolah pembelajaran sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian masing-masing. Hal ini disebabkan antara lain karena:
·         Kurikulum itu sendiri tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah antar bidang ilmu;
·         Meskipun pembelajaran terpadu bukan merupakan hal yang baru, tetapi para guru di sekolah tidak terbiasa melaksanakannya sehingga “dianggap” sebagai hal yang baru.
Bila kita cermati, pendidikan di Indonesia masih menggunakan “Separated Subjek Curriculum. Dalam kurikulum tipe ini, bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, dimana antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya menjadi terpisah-pisah, terlepas dan tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.

 IMPLEMENTASI KURIKULUM
Implementasi KTSP pada tingkat satuan pendidikan dihadapkan dengan beragam kondisi. Pada awalnya unsur yang ada di sekolah tentunya akan merasakan adanya tantangan dan tuntutan baru disebabkan oleh pengembangan kurikulum tersebut. Dalam implementasinya, tentunya guru diharuskan berpikir mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang dibutuhkan siswa, bagaimana menyusunnya, bagaimana menggunakannya dan beragam pertanyaan lainnya. Tentunya di dalam mengimplementasi KTSP di sekolah, semua unsur dituntut untuk mampu menjembatani antara tuntutan kurikulum dengan upaya yang harus dilakukan agar siswa memiliki kompetensi tanpa melupakan karakteristik yang mereka miliki. Menurut  Mulyasa (2008:178) Implementasi KTSP adalah bagaimana menyampaikan pesan-pesan kurikulum kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing.
Berdasarkan pengertian tersebut, tugas guru dalam implementasi KTSP adalah bagaimana memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar mampu berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang dikemukakan dalam standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang dituangkan ke dalam indikator.
Lebih lanjut Mulyasa (2008:178) menyatakan bahwa implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Berdasarkan definisi tersebut, implementasi KTSP dapat didefinsikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Implementasi kurikulum juga tentunya dapat kita lihat dari sudut pandang upaya untuk mengaktualisasikan kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran. Dengan demikian kegiatan mengimplementasikan kurikulum merupakan suatu proses penerapan konsep, ide, program atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah. Dikemukakannya juga bahwa implementasi kurikulum merupakan proses interaksi antara fasilitator sebagai pengembang kurikulum dan peserta didik sebagai subyek belajar.
Dalam buku Curriculum Corporation (2001:6) dinyatakan bahwa: “Menempatkan kurikulum baru dalam sebuah praktik dalam pembelajaran dapat menjadi sebuah bentuk kesempatan pengembangan bagi guru. Melalui penggunaan kurikulum tertentu dengan siswa, kemudian melaporkan apa yang terjadi dan merefleksikan ide-ide baru dan kegiatan yang baru, maka guru dapat mempelajari pola pembelajaran dirinya dan pola pembelajaran siswa”.
Guru sebagai pengembang kurikulum telah diberikan kebebasan sesuai amanah Permendiknas 24 tahun 2006 untuk mengembangkan kurikulumnya berdasarkan standar minimal yang telah ditentukan dalam bentuk Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Tentunya dalam mengimplementasikan KTSP sebagai sebuah bentuk kurikulum yang bernuansa baru membutuhkan waktu, sumber daya dan komitmen untuk melakukan pembaharuan. Hal ini bukan merupakan hal yang mudah namun harus diupayakan oleh semua guru di sekolah. Memahami uraian di atas dapat dikemukakan bahwa implementasi kurikulum adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Dengan demikian implementasi kurikulum merupakan hasil terjemahan guru terhadap kurikulum yang terdiri dari sekumpulan SK dan KD baik yang berdiri sendiri sebagai satu unik kompetensi maupun yang merupakan kualifikasi kompetensi (dua atau lebih unit kompetensi yang membentuk satu jenis kegiatan pekerjaan di dunia usaha dan dunia industri) yang dijabarkan ke dalam silabus dan RPP sebagai rencana tertulis.
            Implementasi merupakan suatu proses aktualisasi ide, konsep, kebijakan atau inovasi ke dalam bentuk tindakan praktis sehingga berimplikasi pada pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku seseorang. Hal tersebut telah dijelaskan oleh Mulyasa bahwa implementasi “merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindak praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap”. Penjelasan tersebut  dapat dipahami bahwa implementasi merupakan hasil terjemahan dari guru terhadap kurikulum sebagai rancangan tertulis. Terjemahan ini merupakan hasil persepsi, pemahaman, dan interpretasi guru terhadap materi kurikulum yang diaktualisasikan dalam proses pembelajaran.
Implementasi kurikulum merupakan penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya. Implementasi kurikulum juga merupakan aktualisasi suatu rencana atau program kurikulum dalam bentuk pembelajaran.
Miller dan Seller mengemukakan bahwa  “implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktek pembelajaran atau aktivitas-aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan berubah”. Penjelasan tersebut dipahami bahwa implementasi kurikulum dimaksudkan untuk mengupayakan dan mewujudkan kurikulum yang masih bersifat rencana dan tertulis dalam dokumen menjadi aktual atau terealisasikan dengan melakukan serangkaian kegiatan pelaksanaan dalam bentuk proses pembelajaran di kelas atau di sekolah. Sumantri mengemukakan bahwa implementasi kurikulum dalam proses pembelajaran bukan berarti mengikuti secara teratur melainkan mengembangkan kegiatan-kegiatan belajar berdasarkan pengetahuan yang berasal dari hubungan guru dengan peserta didik.
Beauchamp menegaskan bahwa tugas  pertama guru dalam implementasi kurikulum adalah “mempersiapkan lingkungan pembelajaran dengan berbagai cara sehingga kurikulum yang bersangkutan dapat diimplementasikan melalui pengembangan strategi-strategi pembelajaran”. Hal ini berarti bahwa guru merupakan pengembang kurikulum melalui fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengembang kurikulum di kelasnya. Selanjutnya Setyosari juga mengemukakan ada tiga tugas pokok guru yang amat penting dalam implementasi kurikulum yaitu sebagai perancang (designer), pelaksana (executor), dan penilai (evaluator).
Mengenai prosedur pengajaran, sesuai dengan komponen-komponen kurikulum itu sendiri, guru dituntut untuk melakukan kegiatan perumusan tujuan, organisasi materi, menetapkan metode dan alat dan merencanakan penilaian. Perencanaan ini kemudian diwujudkan guru dalam proses pembelajaran peserta didik atau siswa di kelas.
Proses pembelajaran atau pengajaran kelas (classroom teaching) menurut Dunkin dan Biddle bahwa ada empat variabel yang saling berinteraksi yaitu: “variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; variabel konteks (context variables) berupa peserta didik, sekolah atau masyarakat; variabel proses (process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik; variabel produk (product variable) berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang”. Lebih lanjut Dunkin dan Biddle menyatakan bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu: “kompetensi subtansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran, dan kompetensi metodologi pembelajaran.” Artinya bahwa guru tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi diharuskan juga menguasai metode pembelajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu memahami karakteristik peserta didik. Metode pembelajaran yang digunakan sebagai cara yang dapat memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru.
Faktor penentu keberhasilan peserta didik tidak lepas dari peranan guru dalam memberikan kemampuannya secara maksimal sehingga mampu mengahasilkan prestasi yang memuaskan.


SMKN 1 MAJALENGKA
A. Sejarah SMK N 1 Majalengka
Berdirinya SMK Negeri 1 Majalengka tidak terlepas dari sekolah sebelumnya. Pada tahun 1950, pemerintah mendirikan STP (Sekolah Teknik Pertama) Negeri, yaitu jenjang pendidikan setingkat SLTP dengan lama pendidikan 2 tahun. Beberapa tahun kemudian, STN berubah nama menjadi ST (Sekolah Teknik) Negeri.
Pada tahun 1965, ST Negeri berubah ketingkat yang lebih tinggi menjadi STM. Karena suasana perpolitikan yang tidak menentu, pada tahun yang sama STM dibubarkan.
Selanjutnya, dengan peran serta masyarakat yang didukung oleh Pemerintah Daerah, STM berdiri kembali dengan nama STM Negeri Sumedang Kelas Jauh Majalengka. Kurang lebih 12 tahun STM Negeri Sumedang Kelas Jauh Majalengka berjalan dan berubah status menjadi STM Negeri pada tahun 1980, dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 0267/0/1980 pada tanggal 1 Juli 1980. Adapun jurusan yang pertama kali dibuka adalah Teknik Pemesinan dan Teknik Gambar Bangunan dengan kepala sekolah M. Rusdi, B. Sc., sampai tahun 1986.
Pada tahun 1986 sampai dengan tahun 1996, kepemimpinan STM Negeri Majalengka dipimpin oleh Amir Sugandi, BA. dengan penambahan jurusan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik. Setelah itu kepemimpinan STM Negeri Majalengka dipimpin oleh Drs. Adnan (1996-2003), dengan penambahan jurusan yaitu jurusan Teknik Mekanik Otomotif pada tahun 2000 dan dimasa kepemimpinannya pula nama STM Negeri Majalengka berubah menjadi SMK Negeri 2 Majalengka berdasarkan SK Menteti Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 035/0/1997 tentang perubahan nomenklatur SMKTA menjadi SMK, maka terhitung mulai tanggal 01 Desember 1997 nama SMKTA Negeri Majalengka SMK Negeri 2 Majalengka.
Jurusan yang ada di SMK Negeri 2 Majalengka bertambah lagi pada tahun 2006 dengan adanya jurusan Teknik Komputer dan Pengelolaan Jaringan semasa kepemimpinan Drs. Wahyu (2003-2009). Semasa kepemimpinan Drs. Wahyu inipun nama SMK Negeri 2 Majalengka berubah menjadi SMK Negeri 1 Majalengka berdasarkan keputusan Bupati Majalengka nomor 2 tahun 2008.
B.  Profil Pokok Sekolah
1.         Profil Sekolah
            a)         Nomenklatur Sekolah
Nama Sekolah Resmi
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 MAJALENGKA
Nama Pendek
SMKN 1 MAJALENGKA

            b)         Kodefikasi Skolah
Nomor Statistik Sekolah ( NSS )
32 102 16 01 001
Nomor Pokok Sekolah Nasional ( NPSN )
20213853
Nomor Identitas  Ujian Nasional ( ID UN )
02- 21 - 104

            c)         Pendirian Sekolah
SK Pendirian
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor SK
0217/0/1980
Tanggal SK
1 Juli 1980


            d)         Program Studi dan Akreditasi Sekolah
No
Program Studi Keahlian
Kompetensi Keahlian
Status Akreditasi
1
Teknik Bangunan
Teknik Gambar Bangunan
A
2
Teknik Listrik
Teknik Intsalasi Tenaga Listrik
A
3
Teknik Mesin
Teknik Pemesinan
A
4
Teknik Otomotif
Teknik Kendaraan Ringan
A


Teknik Sepeda Motor
-
5
Teknik Komputer
Teknik Komputer dan Jaringan
A


Rekayasa Perangkat Lunak
-

            e)         Alamat Sekolah
Jalan
Tonjong-Pinangraja No. 55
Kelurahan
Cicenang

Lingkungan Lame Jajar, RT.05 / RW.02

Kode Pos 45413
Kecamatan
Cigasong
Kabupaten
Majalengka
Propinsi
Jawa Barat
Nomor Telepon
(0233) 282 913
Faximili
(0233) 282 913
e-mail
smkn1majalengka@yahoo.com
Website
www.smkn1majalengka.com
            f)          Identitas Kepala Sekolah
Nama Lengkap
Drs. Achmad Dardjat, MM
NIP
19550519 1986031003
Tempat Dan Tanggal Lahir
Majalengka, 19  Mei 1955
Pangkat / Golongan
VI/b
Alamat Lengkap
Ds. Genteng Kec. Dawuan Kab. Majalengka
Telepon Rumah / HP
081313141955
SK Pengangkatan Terakhir
Nomor 52 Tahun 2009, Tanggal 23 Pebruari 2009

            g)         Identitas Komite  Sekolah
Nama Ketua
H. Abdul Azis Fauzi, S.Ag
Jumlah Anggota
12  orang
Nomor SK Pengangkatan
421.5/079/SMK.01/Disdik
Tanggal SK Pengangkatan
1 Juli 2009


h)  Lahan
                                     Luas lahan                         :     40.000   m2
                                     Lahan terbangun              :     20.722   m2
                                     Lahan kosong                    :      9.288   m2
                                     Lahan Lap. OR                  :     10.000   m2
i)  Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan
                                    Guru Tetap                         :          98   orang
                                    Guru GBS/Kontrak             :             -   orang
                                    Guru Honorer                    :          27   orang
                                        Jumlah                                 :              125   orang
                                    Pegawai Tetap                   :           5    orang
                                    Pegawai Kontrak                :           -     orang
                                    Pegawai Honorer               :          27   orang
                                    Jumlah                               :          32   orang
                               Jumlah Total                                :         157        orang
2.  Visi, Misi, Kebijakan Mutu dan Sasaran Mutu
    a.   VISI
Menjadi SMK bertaraf internasional tahun 2015
    b.  MISI
1.         Meningkatkan Manajemen Berbasis Sekolah dengan menerapkan sistem manajemen mutu standar ISO 9001:2008.
2.         Meningkatkan profesionalisme layanan pendidikan dan pembelajaran dalam penguasaan dan pembudayaan kompetensi peserta didik.
3.         Membangun peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah dengan dunia kerja dalam dan luar negeri yang saling menguntungkan.
4.         Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan Standar Isi dan Standar Kelulusan yang diperkaya dari kurikulum negara-negara maju yang tergabung dalam OECD.
5.         Mengembangkan Proses proses pembelajaran berdasarkan Standar Proses  Pendidikan yang diperkaya dengan model-model pembelajaran negara-negara OECD
6.         Menciptakan budaya dan lingkungan sekolah kondusif, bebas asap rokok,  narkoba dan bebas kekerasan.
7.         Mengembangkan fasilitas pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum .
8.         Membangun hubungan sister school dengan sekolah-sekolah unggulan di luar negeri  / negara-negara maju anggota OECD untuk mengembangkan kurikulum, pembelajaran dan penilaian pendidikan, serta akreditasi standar lulusan.
9.        Pembelajaran  semua mata pelajaran dengan mengembangkan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneur, jiwa patriot dan jiwa inovator  peserta didik secara terpadu.
10.     Penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa inggris dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran.
11.     Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk e-pembelajaran dan e-administrasi
12.     Menerapkan model anggaran dan pembiayaan yang efesien untuk mencapai berbagai target indikator sekolah bertaraf internasional.
3.    Kebijakan Mutu
“SMKN 1 Majalengka berkomitmen untuk menjadi sekolah unggulan yang berfokus pada kepuasan pelanggan. Kami bertekad untuk menghasilkan lulusan yang cerdas komprehensif dan kompetitif melalui penyelenggaraan layanan pendidikan yang prima berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku dan pemenuhan persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 serta melakukan perbaikan berkelanjutan pada keefektifan sistem manajemen mutu.”
4.     Sasaran Mutu
  1. Mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2008
  2. Terpenuhinya fasilitas pendidikan / pembelajaran > 80 %
  3. Memiliki hubungan kemitraan dengan 30  DU/DI
  4. 90 % mata pelajaran diampu oleh guru yang relevan
  5. Nilai rata-rata mata pelajaran Ujian Nasional > 7.00
  6. 4 mata pelajaran diampu dalam bilingual dan berbasis TIK
  7. 90 %  pemenuhan tata tertib siswa
  8. Lulusan bekerja relevan dengan keahliannya > 10%

5. Struktur Organisasi
Distribusi tanggung jawab dan wewenang yang ada di SMKN 1 Majalengka dapat digambarkan dalam struktur organisasi berikut


6. Prestasi Sekolah
        i.            Prestasi Sekolah
}  Berstatus RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional), mulai tahun 2009
}  Akreditasi A (SNP) untuk KK Teknik Pemesinan, Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Instalasi Tenaga Listrik, dan Teknik Komputer Jaringan, tahun 2007 & 2010
}  Sertifikasi ISO 9001 : 2008 dari PT. TUV Internasional, tahun 2010
}  Wakil dari Kabupaten Majalengka untuk Kategori Sekolah Adiwiyata tahun 2010
}  Perakit proyektor dari Dit PSMK Kemdiknas – PT. Spectrum untuk didistribusikan ke sekolah di wilayah Kabupaten Karawang, Subang, Sumedang, Majalengka, dan Kuningan, Tahun 2010
}  Kampus Pendidikan Vokasional Berkelanjutan oleh Kemdiknas – Seamolec, untuk jurusan Teknik Pemesinan, Teknik Sepeda Motor dan Teknik Komputer Jaringan, mulai tahun 2011
}  ICT Centre Majalengka, Tempat Uji Komperensi (TUK) dan English Test Centre

      ii.            Prestasi Siswa
No
Nama Kejuaraan
Tingkat
Tempat/Waktu
1
Juara II Putra Volly Ball
Wilayah III
Cirebon, Januari 2008
2
Juara I LBBI
Kabupaten
Majalengka, Mar 08
3
Danton Terbaik
Kabupaten
Majalengka, Mar 08
4
Juara I lomba PBB
Kabupaten
Majalengka, Agus 08
5
Juara I LKS Listrik
Kabupaten
Majalengka, Nop 08
6
Juara I LKS gambar
Kabupaten
Majalengka, Nop 08
7
Juara I LKS Mesin
Kabupaten
Majalengka, Nop 08
8
Juara I LKS Las
Kabupaten
Majalengka, Nop 08
9
Juara II LKS B. Inggris
Kabupaten
Majalengka, Nop 08
10
Juara I LKBB
Wilayah III
Cirebon, Des 08
12
Danton Terbaik LKBB
Wilayah III
Cirebon, Des 08
13
Kostum Terbaik LKBB
Wilayah III
Cirebon, Des 08
14
Juara II Karate
Wilayah III
Cirebon, Januari 09
15
Juara II LKS Mesin
Provinsi
Bandung, Pebruari 09
16
Juara III LKS Las
Provinsi
Bandung, Pebruari 09
17
Juara III LKS Volly
Provinsi
Bandung, Pebruari 09
18
Juara Harapan II LKBB
Provinsi
Bandung, Januari 09
19
Kostum terbaik
Provinsi
Bandung, Januari 09
20
Juara Sangga Terbaik III
Provinsi
Sumedang, Maret 09
21
Juara II LJK
Provinsi
Sumedang, Maret 09
22
Juara I Putera Gerak Jln
Kabupaten
Majalengka, maret 09
23
Juara II Putri Gerak Jln
Kabupaten
Majalengka, Maret 09
24
Juara I LKS Mesin
Provinsi
Bandung,2010
25
Juara III LKS Las
Provinsi
Bandung, 2010

Program Studi Keahlian Teknik Otomotif
            SMKN 1 Majalengka memiliki Program Studi Keahlian dengan dua Kompetensi Keahlian yaitu Teknik Kendaraan Ringan dan Teknik Sepeda Motor. Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan
Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan bekerja sama dengan SMK-SMK yang ada di negara maju yang tergabung dalam OECD (Organisation Economic Countries Development) sebagai school sister, seperti : Turki, Inggris, Kanada, New Zealand, Australia, China, dan Korea. Kemudian implementasi kurikulum dalam Kegiatan Belajar Mengajar didukung fasilitas LCD Projektor di tiap kelas, Interaktif WhiteBoard, Hotspot Area dan semua pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Tenaga pengajar terdiri dari lulusan S1 dan S2 dari sekolah terkemuka dengan tambahan diklat tersertifikasi. Untuk tempat Praktik Kerja Industri SMKN 1 Majalengka bekerja sama dengan 150 perusahaan yang berlokasi di dalam dan luar Majalengka.
KTSP INTEGRATED SMKN 1 MAJALENGKA
Kurikulum Dinas Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri atas tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Berdasarkan acuan tersebut, maka SMK Negeri 1 Majalengka menyusun dan mengembangkan kurikulum yang selanjutnya disebut Kurikulum SMK Negeri 1 Majalengka. Kurikulum SMK Negeri 1 Majalengka disusun oleh Tim Pengembang kurikulum yang diketuai langsung oleh Kepala Sekolah. Dokumen kurikulum SMK Negeri 1 Majalengka disusun berdasrkan sistematika dalam petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMK.
Dalam rangka pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan karangka dasar, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan. Sedangkan pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silebus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
Untuk membantu sekolah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Direktorat pembinaan sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar dan Menengah, menerbitkan Pedoman Pengambangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap mata pelajaran, untuk membantu sekolah dan Kabupanten/Kota dalam mengambangkan silabus dan sistem penilaian.
Kurikulum yang dipakai SMKN 1 Majalengka sebelum bekerja sama dengan PT. ADM hanya menggunakan SK/KD yang berasal dari SKKNI (Standar  Kompetensi  Kerja  Nasional Indonesia) Sektor Otomotif,  Sub Sektor  Kendaraan  Ringan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keputusan Menteri Tenaga dan Transmigrasi Republik Indonesia, Nomor : KEP. 116 MEN/VII/2004, Tanggal : 8 Juli  2004.
Standar Kompetensi Kerja tersebut adalah:

Kode Nomor                    Unit  Kompetensi
10        General
1
OTO.KR10.001.03
Melaksanakan Pemeliharaan/Servis Komponen
2
OTO.KR10.002.03
Memasang Sistem Hidrolik
3
OTO.KR10.003.03
Memelihara/Servis Sistem Hidrolik
4
OTO.KR10.004.03
Memperbaiki  Sistem Hidrolik
5
OTO.KR10.005.03
Memelihara/Servis dan Memperbaiki Kompresor Udara dan Komponen-komponennya
6
OTO.KR10.006.03
Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan dengan Panas dan Pemanasan
7
OTO.KR10.007.03
Melaksanakan Teknik Pematrian
8
OTO.KR10.008.03
Mempersiapkan Menggambar Teknik
9
OTO.KR10.009.03
Membacn dan Memahami Gambar Teknik
10
OTO.KR10.010.03
Menggunakan dan Memelihara Alat Ukur
11
OTO.KR10.011.03
Mengeset, Mengoperasikan dan Mengontrol Mesin Khusus
12
OTO.KR10.012.03
Melaksanakan Pekerjaan Permesinan
13
OTO.KR10.013.03
Melaksanakan Pemeriksaan Keamanan/Kelayakan Kendaraan
14
OTO.KR10.014.03
Melaksanakan Prosedur Diagnosa
15
OTO.KR10.015.03
Melaksanakan Diagnosa Pada Sistem yang Kompleks
16
OTO.KR10.016.03
Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja
17
OTO.KR10.017.03
Menggunakan dan Memelihara Peralatan dan Perlengkapan Tempat Kerja
18
OTO.KR10.018.03
Kontribusi Komunikasi di Tempat Kerja
19
OTO.KR10.019.03
Melaksanakan Operasi Penanganan Secara Manual
20
OTO.KR10.020.03
Melatih Kelompok Kecil
21
OTO.KR10.021.03
Merencanakan Pehilaian
22
OTO.KR10.022.03
Melaksanakan Penilaian
23
OTO.KR10.023.03
Mengkaji Ulang Penilaian

20        Engine

1
OTO.KR20.001.03
Memelihara/Servis Engine dan Komponen-komponennya

2
OTO.KR20.002.03
Merperbaiki Engine dan Komponen-komponennya

3
OTO.KR20.003.03
Overhaul Engine dan Komponen-komponennya

4
OTO.KR20.004.03
Merakit Blok Engine dan Kelengkapannya, Pemeriksaan Toleransi dan Pelaksanaan Prosedur Pengujian yang Sesuai

5
OTO.KR20.005.03
Membongkar Blok Engine dan Penilaian Komponen

6
OTO.KR20.006.03
Rebuild Komponen Engine

7
OTO.KR20.007.03
Rekondisi Komponen Engine

8
OTO.KR20.008.03
Merakit Kepala Silinder, Pemeriksaan Toleransi dan Pelaksanaan Prosedur Pengujian yang Sesuai

9
OTO.KR20.009.03
Melepas Kepala Silinder dan Menilai Komponen-komponennya

10
OTO.KR20.010.03
Memelihara/Servis Sistem Pendingin dan Komponen-komponennya

11
OTO.KR20.011.03
Membaiki Sistem Pendingin dan Komponen-komponennya

12
OTO.KR20.012.03
Overhaul Komponen Sistem Pendingin

13
OTO.KR20.013.03
Melaksanakan Perbaikan Radiator

14
OTO.KR20.014.03
Memelihara/Servis Sistem Bahan Bakar Bensin

15
OTO.KR20.015.03
Memperbaiki Komponen/Sistem Bahan Bakar Bensin

16
OTO.KR20.016.03
Overhaul Sistem/Komponen Bahan Bakar Bensin

17
OTO.KR20.017.03
Memelihara/Servis Sistem Injeksi Bahan Bakar Diesel

18
OTO.KR20.018.03
Memperbaiki Sistem/Komponen Bahan Bakar Diesel

19
OTO.KR20.019.03
Overhaul Komponen-komponen Sistem Injeksi Bahan Bakar Diesel

20
OTO.KR20.020.03
Memelihara/Servis Sistem Kontrol Emisi

21
OTO.KR20.021.03
Membuat Sistem Gas Buang (Knalpot) dan Komponen-komponennya

22
OTO.KR20.022.03
Merperbaiki Sistem Gas Buang (Knalpot)

23
OTO.KR20.023.03
Memelihara/Servis dan Perbaikan Engine Turbo

24
OTO.KR20.024.03
Balance Komponen-komponen Engine

25
OTO.KR20.025.03
Membuat Cetak Biru/Blueprinting dari Komponen Mesin

26
OTO.KR20.026.03
Melaksanakan Korter dan Menghaluskan Silinder

27
OTO.KR20.027.03
Melaksanakan Pekerjaan Gerinda dan Penghalusan Permukaan

 

30        Power Train

1
OTO.KR30.001.03
Memelihara/Servis Unit Kopling dan Komponen-komponennya Sisytem Pengoperasian
2
OTO.KR30.002.03
Merperbaiki Kopling dan Komponen-komponennya
3
OTO.KR30.003.03
Overhaul Kopling dan Komponen-komponennya
4
OTO.KR30.004.03
Memelihara/Servis Transmisi Manual
5
OTO.KR30.005.03
Merperbaiki Transmisi Manual
6
OTO.KR30.006.03
Overhaul Transmisi Manual
7
OTO.KR30.007.03
Memelihara/Servis Transmisi Otomatis
8
OTO.KR30.008.03
Memperbaiki Transmisi Otomatis
9
OTO.KR30.009.03
Overhaul Transmisi Otomatis
10
OTO.KR30.010.03
Memelihara/Servis Unit Final Drive/Gardan
11
OTO.KR30.011.03
Memperbaiki Unit Final Drive/Gardan
12
OTO.KR30.012.03
Overhaul Unit Final Drive/Gardan
13
OTO.KR30.013.03
Memelihara/Servis Poros Penggerak Roda
14
OTO.KR30.014.03
Memperrbaiki Poros-poros Penggerak Roda

40        Chasis & Suspension
1
OTO.KR40.001.03
Merakit dan Memasang Sistem Rem dan Komponen-komponennya
2
OTO.KR40.002.03
Memelihara/Servis Sistem Rem
3
OTO.KR40.003.03
Memperbaiki Sistem Rem
4
OTO.KR40.004.03
Overhaul Komponen Sistem Rem
5
OTO.KR40.005.03
Menempelkan Kanvas Rem dan Menggerinda Radius
6
OTO.KR40.006.03
Melaksanakan Perekatan Kanvas Rem
7
OTO.KR40.007.03
Mengerjakan Tromol dan Piringan Rem dengan Mesin
8
OTO.KR40.008.03
Memeriksa Sistem Kemudi
9
OTO.KR40.009.03
Memelihara/Servis Sistem Kemudi
10
OTO.KR40.010.03
Memperbaiki Sistem Kemudi
11
OTO.KR40.011.03
Overhaul Komponen Sistem Kemudi
12
OTO.KR40.012.03
Memeriksa Sistem Suspensi
13
OTO.KR40.013.03
Memperbaiki Sistem Suspensi
14
OTO.KR40.014.03
Memelihara/Servis Sistem Suspensi
15
OTO.KR40.015.03
Melaksanakan Pekerjaan Pelurusan Roda / Spooring
16
OTO.KR40.016.03
Balans Roda/Ban
17
OTO.KR40.017.03
Melepas, Memasang dan Menyetel Roda
18
OTO.KR40.018.03
Memilih Ban dan Pelek Untuk Pemakaian Khusus
19
OTO.KR40.019.03
Membongkar, Memperbaiki dan Memasang Ban Luar dan Dalam
20
OTO.KR40.020.03
Merperbaiki Pelek

50        Electrical
1
OTO.KR50.001.03
Menguji, Memelihara/Servis dan Mengganti Baterai
2
OTO.KR50.002.03
Melakukan Perbaikan Ringan pada Rangkaian/Sistem Kelistrikan
3
OTO.KR50.003.03
Memperbaiki Sistem Kelistrikan
4
OTO.KR50.004.03
Memperbaiki Instrumen dan Sistem Peringatan
5
OTO.KR50.005.03
Overhaul Komponen-komponen Sistem Kelistrikan
6
OTO.KR50.006.03
Memperbaiki Sistem Starter dan Pengisian
7
OTO.KR50.007.03
Memasang, Menguji dan Memperbaiki Sistem Penerangan dan Wiring
8
OTO.KR50.008.03
Memasang, Menguji dan Memperbaiki Sistem Pengaman Kelistrikan dan Komponennya
9
OTO.KR50.009.03
Memasang Perlengkapan Kelistrikan Tambahan (Asesories)
10
OTO.KR50.010.03
Membuat atau Memperbaiki Wiring Harness
11
OTO.KR50.011.03
Memperbaiki Sistem Pengapian
12
OTO.KR50.012.03
Memelihara/Servis dan Memperbaiki Engine Manajemen System
13
OTO.KR50.013.03
Memelihara/Servis dan Memperbaiki Sistem Penggerak Control Elektronik
14
OTO.KR50.014.03
Memelihara/Servis dan Memperbaiki Sistem Kelistrikan Bodi Control Elektronik
15
OTO.KR50.015.03
Memelihara/Servis dan Memperbaiki Sistem Rem Anti-Lock Brake System (ABS)
16
OTO.KR50.016.03
Memasang Sistem A/C (Air Conditioner)
17
OTO.KR50.017.03
Overhaul Komponen Sistem A/C (Air Conditioner)
18
OTO.KR50.018.03
Memperbaiki/Retrofit Sistem A/C (Air Conditioner)
19
OTO.KR50.019.03
Memelihara/Servis Sistem A/C (Air Conditioner)

60        Body & Painting
1
OTO.KR60.001.03
Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pemotongan Termal dan Pemanasan
2
OTO.KR60.002.03
Melaksanakan Pekerjaan Sebelum Perbaikan
3
OTO.KR60.003.03
Memperbaiki Panel-panel Bodi
4
OTO.KR60.004.03
Memperbaiki Kerusakan Kecil
5
OTO.KR60.005.03
Mengganti Panel Utama yang Dilas
6
OTO.KR60.006.03
Melepas dan Memasang Panel-panel Bodi Kendaraan, Bagian-bagian Panel dan Perangkat Tambahannya
7
OTO.KR60.007.03
Melepas dan Penggantian/Pengepasan Pelindung Moulding, Transfer/Gambar-gambar Hiasan, Stiker dan Decal/List, Spoiler
8
OTO.KR60.008.03
Melepas dan Mengganti Rangkaian/Listrik/Unit Elektronik
9
OTO.KR60.009.03
Memasang Komponen Sealer Kendaraan
10
OTO.KR60.010.03
Menggunakan Bahan Untuk Penyelesaian Ulang
11
OTO.KR60.011.03
Melaksanakan Prosedur Masking
12
OTO.KR60.012.03
Mempersiapkan Metal Dasar untuk Penyelesaian Ulang
13
OTO.KR60.013.03
Mempersiapkan Bahan dan Peralatan Pengecatan
14
OTO.KR60.014.03
Aplikasi Teknik Penyesuaian Warna
15
OTO.KR60.015.03
Melaksanakan Perbaikan Cat dan Pekerjaan Perbaikan Kecil (Touch Up)
16
OTO.KR60.016.03
Mempersiapkan Komponen Kendaraan Untuk Perbaikan Pengecatan Kecil (Spot Repair)
17
OTO.KR60.017.03
Persiapan dan Penggunaaan Material Dan Peralatan Untuk Perbaikan Pengecatan Kecil
18
OTO.KR60.018.03
Pelaksanaan Pengkilapan dan Pemolesan
19
OTO.KR60.019.03
Memilih dan Menggunakan Hiasan/Trim Bahan Perekat
20
OTO.KR60.020.03
Memperbaiki Kaca yang Berlapis/Dilaminasi
21
OTO.KR60.021.03
Melepas dan Memasang Lapisan Karet Kaca Depan/Belakang
22
OTO.KR60.022.03
Melepas dan Memasang Kaca Bodi Yang Tetap dan Yang Dapat Digerakkan
23
OTO.KR60.023.03
Mempersiapkan Permukaan Kaca Jendela dan Pemasangan Kaca Film
24
OTO.KR60.024.03
Menentukan Kerusakan Kendaraan dan Merekomendasikan Prosedur Perbaikan
25
OTO.KR60.025.03
Memeriksa Sistem/Komponen Kendaraan serta Menentukan Tindakan Perbaikan yang Lebih Baik
26
OTO.KR60.026.03
Memeriksa Cat dan/atau Hiasan Interior dan/atau Asesoriesnya dan Menentukan Prosedur Perbaikan yang Direkomendasikan
27
OTO.KR60.027.03
Mempersiapkan Ketetapan Perbaikan Tertulis
28
OTO.KR60.028.03
Menentukan Lokasi/Bagian dan Harga Suku cadang/Komponen yang Diganti

Sesuai dengan visi dan misi serta keadaan sarana dan prasarana di Program Studi Keahlian Teknik otomotif, khususnya Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan maka disusunlah SK/KD untuk pembelajaran selama 3 Tahun, yaitu:
SK-KD Kompetensi Kejuruan
Dasar Kompetensi Kejuruan
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1.    Memahami dasar-dasar mesin
1.1      Menjelaskan dasar ilmu statika dan tegangan
1.2      Menerangkan komponen/elemen mesin
1.3     Menerangkan material dan kemampuan proses.
2.    Memahami proses-proses dasar pembentukan logam
2.1      Menjelaskan proses pengecoran
2.2      Menjelaskan proses pembentukan
2.3      Menjelaskan proses pemesinan.
3.    Menjelaskan proses-proses mesin konversi energi
3.1      Menjelaskan konsep motor bakar
3.2      Menjelaskan konsep motor listrik
3.3      Menjelaskan konsep generator listrik
3.4      Menjelaskan konsep pompa fluida
3.5      Menjelaskan konsep kompresor
3.6      Menjelaskan konsep refrigerasi
4.    Menginterpretasikan gambar teknik
4.1      Menjelaskan standar menggambar teknik
4.2      Menggambar perspektif, proyeksi, pandangan dan potongan
4.3      Menjelaskan simbol-simbol kelistrikan
4.4      Membaca wiring diagram
4.5      Menginterpretasikan gambar teknik dan rangkaian.
5.    Menggunakan peralatan dan perlengkapan di tempat kerja
5.1      Merawat peralatan dan perlengkapan perbaikan di tempat kerja.
5.2      Menggunakan peralatan dan perlengkapan perbaikan
5.3      Menggunakan fastener.
6.    Menggunakan alat-alat ukur (measuring tools)
6.1      Mengidentifikasi alat-alat ukur
6.2      Menggunakan alat-alat ukur mekanik
6.3      Menggunakan alat-alat ukur pneumatik
6.4      Menggunakan alat-alat ukur elektrik/elektronik
6.5      Merawat alat-alat ukur.
7.    Menerapkan prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan tempat kerja
7.1      Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
7.2      Melaksanakan prosedur K3
7.3      Mengidentifikasi aspek-aspek keamanan kerja
7.4      Mengontrol kontaminasi
7.5      Mendemonstrasikan pemadaman kebakaran
7.6      Melakukan pengangkatan benda kerja secara manual.
7.7      Menerapkan pekerjaan sesuai dengan SOP.
Kompetensi Kejuruan
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
 1.     Memperbaiki sistem hidrolik dan kompresor udara
1.1      Mengidentifikasi sistem hidraulik
1.2      Memasang sistem hidraulik
1.3      Menguji sistem hidraulik
1.4      Memeliharan sistem hidraulik
1.5      Memelihara kompresor udara dan komponen-komponennya
1.6      Memperbaiki kompresor udara dan komponen-komponennya.
 2.     Melaksanakan prosedur pengelasan, pematrian, pemotongan dengan panas dan pemanasan
2.1      Melaksanakan prosedur pengelasan
2.2      Melaksanakan prosedur pematrian
2.3      Melaksanakan prosedur pemotongan dengan panas
2.4      Melaksanakan prosedur pemanasan.
 3.     Mlakukan overhaul sistem pendingin dan komponen– komponennya
3.1      Memelihara/servis sistem pendingin dan komponennya
3.2      Memperbaiki sistem pendingin dan komponennya
3.3      Melakukan overhaul sistem pendingin dan komponennya.
 4.     Memelihara/servis sistem bahan bakar bensin
4.1      Memelihara komponen sistem bahan bakar bensin
4.2      Memperbaiki komponen sistem bahan bakar bensin.
 5.     Memperbaiki sistem injeksi bahan bakar diesel
5.1      Memelihara/servis sistem dan komponen injeksi bahan bakar diesel
5.2      Memperbaiki komponen injeksi bahan bakar diesel
5.3      Mengkalibrasi Pompa Injeksi.
 6.     Memeliharaan/servis engine dan komponen-komponen-nya
6.1      Mengidentifikasi komponen-komponen Utama engine
6.2      Mengidentifikasi komponen-komponen engine
6.3      Memelihara/servis engine dan komponen-komponennya (engine tune up)
6.4      Melaksanaan pemeliharaan/servis komponen
6.5      Menggunakan pelumas/cairan pembersih.
 7.     Memperbaiki unit kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasian
7.1      Memelihara/servis unit kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasian
7.2      Memperbaiki sistem kopling dan komponennya
7.3      Mengoverhaul sistem kopling dan komponennya.
 8.     Memelihara transmisi
8.1      Mengidentifikasi transmisi manual dan komponen-komponennya
8.2      Mengidentifikasi transmisi otomatis dan komponen-komponennya
8.3      Memelihara transmisi manual dan komponen-komponennya
8.4      Memelihara transmisi otomatis dan komponen-komponennya.
 9.     Memelihara unit final drive/gardan
9.1      Mengidentifikasi unit final drive; penggerak roda depan, belakang dan Four Wheel drive
9.2      Memelihara unit final drive penggerak roda depan
9.3      Memelihara unit final drive penggerak roda belakang
9.4      Memelihara unit final drive penggerak empat roda.
  10.     Memperbaiki poros penggerak roda
10.1       Memelihara/servis poros penggerak roda/drive shaft dan komponen-komponennya
10.2       Memperbaiki poros penggerak roda/drive shaft dan komponen-komponennya.
  11.     Memperbaiki roda dan ban
11.1       Mengidentifikasi konstrusksi roda dan ban serta sistem pemasangan
11.2       Memeriksa roda
11.3       Memasang ulang roda
11.4       Memeriksa ban
11.5       Memasang ulang ban
11.6       Membalans roda dan ban.
  12.     Memperbaiki sistem rem
12.1       Memelihara sistem rem dan komponennya
12.2       Memperbaiki sistem rem dan komponennya
12.3       Melakukan overhaul sistem rem.
  13.     Memperbaiki sistem kemudi
13.1       Mengidentifikasi berbagai jenis sistem kemudi
13.2       Memeriksa kondisi sistem/komponen kemudi
13.3       Memperbaiki berbagai jenis sistem kemudi.
  14.     Memperbaiki sistem suspensi
14.1       Memeriksa sistem suspensi dan komponen-komponenya
14.2       Merawat sistem suspensi dan komponen-komponennya
14.3       Memperbaiki sistem suspensi dan komponen-komponennya.
  15.     Memelihara baterai
15.1       Menguji baterai
15.2       Memperbaiki baterai
15.3       Merawat baterai
15.4       Menjumper baterai.
  16.     Memperbaiki kerusakan ringan pada rangkaian/ sistem kelistrikan, pengaman dan kelengkapan tambahan
16.1       Mengidentifikasi kesalahan sistem/komponen kelistrikan dan pengaman
16.2       Memasang sistem pengaman kelistrikan
16.3       Memperbaiki sistem pengaman kelistrikan dan komponennya
16.4       Memasang sistem penerangan dan wiring kelistrikan
16.5       Menguji sistem kelistrikan dan penerangan
16.6       Memperbaiki wiring kelistrikan dan penerangan
16.7       Memasang perlengkapan kelistrikan tambahan.
  17.     Memperbaiki sistem pengapian
17.1       Mengidentifikasi sistem pengapian dan komponennya
17.2       Memperbaiki sistem pengapian dan komponennya.
  18.     Memperbaiki sistim starter dan pengisian
18.1       Mengidentifikasi sistem starter
18.2       Mengidentifikasi sistem pengisian
18.3       Memperbaiki sistem starter dan komponen-komponennya
18.4       Memperbaiki sistem pengisian dan komponen-komponennya.
  19.     Memelihara/servis sistem AC (Air Conditioner)
19.1       Mengidentifikasi sistem AC dan komponennya
19.2       Melakukan servis sistem AC dan komponennya.

PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR INDONESIA
Manajemen Industri Astra Daihatsu Motor berpikiran bahwa selama ini lulusan SMK yang kerja di pabrik ADM perlu penyesuaian dan training selama satu tahun untuk menjadi mekanik level satu. Dengan adanya kurikulum yang sinergis antara Industri dan SMK diharapkan lulusan SMK bisa langsung menjadi mekanik level satu yang dapat kerja di pabrik ADM maupun di tempat lain.
            Salah satu program PT. ADM adalah “Pintar bersama Daihatsu” . Program ini terdiri dari beberapa kelompok, yaitu; Program pelatihan guru-guru, bantuan alat/bahan praktek SMK dan kerjasama dalam penyusunan kurikulum Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan.
Para guru sekolah juga mendapatkan pelatihan khusus di Daihatsu untuk lebih mengetahui teknologi terbaru langsung di pabrik milik ADM. Pelatihan dilaksanakan di Training Center PT. ADM, Balai Diklat Provinsi (Kerja Sama), maupun di sekolah-sekolah SMK yang menjalin kerjasama dengan  PT. ADM.
Sejak tahun 2005 pihak PT. ADM telah memberikan bantuan sebanyak 162 unit mesin Daihatsu ke sejumlah SMK di Jawa dan Bali untuk menunjang praktik belajar mengajar. Program ini diharapkan dapat mensosialisasikan produk-produk Daihatsu agar semakin familiar dengan masyarakat.
Program kerjasama dalam pengembangan kurikulum SMK menghasilkan Kurikulum Integrated sebagai solusi adanya kekurang sesuaian antara kompetensi lulusan dan kebutuhan dunia kerja khususnya PT. ADM dan Industri Otomotif pada umumnya.  Setiap tahun PT. ADM memerlukan banyak lulusan SMK, sehingga dengan kurikulum yang sesuai maka industri juga akan dimudahkan dalam menyediakan Sumber Daya Manusia untuk produk produksi dan servisnya.

Kurikulum Pendidikan pada mekanik PT. ADM
Pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan untuk mekanik pada PT.ADM beracuan pada Standar of Level Technician yang berlaku di seluruh dunia. Standar tersebut adalah:

Standar Level of Technician



Untuk memetakan Kompetensi mekanik pada PT.ADM dilakukan leveling atau ujian untuk mendapatkan sertifikasi, proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses Sertifikasi Mekanik
Kompetensi yang ada di ada pada Daihatsu International meliputi 3 Level, Level tersebut memiliki beberapa komtensi berikut ini:
Level Technician
1) Basic service staff knowledge
2) Training for Periodic Maintenance
3) Fundamental of automobile
Level Pro-Technician
1) Frequent service procedure 
2) Basic skill of overhaul and inspection knowledge
3) Training for overhaul of engine, power train and/or electrical
4) Common knowledge of overhaul and inspection
Level Diagnosis Technician
Knowledge of mechanisms and operations of components and system problems
 - Engine, Chassis, Electrical -

KURIKULUM INTEGRATED SMKN 1 MAJALENGKA – PT. ADM
Setelah diadakan pertemuan antara pihak Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Majalengka dan PT. ADM maka disusunlah kurikulum Integrated. Kurikulum ini mencoba mengimplementasikan Kurikulum yang ada pada Pendidikan dan Pelatihan Mekanik PT. ADM ke dalam proses pembelajaran Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Majalengka. Target dari proses pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan sehingga nantinya standar lulusan SMKN 1 Majalengka sudah setara dengan Level Daihatsu Tehnician.
Program Penyusunan Kurikulum Integrated


Implementasi Kurikulum industry pada SMK

Materi yang diberikan selama tiga tahun pada proses pembelajaran di SMK meliputi 3 Level Kompetensi. Pada saat peserta didik berada pada tingkat 10, maka level kompetensi yang diberikan adalah Standar Kompetensi Daihatsu Technician. Materi ini dipecahkan dalam 5 bagian besar yaitu; 7 Komperensi General, 1 Kompetensi Engine, 1 Kompetnsi Power Train, 2 Kompetensi Chasis dan Suspensi serta 1 Kompetensi mengenai electrical. Kompetensi tambahan yang terdapat pada SKKNI adalah peserta didik kelas 10  harus dapat melaksanakan Periodic maintenance 10.000 KM pada kendaraan ringan.

Waktu Pelatihan Kurikulum Berdasarkan Integrated

Pada saat peserta didik berada pada tingkat 11, maka level kompetensi yang diberikan adalah Standar Kompetensi Daihatsu Pro-Technician. Materi ini dipecahkan dalam 5 bagian besar yaitu; 0 Komperensi General, 2 Kompetensi Engine, 2 Kompetnsi Power Train, 2 Kompetensi Chasis dan Suspensi serta 2 Kompetensi mengenai electrical. Kompetensi tambahan yang terdapat pada SKKNI adalah peserta didik kelas 11  harus dapat melaksanakan Periodic maintenance 20.000 KM pada kendaraan ringan.
Alokasi Waktu Pembelajaran
Pada saat peserta didik berada pada tingkat 12, maka level kompetensi yang diberikan adalah Standar Kompetensi Daihatsu Diagnosttic. Materi ini dipecahkan dalam 5 bagian besar yaitu; 0 Komperensi General, 1 Kompetensi Engine, 2 Kompetnsi Power Train, 1 Kompetensi Chasis dan Suspensi serta 1 Kompetensi mengenai electrical. Kompetensi tambahan yang terdapat pada SKKNI adalah peserta didik kelas 12  harus dapat melaksanakan Periodic maintenance 40.000 KM pada kendaraan ringan.

Pengembangan Kurikulum secara berkesinambungan

Proses pengembangan kurikulum dilakukan secara berkesinambungan dan secara terus menerus. Proses pengembangan kurikulum meliputi proses perencanaan, proses impelemetasi, proses evaluasi dan proses penyusunan kurikulum yang baru dengan kualitas yang lebih baik. Apabila hal ini dilakukan secara berkesinambungan maka kurikulum yang ada akan sesuai dengan kebutuhan DU/DI dengan dukungan SDM dan sarana prasarana yang memadai.

BAB III
PEMBAHASAN

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga yang berpotensi untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang dapat dengan mudah terserap oleh dunia kerja, karena materi baik teori dan praktek yang bersifat aplikatif telah diberikan sejak dini, dengan harapan lulusan SMK memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Akan tetapi, hanya 60 % dari lulusan SMK yang dapat terserap lapangan kerja (hf, 2006 : 1), lebih dilematis lagi ketika 60 % dari lulusan SMK tersebut tidak semuanya bekerja sesuai dengan jurusan yang ditekuni semasa SMK. Melihat dari fenomena ini, tentunya terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, diantaranya adalah kurangnya kesiapan kerja dari lulusan SMK, belum adanya link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan dunia kerja, tidak teridentifikasinya kebutuhan dunia kerja oleh SMK, dan lain sebagainya.
Tidak teridentifikasinya kebutuhan dunia kerja oleh SMK akan sangat berpengaruh terhadap daya serap lulusan SMK di dunia kerja, karena dunia kerja hanya akan mempekerjakan seseorang yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja itu sendiri. Dengan demikian, SMK diharapkan dapat mengidentifikasi kebutuhan dunia kerja serta mengaplikasikan kebutuhan tersebut pada materi yang diberikan kepada peserta didiknya. Untuk mengidentifikasi kebutuhan dunia kerja, diperlukan komunikasi yang lebih jauh antara pihak SMK dengan dunia kerja.
Dalam menerima dan mempekerjakan calon karyawannya, dunia kerja tidak hanya melihat dari lembaga apa pelamar kerja memperoleh pendidikannya, masih banyak hal lain yang mempengaruhi diterima atau tidaknya seorang pelamar kerja, antara lain dari segi personalnya. Segi personal ini merupakan kemampuan yang ada di dalam diri seseorang dengan memperhatikan kesiapan serta kompetensi kerja suatu lulusan SMK (Zuli Astuti, 2007 : 1-2).
Kompetensi kerja sangat dibutuhkan dan penting artinya dalam memperoleh pekerjaan, karena siswa SMK dituntut untuk mempunyai skill yang diperlukan dalam suatu pekerjaan baik berupa hard skill maupun soft skill. Saat ini stakeholder lebih cenderung melihat calon pekerja dari soft skill, tentunya dengan tidak mengesampingkan hard skill yang merupakan kemampuan yang sifatnya keterampilan. Perlu diperhatikan, bahwa saat ini masih sedikit siswa SMK yang mempunyai kesiapan kerja dan belum mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh stakeholder, sehingga ketika lulus siswa SMK akan kesulitan dalam memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi yang diperoleh siswa SMK tentang dunia kerja yang sesungguhnya.
Tidak jauh berbeda dengan hal tersebut, siswa lulusan SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif memiliki kendala yang sama dalam memperoleh pekerjaan. Lulusan SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif biasanya hanya bekerja secara tidak tetap (serabutan) dan tidak pada bidangnya, padahal tuntutan dari lulusan ini adalah menjadi tenaga kerja profesional di bidang otomotif.
Peran serta SMK khususnya Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif dalam membaca dan memahami kebutuhan dunia industri terhadap tenaga kerja sangat diharapkan, tidak hanya untuk menunjang proses belajar mengajar yang berlangsung di SMK tersebut, tetapi juga membantu lulusan SMK untuk lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan sesuai dengan program keahliannya. Hal ini tentunya merupakan tantangan tidak hanya bagi SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif, tetapi juga bagi dunia pendidikan untuk dapat mempersiapkan lulusannya menjadi seorang tenaga kerja yang profesional di bidangnya.
Peluang kerja di bidang otomotif sebenarnya sangat besar, mengingat semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan, sehingga produksi otomotifpun semakin meningkat yang tentunya membuka peluang kerja di bidang otomotif (Anonim, 2007 : 1). Dengan meningkatnya peluang kerja di bidang otomotif, maka perkembangan pendidikan di bidang otomotif akan ikut terdorong.
"Kompetensi bidang teknologi otomotif menjadi suatu kebutuhan mendasar untuk memperoleh pekerjaan. Namun, belum dapat terpenuhi oleh lembaga pendidikan yang ada secara proporsional," jelas Ketua Program Studi Otomotif Universitas Nasional (Unas) Jakarta Prof Dr Ir Gimbal Doloksaribu, MM. (Anonim, 2007 : 1)
Walaupun peluang untuk bekerja di dunia otomotif cukup besar, akan tetapi kompetensi kerja para lulusan masih dipertanyakan, karena mereka belum banyak mengetahui hal-hal apa saja yang perlu disiapkan untuk dapat bekerja secara profesional di bidang otomotif. Oleh sebab itu, dengan adanya tantangan tersebut diharapkan siswa SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif mempunyai kompetensi dan nilai lebih sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitasnya sebagai calon tenaga kerja profesional di bidang otomotif.
Stakeholder dalam hal ini dunia kerja otomotif khususnya bengkel mempunyai tuntutan tersendiri dalam melihat dan menilai kemampuan dari calon tenaga kerja yang akan direkrut. Adanya kesenjangan yang terjadi antara tuntutan kemampuan kerja yang ditetapakan industri dengan materi yang diberlakukan di SMK, mengharuskan upaya relevansi dari kedua belah pihak untuk menjembatani perbedaan tersebut. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meminta pendapat pihak industri tentang materi apa saja yang perlu diberikan SMK kepada siswa sebagai calon tenaga kerja. Disamping itu, perlu dilakukan proses evaluasi terhadap materi kurikulum SMK untuk menjawab kebutuhan dunia kerja. Pelaksanaan proses relevansi dan evaluasi meteri dalam kurikulum akan membantu SMK sebagai lembaga yang menyiapkan calon tenaga kerja profesional.
Integrated curriculum merupakan suatu solusi masalah-masalah diatas dengan melakukan usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Implementasi integrated curriculum dengan meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran unit atau keseluruhan. Integrasi mata pelajaran dilakukan dengan memusatkan pelajaran pada masalah atau tema tertentu. Kurikulum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, baik melalui kerja individu maupun kelompok. Integrated curriculum mempunyai beberapa ciri yang antara lain yaitu: Unit merupakan satu kesatuan dari seluruh bahan pelajaran, unit didasarkan pada kebutuhan anak baik yang bersifat pribadi maupun sosial, baik yang menyangkut kejasmanian maupun kerohanian. Dalam unit anak dihadapkan pada berbagai situasi yang mengandung permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Unit mempergunakan dorongan-dorongan sewajarnya pada diri anak dengan melandaskan diri pada teori belajar, anak diberi kesempatan melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan minatnya dan integrated curriculum sangat fleksibel dalam pelaksanaanya. Selain ciri-ciri tersebut, menurut A. Hamid Syarif dalam bukunya “Pengembangan Kurikulum”, integrated curriculum merupakan kurikulum yang berlandaskan filsafat pendidikan demokratis, berdasarkan sosiologis, cultural, dan berdasarkan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan serta pertumbuhan siswa. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran terpadu, masyarakat dan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar, guru, orang tua dan anak didikmerupakan komponen-komponen yang bertanggung jawab dalam proses pengembangannya. Kurukulum terpadu juga mementingkan aspek-aspek psikologis yang berpengaruh terhadap integrasi pribadi individu dan lingkungan.
Materi kurikulum yang diberikan SMK harus memperhatikan tuntutan kompetensi kerja yang ada pada dunia kerja. Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan mendatangkan wakil dunia kerja untuk mengevaluasi isi kurikulum yang diterapkan di SMK.
Kurikulum terpadu disebut juga “Integrated Curriculum”. Secara istilah, integrasi memiliki sinonim dengan perpaduan, penyatuan, atau penggabungan dari dua objek atau lebih (Wedawaty, 1990: 26). Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Poerwadarminta (1997: 326), integrasi adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh. Dalam integrated curriculum, pelajaran dipusatkan pada suatu permasalahan atu topic tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topic tertentu. Apa yang disajikan di sekolah, disesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah. Pelajaran di sekolah membantu siswa dalam menghadapi berbagai persoalan di luar sekolah. Biasanya bentuk kurikulum semacam ini dilaksanakan melalui pelajaran unit, di mana suatu unit mempunyai tujuan yang mengandung makan bagi siswa yang dituangkan dalam bentuk masalah. Untuk pemecahan masalah, anak diarahkan untuk melakukan kegiatan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Pada skala praktis, Integrated Curriculum memiliki beberapa kelebihan dan manfaat, antara lain:
·         Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat;
·         Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar mengajar;
·         Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat;
·         Sesuai dengan ide demokrasi, di mana siswa dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri, dan memikul tanggung jawab bersama dalam kelompok;
·         Penyajian bahan disesuaikan dengan kesanggupan (kemampuan) individu, minat, dan kematangan siswa, baik secara individu maupun seccara kelompok (Nurdin, S., dan Usman, B.M., 2003: 49-50).
Integrated Curriculum juga memiliki kelemahan, yaitu:
·         Guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini;
·         Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis;
·         Terlalu memberatkan tugas-tugas guru, karena bahan pelajaran yang mungkin berubah setiap tahun sehingga mengubah pokok-pokok permasalahan dan juga isi (materi);
·         Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum;
·         Siswa dianggap tidak mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum;
·         Sarana dan prasarana yang kurang memadai yang seharusnya dapat menunjang pelaksanaan kurikulum tersebut (Nurdin, S., dan Usman, B.M., 2003: 50).


BAB IV
KESIMPULAN

1.      Latar belakang dari penyusunan Kurikulum Integrated SMKN 1 Majalengka  dan PT.  ADM adalah karena kompensi yang diberikan di sekolah tidak sesuai dengan kebutuhan DU/Di sehingga tamatan SMK belum memenuhi kompetensi yang disyaratkan oleh DU/DI.
2.      SMKN 1 Majalengka dan PT. ADM bekerja sama menghadapi issue utama dalam dunia kerja saat ini adalah DU.DI membutuhkan pasokan SDM yang qualified dari lembaga pendidikan, angkatan kerja yang ada belum memenuhi kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja sesuai dengan standar Level International, DU/DI kini dimungkinkan menyerap tenaga kerja asing WTO.
3.      Kurikulum Integrated dikembangkan dari SKKNI yang sudah di buat oleh Pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan ditambah dengan Standar Kompetensi dari PT. ADM.
4.      Kompetensi yang diutamakan dalam kurikulum integral adalah kepada Periodic servis baik 10.000, 20.000, 40.000 KM. Kompetensi ini adalah gabungan dari beberapa kompetensi yang dibentuk dari beberapa bagian besar kompetensi, yaitu; General, Engine, Power Train, Chasis dan Suspensi serta Electrical.
5.      Target dari penyusunan kurikulum ini adalah lulusan SMK sudah memiliki kompetensi dengan level Daihatsu Technician. Sehingga nantinya Daihatsu bisa me-reduce biaya dan waktu pelatihan mekanik. Mekanik tidak perlu lagi mengikuti pelatihan level Technician, tetapi langsung mengikuti pelatihan Pro-Technician dan Diagnostic.
6.      Pengembangan kurikulum integral harus dilakukan secara berkesinambungan agar tujuan kesesuaian antara kebutuhan DU/DI dan kompetensi lulusan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2009). “Kurikulum Integrated”. PT. Astra Daihatsu Motor,  Jakarta
Anonim (2003). Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Charter V. Good (1971) Essencial of Education research: Methodology and Design, New York, Appleton Century
Hamalik, Oemar (2005) Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta, Bumi Aksara
Majid, Abdul (2006) Perencanaan Pembelajaran, Bandung
Mulyasa E. (2008). Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan: kemandirian guru dan kepala sekolah. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar