Senin, 16 April 2012

Joke Siang Princess: Seribu Ciuman

seribu ciuman,
========================================================
saat ini jaman serba susah. harga bbm naik, akibatnya terjadi phk di
berbagai perusahaan. salah satu yang terkena phk seorang bapak. tahun ini
tidak bisa pulang berhari raya bersama anak dan istrinya juga tidak bisa
mengirim uang untuk istrinya di kampung halaman.

ia hanya bisa mengirim surat. isinya demikian:

istriku tercinta,
maafkan kanda sayang, bulan ini kanda tidak bisa mengirim uang untuk
kebutuhan keluarga di rumah, juga tidak bisa pulang, kanda hanya bisa
mengirimmu seribu ciuman cinta.

paling cinta,
kanda


=======================================================
seminggu kemudian si bapak mendapat surat balasan dari istri tercintanya:

Kanda tersayang, terima kasih atas kiriman seribu ciumanmu. untuk bulan ini
dinda akan menyampaikan laporan pengeluaran keluarga : tukang minyak
bersedia menerima dua ciuman setiap kali membeli lima liter minyak
tanah. tukang listrik mau dibayar dengan empat ciuman per tanggal sepuluh
setiap bulannya. pemilik kontrakan rumah mau dibayar cicil dengan tiga kali
ciuman setiap harinya.
Engkoh pemilik toko bahan makanan tidak mau dibayar pakai ciuman. ia maunya
dibayar dengan yang lain.. ya terpaksa dinda berikan saja. hal yang sama
juga dinda berikan buat kepala sekolah dan gurunya anak kita, sudah tiga
bulan nunggak uang sekolah..
Besok dinda mau ke pegadaian untuk tukarin dua ratus ciuman dengan uang
tunai, karena yang punya pegadaian sudah bersedia menukarkan dua ratus
ciuman + bayaran lainnya dengan uang enam ratus lima puluh ribu, lumayan
buat ongkos sebulan. keperluan pribadi dinda bulan ini mencapai lima puluh
ciuman.
Kanda tersayang.. bulan ini dinda merasa jadi orang yang paling kaya di
kampung, karena sekarang dinda memberikan piutang ciuman ke banyak pemuda
di kampung kita dan siap ditukar kapan pun dinda butuhkan.

kanda, dari kanda masih tersisa seratus dua puluh lima ciuman, apakah kanda
punya ide? atau saya tabung saja ya?

paling sayang,
dinda seorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar