Kamis, 26 April 2012

ANALISIS KURIKULUM AKADEMI TEKNIK SOROAKO


ANALISIS KURIKULUM AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah TECHNOLOGICAL and VOCATIONAL CURRICULUM EDUCATION DEVELOPMENT yang dibimbing oleh Prof. Dr. As’ari Djohar, M.Pd

Disusun Oleh :
Nama: Didit Yantony
NIM: 1102515

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Akademi Teknik Soroako (ATS) adalah lembaga pendidikan tinggi vokasi program Diploma-3 satu-satunya yang ada di Kabupaten Luwu Timur propinsi Sulawesi Selatan.ATS didirikan atas kerjasama PT. INCO Tbk (PT Vale Tbk) dengan Politeknik Mekanik Swiss (PMS-ITB) atau yang sekarang bernama Politeknik Manufaktur Negeri Bandung (POLMAN) pada tahun 1991. Tujuan didirikannya ATS adalah untuk pemberdayaan pemuda-pemudi disekitar daerah konsesi perusahaan (PT.INCO Tbk) sekaligus untuk menyiapkan tenaga kerja terampil siap bekerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat sekitar kampus. Sampai dengan saat ini ATS baru memiliki satu program studi yaitu Program Studi Teknik Perawatan dan Perbaikan Mesin. Dalam program studi tersebut terdapat empat spesialisasi yaitu spesialisasi Gambar dan Perancangan, Pembuatan peralatan presisi, Las dan Fabrikasi Logam serta Perawatan dan Perbaikan Mesin Produksi. ATS telah dan sedang mengaplikasikan Sistem Manajemen Mutu menurut ISO 9001:2000 sejak 25 Mei 2005 serta tersertifikasi oleh PT. TUV Internasional Indonesia. Mulai 30 Maret 2009 ATS juga sudah meng up grade Sistem Manajemen Mutu ke dalam sistem yang baru yaiyu Sistem Manajemen Mutu menurut ISO 9001:2008 dan juga sudah tersertifikasi oleh PT TUV sejak 23 Maret 2010. ATS juga sudah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN-PT). Sejauh ini akreditasi yang diperoleh baru “ Terakreditasi B “, hasilnya memang belum memuaskan dan terdapat peluang perbaikan khususnya dalam peningkatan pengembangan sumber daya manusia khususnya peningkatan kualifikasi dosen, instruktur dan pegawai serta peningkatan kerjasama khususnya dengan pihak luar negeri.

Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success standards”. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar kompetensi nasional ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya.
Upaya institusi pendidikan kejuruan untuk mencapai kualitas lulusannya agar sesuai dengan tuntutan dunia kerja perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Kurikulum merupakan acuan pembelajaran, oleh sebab itu pengembangan kurikulum melibatkan pemikiran-pemikiran secara filsafati, psikologi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya serta harus berorientasi ke masa depan. Landasan filsafati pendidikan menelaah fungsi kurikulum secara mendalam dan radikal sehingga menemukan sifat yang hakiki (substantive nature) dari kurikulum dalam pendidikan. Landasan psikologis menelaah keselarasan antara perkembangan dan kesiapan mental serta fisik peserta didik dengan kompleksitas materi pelajaran sehingga proses pembelajarn menghasilkan pengalaman yang bermanfaat selaras dengan cita-cita peserta didik. Ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya merupakan sumber-sumber materi pembelajaran yang perlu di atur penyampaiannya baik pada arah horizontal maupun pada arah vertikal agar dapat menumbuhkan kemampuan menalar dengan wawasan yang luas dan mendalam. Kurikulum juga harus berorientasi ke masa depan agar tidak tertinggal oleh perkembangan jaman ke depannya. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang dimulai dari berpikir mengenai ide kurikulum sampai bagaimana pelaksanaannya di sekolah. Hasan (1988) mengungkapkan bahwa, aspek-aspek dalam prosedur pengembangan kurikulum merupakan aspek-aspek kegiatan kurikulum yang terdiri atas empat dimensi yang saling berhubungan satu terhadap yang lain,   yaitu : (1) Kurikulum sebagai suatu ide atau konsepsi, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, (3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan (proses) dan (4) Kurikulum sebagai suatu hasil belajar.
Kurikulum sebagai salah satu yang esensial dan memegang peranan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan kualitas lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional. Semua orang berkepentingan dengan kurikulum sebab kita sebagai mahasiswa/siswa, orang tua, sebagai warga masyarakat, sebagai pemimpin formal maupun informal selalu mengharapkan tumbuh dan berkembangnya anak, pemuda dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas dan lebih berkemampuan. Kurikulum sebagai jantung dalam proses pendidikandan mempunyai andil yang sangat besar dalam melahirkan harapan tersebut.
Pada tataran implementasi kurikulum dituntut kreativitas dosen, instruktur dan guru di dalam memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didik maupun perilaku yang diharapkan.Kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya sangat tergantung pada sentuhan aktivitas dan kreativitas dosen, instruktur dan guru sebagai ujung tombak dalammengimplementasikan kurikulum.
1.2.Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahTechnological and Vocational Curriculum Education Development.Selain itu, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah dan memperdalam ilmu pengetahuan penulis serta menambah kajian khasanah ilmu pengetahuan tentang pembuatan kurikulum dalam penerapannya pada pendidikan vokasi, khususnya yang ada di Akademi Teknik Soroako dan yang ada di Indonesia pada umumnya. Tujuan lain adalah untuk melihat sejauh mana kurikulum di Akademi Teknik Soroako mampu memenuhi harapan stakeholdernya.
1.3.Rumusan Masalah
Bagaimana membuat atau merancang dan mengaplikasikan serta mengevalusi atau menganalisis kurikulum pada pendidikan vokasi di Akademi Teknik Soroako. Hal ini bertujuan agar dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan kedepannya agar kurikulum dan proses pembelajaran di Akademi Teknik Soroako dapat lebih baik lagi, lebih bermutu dan menghasilkan lulusan yang kompeten serta sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan industri serta masyarakat.

1.4.Sistematika Penulisan Makalah
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari Kata Pengantar, Daftar Isi, BAB I Pendahuluan, BAB II Studi Literatur, BAB III Pembahasan, BAB IV Penutup, dan Daftar Pustaka.











BAB II
STUDI LITERATUR
2.1. Pendidikan                                                                                                          Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
2.1.1. Filosofi pendidikan                                                                                         Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya." Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
2.1.2. Fungsi pendidikan                                                                                          Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
  • Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
  • Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
  • Melestarikan kebudayaan.
  • Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:
  • Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
  • Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
  • Mempertahankan sistem kelas sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
  • Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Menurut David Popenoe, ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut:
  • Transmisi (pemindahan) kebudayaan.
  • Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
  • Menjamin integrasi sosial.
  • Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
  • Sumber inovasi sosial.
2.2. Pendidikan di Indonesia                                                                                                Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur, pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemdiknas), dahulu bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Depdikbud). Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagike dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi.
2.2.1. Jenjang Pendidikan                                                                                                    Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari:
  • Pendidikan anak usia dini.
  • Pendidikan dasar.
  • Pendidikan menengah pertama.
  • Pendidikan menengah atas.
  • Pendidikan tinggi                                                               
2.2.2.Jalur pendidikan                                                                          Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan di Indonesia diantaranya adalah:
  • Pendidikan formal.
  • Pendidikan nonformal.
  • Pendidikan informal.
2.2.3.Jenis pendidikan                                                                       Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan di Indonesia terdiri dari:
  • Pendidikan umum.
  • Pendidikan kejuruan.
  • Pendidikan akademik.
  • Pendidikan profesi.
  • Pendidikan vokasi.
  • Pendidikan keagamaan.
  • Pendidikan khusus.
2.3. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai “vocational educational is simply training for skills, training the hands” (Vocational Instructional Service, 1989). Pendidikan kejuruan merupakan latihan sederhana untuk menguasai suatu keterampilan, yaitu keterampilan tangan. Pada abad kesembilan belas dimunculkan konsep baru tentang pendidikan kejuruan, yaitu dengan dimasukkannya pendidikan kejuruan ke dalam pemberdayaan profesional, seperti halnya hukum, profesi keinsinyuran, kedokteran, keperawatan dan professional lainnya.Schippers (1994), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan non akademis yang berorientasi pada praktek-praktek dalam bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya.
              Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidangtertentu.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menghubungkan, menjodohkan, melatih manusia agar memiliki kebiasaan bekerja untuk dapat memasuki dan berkembang pada dunia kerja (industri), sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya. Selanjutnya Calhoun (1982:22) mengemukakan:
Vocational education is concerned with preparing people for work and with improving the training potential of the labor force. It covers any forms of education, training, or retraining designed to prepare people to enter or to continue in employment in a recognized occupation.

Pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan yang menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja yang profesional, juga siap untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk dapat lebih memahami pendidikan kejuruan, perlu dikaji konsep-konsep yang melandasinya dan karakteristiknya. Konsep-konsep yang melandasinya, meliputi : (1) dasar filsafat pendidikan kejuruan, (2) asumsi anak didik, (3) konteks sosial pendidikan kejuruan, (4) dimensi ekonomi pendidikan kejuruan dan (5) pendidikan kejuruan dan ketenaga kerjaan.
Memahami pendapat di atas dapat diketahui bahwa pendidikan kejuruan berhubungan dengan mempersiapkan seseorang untuk bekerja dan dengan memperbaiki pelatihan potensi tenaga kerja. Hal ini meliputi berbagai bentuk pendidikan, pelatihan, atau pelatihan lebih lanjut yang dibentuk untuk mempersiapkan seseorang untuk memasuki atau melanjutkan pekerjaan dalam suatu jabatan yang sah. Dapat dikatakan pendidikan kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
2.4. Kurikulum
            Kurikulum berasal dari kata curriculum yang berarti lintasan untuk balap kereta kuda yang biasa dilakukan oleh bangsa Romawi pada zaman Kaisar Gaius Julius Caesar di abad pertama tahun Masehi (Oliva, 1992). Sekarang istilah ini digunakan untuk menggambarkan suatu konsep yang abstrak.
            Bermacam-macam definisi mengenai kurikulum diberikan oleh para prefesional bidang pendidikan dan tergantung pada dasar filsafat yang mereka anut. Definisi itu antara lain adalah:
  • Kurikulum adalah apa yang diajarkan di institusi pendidikan.
  • Kurikulum adalah sekumpulan mata kuliah.
  • Kurikulum adalah segala sesuatu yang berlangsung dalam sekolah, termasuk kegiatan ekstrakurikuler, pembimbingan dan hubungan interpersonal.
  • Kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang dialami oleh mahasiswa (learner) di institusi pendidikan.
  • Kurikulum adalah apa yang diajarkan di dalam maupun di luar institusi pendidikan yang diarahkan oleh sekolah.
Implikasi dari berbagai definisi kurikulum terhadap sekolah sangat bervariasi. Sekolah yang menerima definisi bahwa kurikulum adalah sekumpulan mata kuliah akan menghadapi tugas yang lebih ringan daripada yang dihadapi institusi pendidikan yang beranggapan bahwa sekolah harus bertanggungjawab untuk memberikan pengalaman di dalam maupun di luar sekolah.
Definisi resmi mengenai kurikulum dalam Dictinary of Education (Van Good, 1973, p. 157) adalah sekumpulan mata kuliah yang disusun secara sistematis yang merupakan persyaratan untuk seertifikasi dalam bidang studi tertenru, misalnya kurikulum bidang ilmu teknik dan kurikulum bidang ilmu kependidikan. Definisi-definisi lain mengenai kurikulum ini beraneka ragam. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 tahun 2003).Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaiannya dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi (SK Mendiknas No. 232/U/2000 Ps. 1 butir 6). Ada juga yang berdasarkan tujuan atau goal, ada yang berdasarkan konteks pengembangan kurikulum dan ada juga yang berdasarkan strategi yang diterapkan dalam kurikulum tersebut (Olivia, 1992).

2.5. Karakteristik kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
            Dewasa ini negara-negara di dunia menempatkan pendidikan menengah teknologi dan kejuruan sebagai pendukung pengembangan perekonomian dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pendidikan menengah teknologi dan kejuruan itu diperlukan untuk menghasilkan teknisi dengan kompetensi tertentu guna menjalankan roda perindustrian dan perdagangan serta bidang-bidang kejuruan lainnya, baik pada tataran nasional maupun regional. Namun hingga saat ini masih banyak negara-negara sedang berkembang yang belum berhasil meletakkan landasan pengembangan pendidikan menengah teknologi dan kejuruan yang sesuai dengan kondisi sumber daya manusia dan sumber daya alam negara masing-masing. Bagi Indonesia, dengan dikeluarkannya UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta pembentukan Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP) menunjukkan adanya upaya Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam membenahi Sistem Pendidikan Nasional. Namun proses inipun diperkirakan masih memerlukan waktu yang panjang karena standar-standar pendidikan yang disusun oleh BSNP (PP no. 19 tahun 2005 pasal 2 ayat 1) belum menampakkan sebagai hasil yang optimal dalam arti masih perlu diuji coba dan disempurnakan.
Untuk mengoperasionalkan kebijakan-kebijakan Pemerintah yang dalam hal ini adalah Departemen Pendidikan Nasional, makasetiap satuan pendidikan terlebih dahulu harus mengembangkan kurikulum dengan mengacu pada pedoman-pedoman pengembangan KTSP dan kondisi daerah di mana satuan pendidikan (sekolah) itu berada. Dalam hubungan ini terdapat sepuluh karakteristik kurikulum pendidikan menengah teknologi dan kejuruan yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kurikulum, yakni: orientasi, justifikasi, fokus, standar keberhasilan di sekolah, standar keberhasilan dalam pekerjaan, hubungan antara sekolah dengan perindustrian dan masyarakat, keterlibatan pemerintah, responsiveness, logistik dan pembiayaan. Kesepuluh karakteristik tersebut merupakan faktor-faktor kendali dalam perencanaan kurikulum, pemeliharaan dan pencapaian hasil, baik dalam jangka pendek maupun jangka penjang.


2.5.1. Orientasi
            Keberhasilan pendidikan menengah teknologi dan kejuruan tidak semata-mata diukur dari keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi melalui karya dari keberhasilan tersebut, yakni dalam bentuk kinerja lulusan dalam dunia kerja. Dengan demikian kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan hendaknya berorientasi pada proses (dalam bentuk pengalaman dan aktivitas di sekolah) dan produk (sebagai dampak dari pengalaman dan aktivitas dari para lulusan dalam dunia kerja). Dengan demikian untuk mengembangkan kurikulum yang relefan dengan kebutuhan dunia kerja, maka kurikulum pendidikan menengah teknologi dan kejuruan haruslah berorientasi pada ragam kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.

2.5.2. Justifikasi
            Yang masih bersifat komprehensif, pendidikan menengah teknologi dan kejuruan didirikan berdasarkan identifikasi kebutuhan tenaga kerja dalam suatu daerah serta sumber daya alam di daerah tersebut. Dengan demikian justifikasi pengembangan kurikulum pendidikan menengah teknologi dan kejuruan tidak semata-mata dibatasi oleh setting sekolah, tetapi terentang sampai pada kondisi masyarakat dan daerah di mana sekolah itu berada serta peluang mendapatkan pekerjaan.

2.5.3. Fokus
            Fokus kurikulum pendidikan menegah teknologi dan kejuruan tidak terbatas pada pengembangan pengetahuan dalam bidang tertentu saja. Kurikulum pendidikan menengah teknologi dan kejuruan harus juga memiliki potensi membantu siswa mengembangkan pengetahuan dalam cakupan yang luas, keterampilan, sikap dan tata nilai yang memudahkan memperoleh pekerjaan. Dalam hubungan ini Finch dan Crunkilton (1979:10) mengemukakan: “The vocational and technical education learning environment makes provision for student development of knowledges, manipulative skills, attitudes, and value as well as the integration of these areas and their application to simulated and realistic work setting”. Dengan demikian, lingkungan pendidikan menengah teknologi dan kejuruan sejauh mungkin bisa menyimulasikan disiplin dan kondisi seperti yang lazim berlaku di tempat kerja (dunia industri dan dunia usaha).

2.5.4. Standard Keberhasilan di Sekolah
            Penilaian atas keberhasilan siswa di sekolah haruslah selaras dengan kinerja terapan (applied performance) yang dipersyaratkan dalam dunia kerja. Oleh sebab itu, selama pembelajaran di sekolah siswa harus memperoleh cukup pengalaman yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas dan fungsi suatu pekerjaan dalam waktu dan prosedur yang ditetapkan dalam operation sheets atau lembaran kerja dan gambar kerja seperti apa yang lazim berlaku di industri. Dalam hubungan ini tata letak fasilitas praktik dan laboratorium serta prosedur kerja di sekolah seyogianya telah disimulasikan seperti halnya yang dilakukan oleh industri. Riil situasi dan kondisi yang ada di dunia kerja harus dapat diciptakan di sekolah kejuruan, hal ini bertujuan agar lulusan benar-benar relevan dengan ebutuhan dunia kerja sehingga lulusan dapat diserap dunia kerja.

2.5.5. Standard Keberhasilan dalam Dunia Kerja
            Pendidikan menengah teknologi dan kejuruan perlu juga dinilai berdasarkan keberhasilan dari para lulusan sekolah yang bersangkutan. Keberhasilan dari para lulusan dalam dunia kerja dapat digunakan sebagai indikator kesesuaian kurikulum dengan prasyarat dunia kerja yang lazimnya dituangkan dalam bentuk standar kompetensi minimum. Kurikulum pendidikan menengah teknologi dan kejuruan seyogianya berartikulasi dengan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu dalam dunia usaha dan dunia industri. Untuk mengetahui keberhasilan para lulusan, manajemen sekolah secara teratur menyelenggarakan studi penelusuran (tracer study) dengan mengirimkan daftar angket kepada para lulusan dan perusahaan-perusahaan di mana para lulusan bekerja. Hal ini juga bertujuan untuk menggali masukan-masukan dari lulusan dan dunia kerja sebagai bagian dari pada upaya untuk mensinkronkan kurikulum dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat.
2.5.6. Hubungan Sekolah dan Masyarakat
            Pendidikan menengah teknologi dan kejuruan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki tanggungjawab dalam membina hubungan dengan masyarakat. Peran serta masyarakat dalam pendidikan nasional sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 39 tahun 1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional, direalisasikan berdasarkan Kepmendiknas no.044/U/2002 tentang pembentukan Dewan Pendidikan (pada tingkat Dinas Pendidikan) dan Komite Sekolah (pada tingkat Satuan Pendidikan). Kemitraan antara sekolah dan masyarakat yang diwakili oleh Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, hal ini erat hubungannya dengan masalah-masalah pengembangan potensi daerah yang berkaitan dengan pertanian, perekonomian dan perindustrian melalui penyediaan dan peningkatan mutu sumber daya manusia. Dalam hubungan ini para pimpinan perusahaan diharapkan dapat memberikan masukan tentang karakteristik tenaga kerja yang mereka butuhkan, memberikan bantuan dalam penyusunan kurikulum, menyediakan peluang pemagangan bagi siswa sekolah kejuruan, meyumbang fasilitas praktik/laboratorium, buku-buku di perpustakaan dan lain-lain. Masyarakat, dunia usaha dan dunia industri juga dapat memberikan kesempatan kepada sekolah kejuruan untuk memunculkan karya-karyanya.

2.5.7. Keterlibatan Pemerintah Daerah
            Keterlibatan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pembinaan pendidikan nasional tercantum dalam Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 10 mencakup hak mengarahkan, membimbing, membantu dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang—ndangan yang berlaku. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, wewenang Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah menjadi semakin besar. Otonomi daerah menberikan kewenangan Kepala Daerah (Propinsi, Kabupaten/Kota) mengembangkan pendidikan di daerah masing-masing serta mengalokasikan dana sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar RI athun 1945. Pelaksanaan anggaran pendidikan mengacu pada rambu-rambu yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah daerah dengan kewenangan dan pengaruhnya juga dapat mendorong dunia usha dan dunia industri serta masyarakat untuk membantu dunia pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat memberikan kesempatan kepada sekolah kejuruan untuk membuktikan kemampuannya dalam menghasilkan produk barang maupun jasa.

2.5.8. Cepat Tanggap
            Karakteristik pendidikan teknologi dan kejuruan lainnya yang perlu dikembangkan adalah sifat cepat tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta perubahan-perubahan yang ada pada dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat. Perubahan dalam bidang iptek dewasa ini begitu cepat sehingga perlu pula ditanggapi secara cepat oleh dunia pendidikan. Rekayasa kurikulum perlu dihidupkan disetiap satuan pendidikan dalam bentuk penyesuaian bahkan revisi kurikulum. Sifat cepat tanggap ini harus dimiliki oleh semua pendidik dan manajemen sekolah karena hal ini akan menghasilkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan dan tuntutan dunia kerja. Jika sifat dan sikat cepat tanggap dapat terasah dengan baik maka tentu saja sangat mendukung untuk tercapainya lulusan yang kompeten dan sesuai dengan harapam serta kebutuhan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat.

2.5.9. Logistik
            Agar pendidikan menengah teknologi dan kejuruan dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi seperti yang telah ditetapkan dalam Peraturan Mendiknas no 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, maka setiap institusi pendidikan menengah teknologi dan kejuruan perlu dilengkapi sarana dan prasarana pendidikan, minimal seperti apa yang ditetapkan dalam Peraturan Mendiknas no 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana. Pengertian logistik yang dimaksud mencakup bahan-bahan untuk praktikum di laboratorium dan praktik bengkel/lapangan serta kepustakaan yang mutahir. Logistik sangat memegang peranan penting dalam penyelenggaraan sekolah kejuruan. Kerjasama antar sekolah dan dengan dunia usaha dan dunia industri dapat membantu kepemilikan ragam logistik yang relevan dengan kurikulum dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Dengan menggunakan sarana dan prasaran yang ada di industri tentu saja akan membuat lulusan semakin relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri maupun masyarakat.

2.5.10. Pembiayaan
            Dengan asumsi penyediaan sarana dan prasarana, gaji guru dan pegawai diperoleh dari APBD, maka pembiayaan yang paling rentan terhadap perubahan adalah biaya-biaya operasi untuk penyediaan bahan habis pakai (consumable materials), listrik, air, biaya pemeliharaan dan sejenisnya. Juga diperlukan biaya cadangan untuk keperluan mendadak, misalnya untuk memutahirkan program-program komputer dan pembelian buku-buku perpustakaan. Pembiayaan jangka panjang juga mutlak diperlukan dan direncanakan dengan baik agar institusi pendidikan di daerah tetap dapat mengikuti perkembangan iptek maupun perkembangan kompetensi lulusan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Kemandirian dalam dana juga perlu dikembangkan di sekolah-sekolah kejuruan, hal ini bertujuan agar sekolah lebih kreatif untuk mencari dana dengan cara meningkatkan produksinya dengan peran aktif guru dan siswa di sekolah. Dengan kemandirian setiap sekolah diharapkan biaya pendidikan dapat ditekan serendah mungkin sehingga semakin membuka peluang bagi masyarakat miskin untuk bersekolah di sekolah kejuruan serta dapat meningkatkan taraf hidupnya.








BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pendidikan di ATS
Jalur pendidikan tinggi profesional di ATS ditujukan untuk menyiapkan tenaga kerja yang dapat mengimplementasikan dan mentransformasikan teknologi dalam upaya menghasilkan produk nyata dengan nilai ekonomis yang mengacu pada norma dan standardisasi nasional maupun internasional. Jalur pendidikan ATS diperlukan pada lapangan pekerjaan yang spesifik, sehingga lulusan yang dihasilkan dapat relevan dengan tuntutan keahlian yang diinginkan oleh pasar atau lapangan pekerjaan.
Sebagai konsekuensi terhadap tuntutan relevansi luaran sistem pendidikan dan kebutuhan tenaga industri, Akademi Teknik Soroako (ATS) mengarahkan proses pendidikannya agar peserta didik mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya dalam mencapai kemampuan intelektual, motorik dan etika industri yang diperlukan pada saat memasuki dunia kerja.
Masa pendidikan di Akademi Teknik Soroako  adalah 3 tahun atau 6 semester,  setiap semester berlangsung selama 21 minggu efektif dengan beban 40 jam kuliah tiap minggu, dengan alokasi waktu 50 menit setiap 1 jam teori dan 60 menit setiap 1 jam praktik, sehingga total jam  selama 3 tahun adalah 5040 jam. Komposisi jumlah jam kuliah dalam 3 tahun adalah +40 % Teori dan +60 % Praktik.Pendidikan di Akademi Teknik Soroako menganut sistim paket yang mewajibkan Mahasiswa  menempuh seluruh Mata kuliah  yang diprogramkan, dimana Mahasiswa  harus lulus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Keberhasilan studi Mahasiswa ditentukan berdasarkan prestasi akademik dan nilai sikap selama mengikuti perkuliahan. Masa perkuliahan diatur di dalam kalender akademik  ATS sesuai  dengan kebutuhan penyelenggaraan pendidikan.       Akademi Teknik Soroako menerapkan Production Based Education. Pada pola yang berorientasi produksi, praktik latihan merupakan produk manufaktur yang diharapkan hasilnya baik untuk dijual dan bersaing di pasar penjualan. Meskipun produk yang dihasilkan menggantikan latihan yang terstruktur secara baku, ruang lingkup keahlian dan tingkat pengetahuan yang didapat akan diarahkan melalui kurikulum yang harus selalu dijaga mutunya. Untuk dapat bersaing di pasar bebas maka produk yang dibuat ATS harus mampu memenuhi tuntutan pasar, seperti:
  1. Kualitas produk yang akan dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pemesan.
  2. Biaya pembuatan produk yang seekonomis mungkin.
  3. Ketepatan waktu dalam penyerahan produk ke pemesan.
  4. Kepuasan pelayanan purna jual.
Untuk memenuhi semua tuntutan tersebut maka ATS perlu melakukan pengembangan produk dan melakukan proses manufaktur dengan benar, baik, aman dan optimal. Pengembangan produk yang dilakukan meliputi perancangan dan perekayasaan. Sedangkan pelaksanaan sistem manufaktur meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian terangkum dalam Sistem Manajemen Mutu menurut ISO 9001:2008. Dengan penerapan Sistem Manajemen Mutu tersebut ATS berharap bahwa pemastian mutu produk (quality assurance), perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dapat terpenuhi.
3.2. Kurikulum Akademi Teknik Soroako
Berdasarkan Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar (Kep. Mendiknas No. 232 / U / 2000), Kurikulum ATS tahun 2007 disusun berdasarkan pendekatan kompetensi program studi.
Sesuai Visi Program Studi ATS, yaitu menjadi solusi bidang Teknik Mesin khususnya Mechanical Maintenancebagi masyarakat umum dan industri. Untuk memenuhi visi tersebut, ATS menerjemahkannya dalam misi yaitu mendidik mahasiswa agar memiliki kompetensi teknik, moral dan sikap yang baik dalam berkehidupan sosial-bermasyarakat sehingga mampu menjadi tenaga profesional dan memiliki daya saing tinggi secara nasional maupun global.
3.2.1. Kompetensi Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin
Secara bahasa kompetensi adalah pengakuan kemampuan kerja untuk menghasilkan suatu produk yang telah dibakukan mutunya. Kualifikasi Diploma-3 Program Studi Teknik Perawatan dan Perbaikan Mesin, disiapkan untuk mampu merencanakan, melakukan, memantau dan mengendalikan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan yang meliputi mesin pemotong logam (metal cutting machines), mesin pemroses logam (metal processing machines) alat angkat dan pemindah (handling equipment).
3.2.2. Kompetensi Lulusan (Hasil Didik)
Berdasarkan visi dan misi yang sudah diuraikan di atas, lulusan yang dihasilkan dapat memahami etika profesi dan makna kerjasama serta memahami nilai-nilai keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai tambahan pada  kompetensi utamanya adalah mengetahui prinsip-prinsip kewirausahaan.
Materi Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin yang diberikan dalam pembelajaran praktik maupun teori mencakup aktivitas:
·                  Bidang Keahlian Pemeliharaan Mesin yang meliputi: Memasang dan Melepas Bantalan (bearing mountingand dismounting), Memasang & Melepas Penyekat (seal mountingand dismounting), Penyebarisan Pembawa Mekanik (mechanical drive alignment), Pelumas dan Pelumasan (lubricate and lubrication), Instalasi Kelistrikan Pada Mesin (machine’s electrical installation), Pemeliharaan Pencegahan (preventive maintenance), Pemeliharaan Prediktif (predictive maintenance), Instalasi dan Pemeliharaan Pompa (pump installation and maintenance), Instalasi dan Pemeliharaan Kompresor (compressor installation and maintenance).
·                  Bidang Keahlian Perbaikan Mesin yang meliputi: Bongkar-Pasang Mesin (machine disassembly and assembly), Rekondisi Mesin (machine overhaul), Perbaikan dan Pembuatan Sukucadang (sparepart making andrepair), Fabrikasi logam (metal fabrication), Melamak Bidang Datar (flat  surface scraping).
·                  Bidang Keahlian Pembuatan Komponen yang meliputi: Proses Produksi Bubut (turning component), Proses Produksi Freis (milling component), Perencanaan dan Pengendalian Produksi (production planning and control).
Hasil dari aktivitas yang dilakukan harus memenuhi suatu standardisasi metrologi yang telah ditentukan berdasarkan spesifikasi fungsinya. Untuk menjamin hal tersebut maka mahasiswa yang bersangkutan harus dapat menggunakan alat ukur atau alat pemeriksa kualitas geometri maupun kualitas fungsi mesin berupa:
·                 Alat Ukur Mekanis yang meliputi: Jangka Sorong, Mikrometer, dan Komparator.
·                 Alat Pemeriksa yang meliputi: Test Bar, Master lamak, Feeler Gauge, Block Gauge, Meja Perata.
·                 Alat Ukur Digital yang meliputi: Vibration Meter, Tachometer, Thermometer, dan Pressure Gauge.
Materi Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin yang diberikan dalam pembelajaran praktik maupun teori mencakup jenis-jenis mesin:
·                Mesin Konvensional Pemotong Logam yang meliputi: Mesin Bubut (lathe machines), Mesin Freis (milling machines), Mesin Gerinda Datar (surface grinding machines), Mesin Gerinda Silinder (cylindrical grinding machines), Mesin bor (drilling machines) dan Mesin Ketam (shaping machines).
·                Mesin Konvensional Pemroses Logam yang meliputi: Mesin Gunting (shearingmachines), Mesin lipat plat (bending machines), Mesin Rol plat (rolling machines), Mesin Pres (press machines), Mesin Las Gas dan Las Listrik (gas welding, arc welding, TIG&MIG welding and spot welding).
·                Mesin Konversi Energi yang meliputi: Pompa positif (positive displacement pump) dan Pompa putar (centrifugal pump) berikut instalasinya, Kompresor positif (positive displacement compressor) berikut instalasinya.
Hasil Kepresisian Mesin yang diperoleh melalui Praktik Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin akan dibandingkan dengan standardisasi Internasional seperti ISO. Secara umum tingkat kepresisian mesin yang dapat dicapai sebesar 0,02 [mm] untuk mesin konvensional.

3.2.3.Taxonomy Skills (Keterampilan)
Keterampilan  peserta didik diarahkan pada penguasaan dan pemahaman materi yang relevan dan seimbang untuk pengembangan diri pada keilmuan lanjut, dan dikelompokan sesuai domain pembelajaran teknik pada jalur pendidikan professional

3.2.3.1. Keterampilan Teknologi/Technological Skills
3.2.3.1.1. Perancangan Kontruksi Mekanik (Mechanical Construction Design)
·                  Memahami fungsi dan kegunaan konstruksi mekanik yang diaplikasikan pada mesin perkakas, mesin konversi energi, alat angkat & pemindah, sebagai alat untuk menunjang hasil produksi.
·                  Mampu memilih dan membedakan bentuk-bentuk komponen yang akan digunakan pada suatu konstruksi berdasarkan fungsi dan kegunaannya pada mesin yang mempertimbangkan estetika perancangan.
·                  Mampu merancang konstruksi mekanik sederhana yang akan digunakan untuk tujuan pemeliharaan, perbaikan, pembuatan dan modifikasi komponen pada mesin atau alat bantu untuk memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan.
·                  Mampu merancang konstruksi mekanik sederhana dengan mempertimbangkan Aspek ekonomis ditinjau dari segi biaya, waktu dan proses pengerjaan, aspek kekuatan ditinjau dari segi perhitungan kekuatan material  dan masa pakai komponen, Aspek keterpeliharaan yang ditinjau dari segi kemudahan pemasangan, pelepasan dan penggantian komponen, Aspek kualitas yang ditinjau dari segi spesifikasi geometriknya dan Aspek pembuatannya.
·                  Mampu menggambar baik secara manual maupun menggunakan program autocad.

 

3.2.3.1.2. Perencanaan Proses (Process Planning)
·                  Mampu membaca gambar susunan suatu mesin atau konstruksi mekanik.
·                  Mampu mengestimasi waktu dan biaya pemrosesan yang dibutuhkan.
·                  Mampu membuat jadwal pemrosesan.
·                  Mampu menentukan kondisi komponen yang rusak yang harus dibuat, komponen yang rusak harus dibeli, komponen rusak yang harus diperbaiki, dan komponen yang masih layak pakai.
·                  Mampu menentukan jenis karakteristik geometri dan jenis karakteristik material yang dibutuhkan untuk membuat atau memperbaiki komponen yang rusak.
·                  Mampu memperkirakan / mengestimasi waktu & biaya proses pembuatan tiap komponen, waktu & biaya perakitannya.
·                  Mampu menentukan jenis mesin yang akan dipakai untuk memperbaiki atau membuat komponen pada aktivitas pemeliharaan dan perbaikan mesin.
·                  Mampu merencanakan evaluasi pemrosesan yang telah dilakukan ditinjau dari aspek biaya, waktu dan kualitas berdasarkan standardisasi yang telah ditetapkan.

 

3.2.3.1.3. Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin (Maintenance Mechanic)
·                  Mampu menginterpresikan manual book mesin untuk tujuan perencanaan.
·                  Mampu membuat spesifikasi kerja yang berhubungan dengan aktivitas: Inspeksi, Reparasi Kecil, Reparasi Medium dan Overhaul pada kegiatan pemeliharaan dan perbaikan mesin
·                  Mampu melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan mesin yang meliputi aktivitas: Inspeksi, Reparasi Kecil, Reparasi Medium dan Overhaul berdasarkan spesifikasi kerja yang telah ditentukan untuk berbagai jenis mesin.
·                  Mampu mengoperasikan mesin-mesin perkakas konvensional dan non-konvensional untuk tujuan perbaikan atau pembuatan komponen untuk kegiatan pemeliharaan, perbaikan dan pembuatan mesin.
·                  Mampu menentukan urutan dan jenis proses perbaikan yang akan diperlukan untuk aktivitas pemeliharaan dan perbaikan mesin.
·                  Mampu melakukan perbaikan dengan menggunakan perkakas tangan melalui proses hand scraping.
·                  Mampu melakukan proses penyetelan yang dibutuhkan untuk mengatur clearance, backlash dan alignment komponen mesin.
·                  Mampu melakukan pengukuran dan pemeriksaan terhadap kualitas mesin yang telah mengalami proses pemeliharaan maupun perbaikan menggunakan alat ukur dan pemeriksa mekanis maupun digital.
·                  Mampu menentukan apakah suatu mesin dapat beroperasi sesuai parameter yang dipersyaratkan / distandardisasikan untuk mesin yang bersangkutan setelah dilakukannya kegiatan pemeliharaan dan perbaikan mesin.
·                  Mampu melakukan pemantauan menggunakan Teknik Predictive Maintenance dan menggunakan alat ukur secara benar.

 

3.2.3.1.4. Pengendali pada mesin (Control of machine)
·                  Mampu membuat simulasi dan membuat program CNC dengan menggunakan alat bantu piranti lunak Master CAM dan atau MTS serta mesin CNC.
·                  Memahami prinsip kerja sistem kendali pneumatic hidrolik dan elektro pneumatic.

 

3.2.3.1.5. Material
·                  Mengenal jenis material, kode material dan karakter masing-masing material terutama yang berkaitan dengan pembuatan komponen atau sukucadang mesin.
·                  Mampu melakukan pengujian material, terutama sifat-sifat yang berkaitan dengan pembuatan komponen atau sukucadang mesin.
·                  Memahami penggunaan bahan logam dan bukan logam yang terkait dengan pembuatan komponen atau sukucadang mesin.
·                  Mampu menentukan perlakuan/treatment yang sesuai untuk mengubah sifat material sesuai kebutuhan pembuatan komponen atau sukucadang mesin.
·                  Mampu memilih/menentukan bahan untuk pembuatan komponen atau sukucadang mesin.

 

3.2.3.1.6. Manajemen Kualitas (Quality Management)
·                  Mengenal arti dan sistem mutu.
·                  Mampu merencanakan mutu untuk aktivitas pemeliharaan, perbaikan dan pembuatan suatu mesin.
·                  Terampil melakukan pengukuran dan pemeriksaan terhadap komponen, sukucadang atau mesin sesuai standardisasi yang berlaku
·                  Mengenal pemeriksaan mutu dalam proses dan mutu akhir produk / Quality Control in process and finish product

3.2.3.2. PemahamanKemanusiaan/ Humanistic Skills
3.2.3.2.1.Kemampuanberkomunikasi (Communication Skills)
·                  Mampu berkomunikasi lisan dengan menggunakan bahasa nasional secara baik dan efisien untuk kepentingan umum maupun profesi.
·                  Mampu membuat tata tulis laporan dalam bahasa Indonesia secara baik dan efisien terutama untuk kepentingan profesi.
·                  Mampu memahami Manual Instruction dan References baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
·                  Mampu melakukan presentasi secara baik dan efisien terutama untuk kepentingan profesi.

 

3.2.3.2.2.KemampuanKomputer (Computer Skills)
·                  Mampu mengoperasikan komputer dan menggunakan beberapa program aplikasi perkantoran, seperti pengolah kata, basis data, tabel perhitungan dll.
·                  Mampu melakukan pemrograman, setidaknya dengan menggunakan satu bahasa pemrograman seperti Visual Basic dll
·                  Mampu mengoperasikan program aplikasi khusus, seperti CAD, CAM

 

3.2.3.2.3. Cultural Skills
·                  Memahami dan meyakini serta mengamalkan kepercayaan terhadap Tuhan YME
·                  Memahami kepedulian dalam berinteraksi dengan lingkungan
·                  Memahami kehidupan bernegara, berbangsa serta membangun rasa nasionalisme

 

3.2.3.2.4.KemampuanKerjasama (Teamwork Skills)
·                  Mampu bekerjasama dalam merencanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan
·                  Mampu melakukan koordinasi dalam merencanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan
·                  Mengetahui posisi, wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu organisasi

 

3.2.3.2.5. Bussiness Skills
·                  Mengetahui bagaimana membuat rencana usaha dan prinsip sales and marketing
·                  Mengetahui prinsip manajemen dan keuangan serta dasar-dasar penyeliaan.
·                  Mengetahui parameter kepuasan pelanggan.
·                  Mengenal Hukum Perburuhan





3.2.3.3.  Matriks Kompetensi Lulusan D3 ATS
Depth of Learning Measures


Skill Taxonomy

Awareness
Knowledge
Understand
Application
Synthesis
Evaluating
Judging
1. Technological Skills







1.1  Mecanical Constructon Design






1.2  Process Planning






1.3  Maintenance Mechanic






1.4  Control of Machine






1.5  Material






1.6  Quality







2.  Humanistic Skills







2.1 Communication Skills






2.2 Computer Skills






2.3 Cultural Skills







2.4 Teamwork Skills







3 Business Skill








3.1 Entrepreneurship









3.2.3.4. Sinopsis Mata Kuliah
Sesuai dengan Keputusan mentri pendidikan nasional RI Nomor 232/U/2000 tentang Kurikulum, maka Matakuliah yang diajarkan di Akademi Teknik Soroako terdiri kelompok-kelompok Matakuliah sebagai berikut:
1)      Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
2)      Kelompok Matakuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)
3)      Kelompok Matakuliah Keahlian Berkarya(MKB)
4)      Kelompok Matakuliah  Perilaku Berkarya (MPB)
5)      Kelompok Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).

3.3. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
3.3.1. Analisis Kurikulum dengan analisis SWOT
Kekuatan (S):
1.      Kurikulum disusun berdasarkan visi, misi, sasaran, dan tujuan, serta relevansinya dengan tuntutan kebutuhan stakeholder;
2.      Kurikulum disusun berdasarkan peraturan pemerintah dengan pengayaan pada empat spesialisasi;
3.      Alokasi waktu program praktik sangat mendukung untuk tercapainya lulusan yang kompeten pada bidang kompetensinya;
4.      Sarana dan prasarana sangat mendukung untuk mengaplikasikan kurikulum yang ada;
5.      Dunia usaha dan dunia indusrti serta masyarakat mendukung pelaksanaan kurikulum dalam program Production Based Education.


Kelemahan (W):
1.      Bahan-bahan kurikulum belum terorganisir dengan baik;
2.      Beberapa mata kuliah dan sub mata kuliah belum memiliki modul;
3.      Belum memberikan mata kuliah konversi energi yang cukup
      khususnya pada materi  motor bakar dan mesin-mesin pendingin;
4.      Belum mempunyai tim kurikulum yang secara aktif (day to day
      activity) melakukan pengembangan kurikulum;
5.      Belum mempunyai SDM yang kompeten untuk mengembangkan
      kurikulum;
6.      Penamaan mata kuliah belum sepenuhnya mencerminkan bahwa
      kurikulum berbasis kompetensi:
7.      Aplikasi kurikulum masih membutuhkan biaya yang besar kususnya
      pada pelaksanaan program praktik bengkel.

Peluang (O):
1.      Kesediaan stakeholder dan alumni untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum;
2.      Tersedianya Konsorsium Manufaktur sebagai wadah komunikasi dalam penyusunan kurikulum;
3.      SDM dalam hal ini dosen mempunyai semangat yang kuat untuk mengembangkan kurikulum;
4.      Mengembangkan kurikulum dengan cara atau metode yang benar agar lebih relevan dengan kebutuhan dunia uasaha dan dunia insdustri, masyarakat dan perubahan jaman.
5.      Mengelola dan mengembangkan bahan-bahan kurikulum;
6.      Meningkatkan program Production Based Education agar dapat menurunkan biaya bahan praktik dan di sisi lain dapat meningkatkan pendapatan ATS.



Ancaman (T):
1.      Lulusan kurang diminati di pasar kerja karena kurang relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat;
2.      Calon mahasiswa / pendaftar menurun dari waktu ke waktu karena lulusan banyak yang menganggur;
3.      Budget menjadi kurang sehat karena biaya operasi masih tinggi.

























BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan                                                                                            
Kurikulum adalah jantung dari pada proses pendidikan di ATS, oleh sebab itu harus ada yang bertanggungjawab dalam melakukan analisis, evaluasi dan pengembangan dari waktu ke waktu agar kurikulum tetap relevan dengan regulasi yang ada dan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum yamh ada sudah sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran dari pada organisasi, namun relevasi dengan dunia usaha dan dunia industri perlu dikembangkan lagi.                  Bahan-bahan kurikulum juga sangat memegang peranan kunci dalam proses pembelajaran, oleh sebab itu perlu dikembangkan secara terus menerus agar dapat mendukung suksesnya program pembelajaran. Bahan-bahan kurikulum yang digunakan yang dikelola dengan baik tentu saja sangat mendukung tercapinya efektifitas proses pembelajaran. Jika efektifitas pembelajaran dapat tercapai dengan tinggi maka dosen mempunyai waktu luang untuk mengembangkan kurikulum berserta sarana pendukungnya.              Aplikasi kurikulum yang ada masih membutuhkan biaya operasi yang tinggi. Hal ini disebabkan program praktik bengkel belum secara komprehensif menerapkan program Production Based Education. Penerapan kurikulum khususnya program praktik perlu lebih disinkronkan lagi dengan Unit Produksi di ATS. Mahasiswa yang melaksanakan program praktik bengkel dapat ditingkatkan peran aktifnya dalam berproduksi sesuai dengan tingkat kompetensi yang dimilikinya. Hal ini bertujuan agar mahasiswa benar-benar berpraktik bengkel dengan mengerjakan produk pesanan dari dunia usaha dan dunia industri maupun dari masyarakat. Jika hal ini terleaksana maka lulusan menjadi kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan dapat menurunkan biaya operasi serta mampu meningkatkan pendapatan Akademi Teknik Soroako.

4.2. Rekomendasi                                                                                                      Tim kurikulum (penanggungjawab dan pelaksana) di ATS perlu dibentuk dan harus mempunyai tugas harian, mingguan, bulanan dan tahunan yang jelas. Hal ini bertujuan agar program pengembangan kurikulum dapat terlaksana dengan baik sehingga kurikulum benar-benar relevan dengan dunia usaha dan dunia indistri serta masyarakat.                                                                                                          Bahan-bahan kurikulum juga perlu dikembangkan dan dikelola dengan baik agar dapat mendukung tercapainya penerapan kurikulum yang efektif dan efisien serta tetap menghasilkan lulusan yang kompeten yang sesuai dengan harapan maupun kebutuhan dunia usaha dan dunia industri serta masyarakat.
Aplikasi kurikulum khususnya pada program praktik bengkel perlu lebih diintegrasikan dengan kegiatan produksi untuk menumbuhkan dan meningkatkan penerapan Production Based Education pada setiap program praktik di ATS.Setiap program praktik perlu membuat perencanaan pengembangannya dan dikoordinasikan dengan unit produksi serta pelaksanaannya perlu dikontrol bersama antara bidang edukasi dan bidang produksi. Peningkatan penerapan Production Based Education pada masing-masing program praktik juga perlu ditargetkan dan dijadikan sebagai salah satu point dalam penilaian kinerja dosen dan instruktur. Hal ini sebagai langkah nyata dan perbaikan secara berkelanjutan pada masing-masing program praktik. Aplikasi PBE dalam penerapan kurikulum di ATS sebagai salah satu peluang perbaikan yang ada di ATS dan hal ini berdampak sangat luas bagi mahasiswa, dosen, instruktur, pegawai, ATS maupun pihak penyandang dana yaitu PT.INCO Tbk.                                  







DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Curtis R. Finch and John R. Crunkilton. (1979) Curriculum Development in Vocational and Technical Education. Boston, London, Sydney: Allyn and Bacon, Inc.

Ralph C. Wenrich and J. William Wenrich. Leadership in administration of vocational and technical education. Charles E Merrill Publishing Company A Bell & Howell Company Columbus, Ohio.

Reksoatmodjo Tedjo Narsoyo. (2010) Pengembangan Kurikulum Pendidikan (Pendidikan Teknologi dan Kejuruan). Bandung: PT. Refika Aditama.

Suparman M. Atwi, Andriyani Dewi dan Mustafa Dina (2001) Buku 2.12 Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum (Modul Pelatihan Applied Approach. Jakarta: Pusat Antar Universitas.

http://www.depdiknas.go.id/statistik/thn04-05/SMA_0405.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT                                                                
Djohar As’ari (2006). Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Universitas Pendidikan Indonesia.

http://duddyarisandi.wordpress.com/tag/production-based-education/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar