Selasa, 17 April 2012

Renungan Pagi Princess: GORESAN PENA KEHIDUPAN AYAH


SEBUAH GORESAN PENA KEHIDUPAN AYAH


Seperti biasa Ade, Pimpinan produksi Sebuah perusahaan automotif terkemuka di Jakarta , tiba dirumahnya pada pukul 9 malam. tidak seperti biasanya, Annisa, putri pertamanya yang baru duduk dikelas 3 SD membukakan pintu untuknya.
Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama "kok, belum tidur?" sapa Ade sambil mencium anaknya. biasanya Annisa memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika akan berangkat kantor pagi hari. sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Annisa berucap "aku nunggu Ayah pulang, sebab Annisa mau nanya..berapa sih gaji ayah?"

"Lho tumben, kok nanya gaji Ayah? mau minta uang lagi, ya?" "ah..enggak pengen tau aja" ucap Annisa singkat."OK..kamu boleh hitung sendiri, setiap hari ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.500.000,- setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.

Sabtu minggu libur, kadang Sabtu Ayah masih lembur. jadi gaji Ayah dalam 1 bulan berapa hayooo? "Annisa berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. ketika Ade beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Annisa berlari mengikutinya. "kalo satu hari Ayah dibayar Rp.500.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp.50.000,- dong" katanya. "wah, pinter kamu. sudah sekarang cuci kaki, gosok gigi terus bobo' ya" perintah Ade


Tetapi Annisa tidak beranjak, sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, annisa kembali bertanya, " Ayah, aku boleh pinjem uang Rp.5000,- enggak?” "sudah, nggak usah macam-macam lagi, buat apa minta uang malam-malam begini? ayah capek, dan mau mandi dulu, tidurlah". "tapi Ayah..." Kesabaran Ade pun habis. " Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Annisa. anak kecil itupun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Ade nampak menyesali hardiknya. ia pun menengok Annisa dikamar tidurnya. anak kesayangannya itu belum tidur. annisa didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp.20.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Ade berkata, "maafkan Ayah, Nak, Ayah sayang sekali sama Annisa. tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini? kalau mau beli mainan, besok kan bisa. jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih" jawab Ade

"Ayah, aku enggak minta uang. aku hanya pinjam. nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini". "iya, tapi buat apa? tanya Ade lembut.
"aku menunggu Ayah dari jam 8. aku mau ajak Ayah main ular tangga. tiga puluh menit aja. mama bilang kalo waktu ayah itu berharga.
jadi, aku mau ganti waktu ayah, aku buka tabunganku, hanya Rp.20.000,- tapi karena Ayah bilang satu jam dibayar Rp.50.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp.25.000,- tapi duit tabunganku kurang Rp.5000,- makanya aku mau pinjam dari ayah" kata polos Annisa

Ade pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru.
dia baru menyadari ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya. walaupun hanya sekedar menemani purtinya untuk bermain.

Saudaraku yang bergelar “Ayah” Ketahuilah….
Anak adalah nikmat Allah SWT yang tak ternilai dan pemberian yang tak terhingga. Tidak ada yang lebih tahu besarnya karunia ini selain orang yang tidak atau belum memiliki anak. Nikmat yang agung ini merupakan amanah bagi kedua orang tuanya, yang kelak akan dimintai pertaggung jawabannya, apakah keduanya telah menjaganya atau justru menyia-nyiakannya. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia akan ditanya akan kepemimpinannya” (Muttafaq ‘alaih).
Ayah adalah pelukis kehidupan anaknya, dan akan menjadi bagian penoreh sejarah kehidupannya. Bahkan keberhasilan anak dalam menoreh sejarah yang hebat, akan melibatkan peran ayah sebagai guru bagi anaknya. Setiap goresan pena kehidupan seorang ayah akan menampilkan bentuk kehidupan yang akan dimiliki oleh anaknya kelak.

Ini adalah fakta, sebagian orang dewasa memang siap menikah, namun tidak siap/disiapkan menjadi orangtua ketika menikah. Akibatnya saat menemukan kesulitan berinteraksi dengan anak, respon yang salah menyebabkan ANAK SEMAKIN REWEL, SEMAKIN SULIT DIATUR, SEMAKIN MEMBANGKANG dan akhirnya SEMAKIN menjadi BEBAN untuk orangtua.

Saudaraku....“Barang siapa yang melalaikan pendidikan anaknya dengan hal-hal yang bermanfaat serta meninggalkannya secara sia-sia, maka berarti telah berbuat buruk kepada anak dengan seburuk-buruknya.Kebanyakan anak menjadi rusak adalah disebabkan orang tuanya, karena tidak adanya perhatian kepada mereka, serta tidak diajarkan kepada mereka kewajiban-kewajiban agama dan sunah-sunnahnya.” (Ibnu Qayyim Al Jauzi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar