Rabu, 25 Januari 2012

REVITALISASI UNIT PRODUKSI SEBAGAI PERSIAPAN PENERAPAN MODEL PBE


BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATARBELAKANG
Pada hakekatnya pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diharapkan membentuk para peserta didiknya untuk menjadi para usahawan baru di masadepan sesuai dengan bidang keahliannya.Pendidikan merupakan proses pembelajaran bagi peserta didik untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Bagi individu, kemapuan untuk belajar secara terus menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidup. menurut  Hilgrad dan Bower (2002),  belajar (to learn) memiliki arti: (1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study, (2) to fix in the mind or memory; memorize, (3) to acquire through experience, (4) to become in form of to find out.

Menurut Berthan Russel bahwa semua bentuk pendidikan harus mempunyai unsur dan elemen kejuruan. Berdasarkan pada isi buku “Menuju Keterampilan 2020” pendidikan menengah kejuruan memiliki peran dalam menyiapkan peserta didik agar siap bekerja baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan pada dunia kerja. Oleh karena itu, arah pengembangan pendidikan menengah kejuruan diorientasikan pada penentuan permintaan pasar kerja. Secara makro, arah pengembangan pendidikan menegah kejuruan mengacu pada prinsip demand driven.
Unit Produksi merupakan komponen pendidikan yang langsung berhubungan dengan perolehan pengetahuan dan keahlian  yang diperlukan oleh peserta didik. Meskipun ada perdebatan tentang apakah Unit Produksi dapat menciptakan pekerjaan, hal ini tidak dapat diragukan lagi bahwa Unit Produksi sekolah dapat menyiapkan peserta didik dengan keterampilan dan keahlian yang diperlukan dalan dunia kerja, diharapkan peserta didik akan mempunyai  kesempatan yang lebih baik dalam dunia kerja dan berfungsi dalam masyarakat serta dapat memperbaiki hidup dan kehidupanya di masa depan.
Unit Produksi (UP) dapat menjadi wahana praktek langsung bagi peserta didik dalam menerapkan keterampilan dan keahlian, sehingga mahasiswa dapat mengembangkan potensinya sebagai calon usahawan maupun sebagai tenaga kerja dengan kemampuannya.Lebihdari itu lembaga pendidikan dalam hal ini kampus dapat melaksanakan fungsi pengabdian pada masyarakat.
Dengan Unit Produksi mahasiswa, dosen dan seluruh warga kampus dapat berkiprah melayani masyarakat sesuai ketrampilan dankeahlian yang dimiliki yang pada akhirnya menjadikan Unit Produksi sebagai sebuahlembaga badan usaha sekolah yang bersifat provit guna mengembangkanpotensi wirausaha dan kesejahteraan pada semua warga lembaga pendidikan.
Dengan pemaparan tersebut dapat terlihat letak urgensi sebuah unit produksi bagi pendidikan kejuruan.Unit produksi dapat menjadi organisasi yang lebih menarik bagi siswa selain untuk mendapatkan pengalaman tetapi dengan sedikit memperhitungkan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan unit produksi, sehingga mahasiswa lebih termotivasi dalam mengelola unit produksi.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi fokus bahasan dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimanakah Unit Produksi yang terdapat di Prodi Pendidikan Tata Boga ?
2.      Bagaimanakah pelaksanaan  merevitaliasikan unit produksi yang terdapat di Prodi Pendidikan Tata Boga ?
3.  Apakah Prodi. Pendidikan Tata Boga memiliki potensi untuk menerapkan metode pembalajaran Production Based Education (PBE)didalam pembelajarannya ?

C.    TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kejuruan dan Sumber Daya Manusia, serta menganalisis apakah Prodi.Pendidikan Tata Boga mempunyai potensi untuk menerapkan model PBE didalam pembelajarannya, serta bagai mana merevitaliasikan unit produksi yang dirasa vakum.

D.    MANFAAT PENULISAN
Dengan membuat makalah ini, manfaat yang didapat adalah:
1.      Lebih memahami apa itu unit produksi beserta permasalahannya.
2.      Lebih memahami secara mendalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode PBE.
3.   Mengetahui dan menganalisis dengan teori SWOT apakah Prodi. Pendidikan Tata Boga mempunyai potensi untuk menerapkan PBE di dalam pembelajarannya.

E.     SISTEMATIS PENULISAN
Makalah ini disusun atas empat bab, yaitu :
1.      Bab I Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan sistemetika penulisan.
2.    Bab II Landasan Teori, bab ini berisi mengenai materi yang menunjang dalam menjawab permasalah pada latar belakang yang dirumuskan dalam rumusan masalah.
3.  Bab III Pembahasan, bab ini berisi mengenai pembahasan masalah dengan ditunjang materi serta pandangan penulis.
4.      Bab IV Penutup, bab ini berisi mengenai kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dari kajian materi ini.


BAB II
LANDASAN TEORI


A.    UNIT PRODUKSI
Unit Produksi merupakan suatu program yang pada awalnya merupakan satu kesatuan dalam program Pengembangan Sekolah Seutuhnya dalam program Pengembangan Sekolah (School Integrated Development) atau lebih dikenal program PSS (PPPGT Bandung, 1994).Secara umum unit produksi merupakan suatu proses kegiatan usaha yang dilakukan di dalam sekolah dan bersifat bisnis (profit oriented) serta dilakukan oleh warga sekolah dengan memberdayakan sumber daya sekolah yang dimiliki serta dikelola secara profesional.
Beberapa pengertian unit produksi dari para ahli sebagai berikut: menurut Benny Suprapto (2001) unit produksi adalah “suatu kegiatan yang berfungsi untuk memproduksi barang dan jasa dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada disekolah.” Menurut Y.H.S Sriyanto (1982) unit produksi adalah “Wadah bagi satu atau lebih kegiatan usaha yang potensial dan hasilnya dapat dipasarkan meliputi barang dan jasa.”Sedangkan menurut Ir Tawan Rosidi “Unit produksi di SMK merupakan kegiatan usaha yang bertujuan untuk memperoleh nilai tambah/keuntungan dari kegiatan usaha.Baik kegiatan usaha jasa atau kegiatan produksi, sehingga diharapkan ada tambahan pemasukan untuk sekolah, yang dapat mendukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS).” 

1.      Tujuan diadakannya Unit Produksi
Tujuan utama diadakannya unit produksi adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang dapat mendekatkan kepada kebutuhan lapangan kerja tertentu. Tujuan khusus unit produksi seperti tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan Unit Produksi (1992) adalah :
a.       Menciptakan kemampuan untuk berwirausaha.
b.      Meningkatkan pelaksanaan praktek
c.       Meningkatkan kemampuan koperasi sekolah yang memberikan dampak pada kesejahteraan anggotanya.
d.      Melatih displin dan kepercayaan diri.
e.       Melatih keberanian mengambil resiko yang diperhitungkan.
f.       Siswa akan terampil dibidangnya.
g.      Meningkatkan sikap mandiri dan percaya diri.

2.      Landasan Peraturan Unit Produksi
Landasan unit produksi merupakan program sekolah dalam upaya menuju sekolah yang mandiri sekaligus memberikan sarana bagi guru dan peserta diklat untuk mengembangkan kemampuan keterampilan yang dimiliki.Oleh karenanya unit produksi harus dilaksanakan pada sekolah menengah kejuruan yang telah memungkinkan melaksanakan unit produksi.Landasan peraturan penyelenggaraan unit produksi yang tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan Unit Produksi (1994):
a.       Peraturan Pemerintah RI No 29 tahun 1990 bab IX pasal 29 ayat 2 “Untuk mempersiapkan siswa SMK menjadi tenaga kerja, maka pada SMK dapat didirikan unit produksi yang beroperasi secara profesional.”
b.      Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0873/P/1986 tanggal 20 desember 1986 tentang pemanfaatan barang dan jasa hasil praktek karya disekolah dan perguruan tinggi di lingkungan departemen pendidikan dan kebudayaan.
c.       Keputusan Dirjen Dikdasmen no 294/c/Kep/RI/1986 tanggal 30 desember 1986 tentang petunjuk pelaksanaan pemanfaatan hasil praktek siswa.
d.      Keputusan bersama Mentri Pendidikan dan Kebudayaan bersama Menteri Koperasi No. 5151/M/KPTS/III/841 tanggal 22 maret 1984 tentang pola dasar pembinaan koperasi.
e.       Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0490/U/1992 tanggal 30 desember 1992 bab XIII pasal 29 “Setiap SMK mengusahakan penyelenggaraan unit produksi”.
f.       Kegiatan unit produksi di SMK berpedoman pada kurikulum dan tidak dibenarkan mengurangi sasaran pencapaian kurikulum.
g.      Lampiran 1 keputusan Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan No 080/U/1993 tentang pemanfaatan unit produksi yang beroperasi secara profesional sebagai wahana keahlian kejuruan.

3.      Prinsip-prinsi Unit Produksi
Prinsip-prinsi Unit Produksi yang harus diperhatikan pada pelaksanaan unit produksi sebagai berikut:
a.       Unit produksi merupakan satu alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga kegiatan unit produksi diupayakan tetap berkaitan dengan kurikulum.
b.      Penyelenggaraan unit produksi dimaksudkan untuk mendapatkan keahlian profesional yang hanya dapat diperoleh memlalui mengerjakan pekerjaan.
c.       Unit produksi merupakan salah satu upaya dalam mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki SMK agar dapat memberikan nilai tambah yang dapat dimanfaatkan untuk menunjuang penyelenggaraan pendidikan dan kesejahteraan warga SMK.
d.      Unit produksi dikoelola secara profesional menganut prinsip manajemen bisnis.
e.       Unit produksi harus menunjang dan tidak boleh menggangu kegiatan belajar mengajar.
f.       Tujuan unit produksi dalam keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0490/U/ 1992 pasal 29 ayat 2.
g.      Kegiatan unit produksi yang sudah layak dapat dijadikan sarana belajar dan bekerja (learning by doing) bagi peserta didik di SMK.
h.      Keuntungan unit produksi dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMK dan peningkatan kesejahteraan warga SMK.
i.        Pembagian keuntungan hasil kegiatan diatur sesuai keputusan manajemen secara profesional.
j.        Unit Produksi supaya digunakan sebagai salah satu ukuran keberhasilan sekolah dalam menjalankan fungsi menyiapkan tenaga kerja menengah.

4.      Ruang Lingkup Kegiatan Unit Produksi
Ruang lingkup kegiatan unit produksi merupakan kegiatan dalam pelayanan barang dan jasa yang layak jual, yang dalam pelaksanaan dan penyelenggaraannya melibatkan guru dan siswa, serta melaksanakan kerjasama industri dengan pasangan magang. Kegitan unit produksi berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Unit Produksi (1999) adalah sebagai berikut:
a.       Mengorganisasikan KBM pada jenis pekerjaan yang dapat menghasilkan barang dan jasa yang layak jual.
b.      Mengorientasikan kegiatan/meningkatkan kemampuan guru di SMK pada jenis pekerjaan yang dapat menghasilkan barang dan jasa yang layak jual.
c.       Mengusahakan kegiatan praktik siswa sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industry.
d.      Mengusahakan kegiatan magang bagi guru di dunia industri.
e.       Menyelenggarakan kegiatan perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan di SMK dengan prinsip swakelola.
f.       Menyelenggarakan kegiatan pelatihan yang dapat memberikan imbalan jasa bagi sekolah.
g.      Menyelenggarakan kegiatan dengan bekerjasama dengan dunia industri dalam menunjang unit produksi disekolah.
h.      Melaksanakan kegiatan pelayanan kepada masyarakat umum dengan mendayagunakan sumber daya di sekolah sekaligus dapat memberi nilai tambah bagi sekolah.

5.      Kedudukan dan Posisi Unit Produksi
Unit produksi meiliki kedudukan dan posisi sebagaimana tertuang dalam Pedoman Pelaksanaan Unit Produksi (1999) adalah sebagai berikut :
a.       Unit produksi adalah milik sekolah dan tidak terpisahkan dari fungsi dan status sekolah.
b.      Penanggung jawab tertinggi unit produksi adalah kepala sekolah bersangkutan.
c.       Kepala sekolah bertanggung jawab kepada kepala bidang pendidikan menengah kejuruan wilayah tentang operasionalisasi unit produksi.
d.      Unit produksi disekolah dijalankan oleh kepala sekolah dibantu oleh pengurus unit produksi yang dipilih atau ditunjuk, dan pengurus unit produksi dipimpin oleh seorang manajer unit produksi.
e.       Unit produksi bekerjasama dengan koperasi sekolah dalam operasionalisasinya.
f.       Badan penasehat unit produksi memberi saran kebijakan kepada manajer unit produksi untuk dibuat masukan dalam oprasionalisasi unit produksi.
g.      Unit produksi dipertanggungjawabkan oleh manajer unit produksi dalam bentuk laporan kepada kepala sekolah dan kepala sekloah memberikannya kepada kepala bidang pendidikan menengah kejuruan minimal satu tahun sekali.
h.      Semua kegiatan unit produksi harus memperhatikan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
i.        Sekolah dalam mengoprasikan unit produksi dapat bekerja sama dengan pihak luar seperti lembaga pemerintah, dunia usaha industri dan masyarakat luas.
j.        Pengawasan unit produksi dilaksanakan oleh kepala sekolah atau badan pengawas yang ditunjuk.Kepala SekolahKasubagguruKoperasiUnit Simpan PinjamUnit ProduksiKonsumenInstalasi/unit-unit produksiUnit Pertokoan.

B.     MODEL PEMBELAJARAN PBE
Sudah cukup banyak model pembelajaran dalam dunia pendidikan.salah satunya adalah pendidikan berbasis produksi (Production Based Education).Pada dasarnya model ini menganut konsep bahwa praktik mahasiswa harus menghasilkan suatu barang atau produk yang laku untuk dijual, oleh karena itu seluruh persyaratan tentang kriteria barang produksi wajib dipenuhi dalam upaya menghasilkan barang atau produk yang memiliki nilai jual di masyarakat.
Pendidikan berbasis produksi adalah proses pendidikan keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa yang sesuai tuntutan pasar atau konsumen. PBE menekankan pembelajaran, di mana mahasiswa dapat melakukan kegiatan produksi atau jasa yang memenuhi standar Dunia Usaha/Dunia Industri dan masyarakat.PBE juga dapat diartikan sebagai Kurikulum Implementatif yang dibuat bersama antara sekolah dengan Dunia Usaha/Dunia Industri.
PBE diharapkan mampu mewujudkan kemampuan Sumber Daya Manusia dalam bentuk keterampilan nyata yang didukung dengan sarana dan prasarana yang ada di kampus atau lembaga secara optimal. Selain itu PBE juga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Dunia Industri, serta membentuk sikap professional atau wirausahawan yang produktif, misalnya saja menghargai waktu, jujur, percaya diri, menjunjung tinggi etika dan profesi, disiplin, cinta pekerjaan, bertanggungjawab terhadap tugas dan mandiri.
Secara fungsi, Production Based Education (PBE), dapat dijadikan tempat perwujudan konsep link and match (keterkaitan dan kesepadanan) bagi sekolah atau lembaga pendidikan lainnya yang dikelola dengan Dunia Usaha/Dunia Industri yang dilaksanakan dalam bentuk Pendidikan Berbasis Produksi, Prakerin atau Pendidikan Sistem Ganda (PSG). PBE juga dapat dijadikan tempat pelatihan nyata (on the job training) bagi mahasiswa, sebagai wadah untuk menjalin kerja sama antara Dunia Pendidikan dan Dunia Industri serta masyarakat serta sebagai tempat eksperimen dan pengembangan ide-ide baru yang bermanfaat bagi perkembangan IPTEK. Karakteristik atau ciri-ciri Implementasi Program PBE antara lain :
1.      Mengarah pelayanan industri,
2.      Menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri, sebagai sarana nyata pelatihan bagi dosen, staf dan mahasiswa,
3.      Mewujudkan produk berkualitas dan mampu bersaing, meningkatkan kualitas pendidikan dengan standar industry,
4.      Sebagai penunjang biaya operasional pendidikan dan pengembangan institusi. 
Dalam pelaksanaannya, PBE memerlukan link and match (keselarasan dan kesepadanan) antara tiga unsur, yaitu kurikulum di lembaga pendidikan, industri dan unit dan jasa (UPJ) di lembaga pendidikan.UPJ merupakan salah satu wadah kegiatan yang menjembatani antara kurikulum di lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri.
Pengembangan strategi PBT merupakan sinkronisasi/paduan antara penguasaan konsep dan prinsip terhadap suatu obyek serta penerapannya dalam kegiatan produksi, dengan memperhatikan fakta dan menggunakan prosedur tetap untuk menghasilkan suatu produk yang standar.Ketentuan ini diacu dalam rangka pembelajaran untuk membentuk kompetensi dan sikap profesionalisme siswa.
1.      Orentasi
Strategi PBT adalah suatu upaya pembelajaran yang difokuskan pada potensi siswa, dan kebutuhan wilayah untuk menghasilkan tamatan yang profesional, serta mempunyai relevansi yang tinggi, dengan memperhatikan prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi.an Pendekatan ini sasaran utamanya adalah agar SMK dapat berperan dalam meningkatkan pemberdayaan potensi wilayah untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

2.      Pengembangan Program
Program pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada produk unggulan sekolah/daerah, dan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk memasuki lapangan kerja dan berusaha mandiri di bidang pertanian yang relevan.Pengembangan program juga memperhatikan optimalisasi, efisiensi, kelestarian/ sustanibility agar mampu menggambarkan suatu pola agribisnis yang terpadu, mengedepankan nilai-nilai kependidikan, dan bisnis. Selain komponen-komponen di atas, faktor yang juga harus dipertimbangkan agar program dapat berdayaguna dan berhasil guna adalah:
a.              Berorientasi dan menyesuaikan dengan lingkungan hidup yang meliputi: lingkungan biologis, lingkungan geografis termasuk kedekatan dengan kegiatan ekonomi, lingkungan sosial dan ekologis.
b.             Mempertimbangkan kebutuhan masa yang akan datang (perkembangan IPTEK, kelestarian lingkungan/sustainability dan kesejahteraan masyarakat).
c.              Mempertimbangkan aspek ekonomi, bahwa program yang dikembangkan harus mampu mendorong tumbuhnya perekonomian daerah, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekolah.

3.      Ruang Lingkup Materi
Materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan pengetahua.n, ketrampilan dan sikap untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang dicita-citakan dalam UUSPN No 2 tahun l989 dan tujuan pendidikan menengah dalam PP No 29 tahun l990.
Materi pembelajaran secara umum merupakan paduan dari semua disiplin ilmu, terdiri dari materi kejuruan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk berusaha dibidang pertanian, materi-materi adaptif, dan normatif yang secara fungsional mendukung dalam pembentukan manusia profesional, yang dilandasi oleh terbentuknya watak, sikap dan karakter sesuai dengan kepribadian bangsa.

4.      Strategi Pembelajaran
Pembelajaran diarahkan kepada berbagai strategi yang dianggap cocok dan sesuai dengan tujuan, keadaan, dan kebutuhan lingkungan sekolah. Secara kusus strategi yang direkomendasikan adalah belajar tuntas, berbasis produksi, dan pembelajaran berorentasi pada siswa/ belajar siswa aktif (student centered learning), serta behavior Outcome Aproach.
Melalui pendekatan belajar seperti ini selain akan mampu membentuk manusia yang profesional, diharapkan juga akan mendorong munculnya sikap positif dalam belajar.
Siklus terbentuknya sikap positif dalam belajar.Secara psikologis sikap positif ini diharapkan mampu menjadi sistem nilai pada diri siswa, dan melalui ketuntasan belajar, kapasitas belajar (learning capasity), dan kreatifitasnya akan berkembang menumbuhkan etos kerja dan rasa percaya diri atau self confident dalam melakukan kegiatan produksi.

5.      Pendekatan Pembelajaran
Kegiatan belajar Mengajar diarahkan untuk membentuk siswa yang profesional dan produktif dengan mengedepankan pengembangan (kognitive skill, Psikomotorik Skill, dan Afective skill) serta personal skill sesuai dengan karakter dan tuntutan kompetensi. Pelaksanaan proses pembelajaran diorganisir secara bertahap dengan memperhatikan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa serta tingkat kesulitan/kompleksitas kompetensi (mulai dari yang kongkrit menuju pada yang abstrak). Untuk memperoleh efisiensi, pengorganisasian belajar dapat dilakukan secara berkelompok (group) atau individu.Pengorganisasian ini dirancang dengan mempertimbangkan potensi individu siswa, daya dukung, dan perubahan perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa.
Layanan guru kepada siswa diberikan secara individual sesuai dengan tingkat kebutuhan masing-masing siswa.Dari dimensi pembelajaran berbasis produksi, ada dua komponen utama yaitu tentang kompetensi bidang pertanian, dan metodologi pembelajaran pertanian.Ditinjau dari kompetensi kejuruan pertanian, seorang guru harus mampu mentransfer kompetensi dan teknologi yang berkembang dan dibutuhkan di dunia kerja sesuai dengan ruang lingkup kompetensi yang dibutuhkan siswa.
Ditinjau dari metodologi/desain pembelajaran, guru harus mampu menyiapkan kegiatan belajar yang dapat menumbuhkan motifasi untuk berprestasi dan menjadi pelajar yang mandiri, mampu bekerjasama dalam team, serta berani mengambil keputusan pada berbagai kondisi dilingkungannya. Dari fungsi ini maka proses pembelajaran mengutamakan bagaimana siswa dapat belajar secara aktif, sehingga mampu memberikan pemahaman (understanding) dan penghayatan/penjiwaan terhadap perilaku yang ada pada setiap kompetensi dan mampu bertindak sesuai prosedur, dalam menghasilkan produk sesuai ketentuan standar, sehingga berkompeten.

6.      Pola Penyelenggaraan
Dalam rangka mendekatkan kesesuaian mutu tamatan terhadap tuntutan kemampuan kerja dan sikap profesional yang dibutuhkan oleh lapangan kerja, maka pola penyelenggaraan pembelajaran diarahkan menggunakan wahana unit produksi/Training Production Unit (TPU) yang dikelola secara profesional.
Untuk mencapai efisiensi dan memperoleh standar operasional prosedur yang tepat, sekolah seyogyanya melakukan pengkajian dan pengembangan proses pembelajaran secara terus menerus, sampai ditemukan pola pembelajaran yang paling sesuai dalam penyelenggaraan PBM. Kesesuaian ini ditandai dengan munculnya reaksi positif pada diri siswa dalam setiap tahapan belajar.

7.      Evaluasi Keberhasilan Belajar Siswa
Evaluasi Hasil belajar adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pembelajaran. Evaluasi tidak saja sebagai proses pengukuran dan penilaian hasil belajar siswa, tetapi hasilnya juga untuk memberikan umpan balik terhadap proses PBM. Pendekatan Evaluasi menggunakan Penilaian Acuan Patokan, sedangkan strateginya adalah menggunakan eksternal Evaluation (keberhasilan belajar siswa dinilai oleh pihak luar Depdiknas), melalui proses verifikasi bukti hasil belajar siswa.

8.      Sistem Pengelolaan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dirancang dengan menerapkan prinsip magang (Apertenship Metodology) pada kegiatan produksi, dengan menggunakan wahana TPU. Melalui pendekatan ini peran guru adalah sebagai manajer kelas, baik dalam kegiatan produksi maupun dalam proses pembelajaran. Siswa dalam hal ini secara aktif terlibat dalam proses produksi sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Tahap awal (level 1) siswa akan terlibat secara aktif dalam kegiatan produksi, terutama dalam tugas/pekerjaan yang sederhana dan rutin dalam rangka pengembangan motorik skills/crafmenship. Tahap berikutnya (level2) peran siswa dalam kegiatan produksi sudah mulai meningkat, selain mengerjakan pekerjaan yang sifatnya motorik dalam rangka pemutahiran kompetensi dasar, juga pekerjaan yang sifatnya mnajerial, problim solving dan pengambilan keputusan pada setiap tahapan kerja.Kegiatan ini merupakan wujut aplikasi dari penguasaan konsep dasar budidaya. 



  
BAB III
PEMBAHASAN


Sumber daya Indonesia yang paling berharga adalah Ketrampilan dan keahlian bangsanya. Best practice dan pelatihan menjadi aspek penting didalam menyongsong globalisasi. Meningkatnya persaingan global maupun regional yang akan dihadapi Indonesia,membutuhkan tingkat pelatihan ketrampilan kejuruan yang memadai dengan materi tentang metode yang baik (best practice) dan berkualitas. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan berkembang kearah perekonomian global, sehingga perusahaan dan industri dituntut untuk mampu bersaing di pasar regional maupun pasar global. Oleh karena itu Indonesia harus mampu mengelola dan mengembangkan berbagai sumber daya yang ada dengan baik. Karena itu perlu adanya nilai tambah, yaitu dengan jalan meningkatkan ketrampilan dan keahlian generasi muda yang akan memasuki dunia kerja.
Peningkatan kualitas keahlian dapat diujudkan dengan cara meningkatkan kualitas kerja dan operasional pelaksanaan unit produksi di Prodi Pendidikan Tata Boga. Unit produksi dapat dijadikan sebagai dasar pelatihan baik praktek teori yang langsung diselaraskan dengan realita dan kenyataan kerja di dunia industri, dan dapat pula dijadikan strategi penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan profesional dalam menghadapi era globalisasi.
1.      Strategi Penyiapan SDM Global
a.   Penyiapan SDM global dapat dilaksanakan pada jalur pendidikan, pelatihan dan pengalaman melalui unit produksi sekolah,
b.  Kebijakan pengembangan unit produksi peka dan okomodatif terhadap tuntutan dunia industri baik nasional maupun internasional,
c.    Nilai nilai global (Peace, justice, human right, democracy, sustainable, development) diajarkan melalui jalur pengembangan teori dan pengalaman,
d.     Berbagai perkembangan global dalam bidang peningkatan keahlian agar di integrasikan ke dalam bentuk realita dan kenyataan pada dunia kerja dan dunia industri,
e.  Prioritas komunikasi di dalam unit produksi adalah bahasa Inggris. Sehingga posisi pendidikan harus berada di atas Standar Nasioanal Pendidikan (SNP) dan budaya bangsa harus diinternalisasikan ke dalam bentuk operational unit produksi
f.   Mengadakan perkembangan profesi
g. Menggalang dukungan dari berbagai pihak yang terkait untuk dapat dijadikan mitra kerja dan untuk mendapatkan pengakuan kualitas keahlian peserta didik,  
 Sistem pelatihan yang dipacu oleh industri,.dapat menekankan pada tingkat ketrampilan dan keahlian, dengan menerapkan sistem berbasis kompetensi banyak manfaat yang diperoleh sekolah kejuruan, karena semua ketrampilan dan keahlian dibuat atas dasar kebutuhan nyata industri. Adapun manfaat yan diperoleh lembaga  adalah sebagai berikut:
a.       Kualitas keahlian yang diperoleh peserta didik merupakan keahlian sudah memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan ditempat dunia kerja, maka dunia industri akan menjamin dan mengakui akan kualitas keahlian yang dimiliki peserta didik,
b.      Pembelajaran praktek yang diajarkan di sekolah selaras dengan kualitas kerja dunia industri,
c.       Pengembangan standar kompetensi akan memudahkan dalam penilaian ketrampilan dari setiap peserta didik,
d.      Standar kompetensi menjadi ukuran mutu (bench mark) untuk sertifikat ketrampilan yang diberikan kepada peserta didik
e.       Adanya keselarasan antara on the job dan off the job

2.      Kemampuan Profesional yang Dituntut di Era Global
a.       Mempunyai karakter yang baik
b.      Mempunyai kemampuan konseptual
c.       Mempunyai kemampuan sosial dilandasi dengan iman
d.      Mempunyai kemampuan tehnical dilandasi dengan pengetahuan tehnik
e.       Mempunyai kemampuan konstektual
f.       Mempunyai kemampuan komunikai yang baik baik dalam dan luar negeri
g.       Mempunyai kemampuan adaftif dan antisipatif , dengan mempunyai kemampuan bekerjasama
h.      Mempunyai jiwa kewirausahaan, dengan bersikap dan berpikir mandiri, tidak pernah merasa puas dan  tanggung jawab

3.      Persaingan dan Kerjasama di Era Global
a. Kualitas
b. Produktifitas
c. Efisiensi
d. Harga
e. Layanan
f. Kompleksitas

4.      Standar Keahlian Yang Diperlukan
Sistem berbasis kompetensi menggunakan standar ketrampilan yang ditentukan oleh industri, yang dipakai sebagai dasar penyusunan kurikulum, bahan ajar, pengujian dan sertifikasi.. semua sertifikat harus harus berbasis pada standar ketrampilan. Standar ketrampilan terdiri dari berbagai jenis, antara lain: Standarr internasional yang berlaku di berbagai industri Karena industri tersebut melaksanakan pekerjaan dalam konteks internsional, Standar nasional yang diperlukan di sebagian besar wilayah Indonesia yang menunjukkan kebutuhan lapangan kerja di Indonesia, dan Standar regional atau perusahaan dipakai untuk memenuhi kebutuhan khusus regional/daerah atau perusahaan tertentu.

A.    UNIT PRODUKSI DI PRODI. PENDIDIKAN TATA BOGA
Unit produksi adalah suatu proses kegiatan usaha yang dilakukan oleh lembaga pendidikan secara berkesinambungan, bersifat bisnis dengan para pelaku warga sekolah, mengoptimalkan sumber daya sekolah dan lingkungan, dalam berbagai bentuk unit usaha (produk maupun jasa) yang dikelola secara profesional. Unit produksi merupakan kegiatan kewirausahaan di lembaga pendidikan maka dalam pelaksanaannya harus dikelola secara bisnis dan dilembagakan dalam wadah usaha.
1.      Tujuan Unit Produksi
·         Meningkatkan pelaksanaan kegiatan praktek intra dan ekstra kurikuler.
·         Meningkatkan kualitas pendidikan agar tamatan benar-benar merupakan tenaga kerja terampil dan layak kerja di dunia usaha, sesuai bidang atau Program Keahlian masing-masing.
·         Meningkatkan kesejahteraan seluruh warga pendidikan.
·         Meningkatkan pelayanan terhadap mahasiswa.
·         Membantu meringankan pelayanan dan operasional pendidikan.
·         Membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan fasilitas dan biaya-biya pendidikan.
·         Menambah semangat kebersamaan.
·         Untuk mengembangkan sikap mandiri dan percaya diri dalam pelaksanaan kegiatan praktik.
·         Mendukung pelaksanaan dan pencapaian pendidikan seutuhnya.
·         Memberikan kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk mengerjakan pekerjaan praktik yang berorientasi pasar
·         Sebagai wadah prakerin bagi mahasiswa yang tidak mendapatkan tempat pelatihan.
·         Menjalin hubungan yang lebih baik dengan dunia usaha/industri atau masyarakat lain atas terbukanya fasilitas untuk umum.
·         Meningkatkan kreativitas mahasiswa dan dosen.
·         Menumbuhkan sikap profesional produktif mahasiswa dan dosen.
·         Melatih supaya tidak tergantung dengan orang lain
·         Mengadakan kegiatan intra, dan ekstra kurikuler mahasiswa
·         Meningkatkan kualitas tamatan dalam berbagai segi terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan.

2.      Manfaat Unit Produksi
·         Manfaat Ekonomis
a.       Meningkatkan pendapatan instansi menuju kearah yang lebih mandiri
b.      Menambah sumber biaya operasional pendidikan praktik di kampus
c.       Dapat menambah jumlah fasilitas belajar mengajar di kampus
d.      Meningkatkan penghasilan bagi dosen dan karyawan
e.       Menciptakan lapangan kerja bagi warga instansi
·         Manfaat Edukatif
                         a.      Meningkatkan pengetahuan mahasiswa, dosen dan karyawan
                        b.      Meningkatkan keterampilan mahasiswa, dosen dan karyawan
                         c.      Meningkatkan kemampuan berorganisasi warga instansi dalam bidang usaha
                        d.      Melatih disiplin dan inisiatif
                         e.      Menambah intensitas belajar mahasiswa
                         f.      Dapat mengikuti perkembangan IPTEK

3.      Jenis Unit Produksi
a.       Café laboga
b.      Laboga Patiserrie
c.       Laboga PKM
d.      Café Mahasiswa

4.      Bidang Usaha Unit Produksi
  1. Unit Usaha Catering Pesta dan Lembaga
  2. Unit Usaha Jasa Catering
  3. Unit Usaha Patisserie
  4. Unit Usaha café mahasiswa
e.       Restaurant (tahap pembuatan)

B.     ANALISIS SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu analisis pilihan (strategic choice) yang sudah sangat populer.Dalam  pembahasan  ini dibahas mengenai SWOT yang terdapat di Unit Produksi pendidikan Tata Boga.
  
1.      Kekuatan  (Strengs)
a.       Kebutuhan akan makanan yang tidak pernah habis, dan menjadi kebutuhan primer.
b.      Berada pada lingkungan mahasiswa dan dosen.
c.       Bangunan baru dengan konsep minimalis.
d.      Peralatan modern dan canggih.
e.       Jauh dari kebisingan dan polusi udara.
f.       Pembelajaran berbasis UP memberikan mahasiswa pengalaman dan kopetensi, sehingga lulusan memiliki mutu yang baik.

2.      Kekurangan (Weekness)
a.       UP belum dikelola dengan optimal dan profesional (pemasaran ataupun promosinya), serta SDM belum tertata dengan sempurna
b.      Kurangnya kesadaran akan pentingnya unit produksi dan model pembelajaran PBE.
c.       Kegiatan unit produksi seyogyanya menyesuaikan dengan dengan pembelajaran (kurikulum)dan berjalan efisien namun tetap sesuai dengan target kompetensi yang diharapkan.
d.      Tidak adanya persamaan konsep pembelajaran berbasis unit produksi antar satu dosen dengan dosen yang lain.
e.       Kurangnya dosen yang benar-benar memahami pembelajaran berbasis unit produksi.

3.      Kesempatan (Oportunity)
a.       Mata kuliah praktek boga memerlukan dana yang cukup besar sehingga dapat mengurangi alokasi dana untuk investasi dan pengembangan.
b.      Menjadi proyek percontohan pendidikan
c.       Berani bersaing dengan keunikan

4.      Ancaman (Threat)
a.       Akan adanya perbedaan persepsi dalam bidang pengelolaan keuangan unit produksi
b.      Penggunaan metode pembelajaran yang berbeda untuk setiap dosen, sehingga tidak mendukung program PBE.
c.       Kurikulum  dan mata kuliah yang  sering direfisi, sehingga pemesanan produk terhambat. Karena PBE harus disesuaikan dengan kurikulum.
d.      Harga bahan baku makanan yang  semakin tinggi dan persaingan bisnis yang meningkat

Berdasarkan analisa diatas maka dapat diperkirakan posisi Unit Produksi sebagai persiapan penerapan model PBE dalam kuadran SWOT, yang didasarkan atas proporsi jumlah butir S-W-O-T dari setiap garis koordinatnya. Jumlah kekuatan ada 6 dan kelemahan ada 5, maka posisinya ada di (6-5)=1 pada garis kekuatan. Jumlah peluang ada 3 dan ancaman ada 4 sehingga pada garis O-T berada pada (3-4)= -1 pada garis peluang. Hasil perpaduan diatas diperoleh titik kordinat (1,-1) yang memperlihatkan bahwa UP berada pada kuadran I. Dari posisi tersebut, terlihat bahwa strategi yang cocok untuk merevitalisasi Unit Produksi sebagai persiapan penerapan model PBE adalah dengan melakukan konsolidasi.

Diagram 1. Titik Koordinat SWOT (1,-1)

Berdasarkan analisis SWOT tersebut dipatkan bahwa dengan titiik kordinat (1,-1) strategi yang harus dilakukan dalam revitalisasi Unit Produksi untuk mempersiapkan model pembelajaran PBE adalah dengan melakukan konsilidasi.
Konsolidasi adalah menyatukan seluruh sumber daya, peluang dan kekuatan untuk memenangkan persaingan jangka panjang.Memenangkan persainganberarti menjadi yang terbaik untukmenghasilkan lulusan yang bermutu. Konsolidasi dilakukan dengan mengevaluasi kondisi usaha dan kurikulum pembelajaran saat ini, diteruskan dengan pengembangan strategi usaha jangka panjang, strategi tersebut dibuat lebih terperinci dalam bentuk perencanaan dengan sasaran bergerak ke jangka menengah dan panjang yang meliputi pengembangan sistem manajemen agarperencanaan dan implementasi bisa sejalan, memberikan perioritas pada pengembangan yang dilakukan secara terus menerus, pengembangan pembelajaran dilakukansistimatis dan efisiensi menjadi acuan prestasi.

C.    REVITALISASI UNIT PRODUKSI SEBAGAI PERSIAPAN PENERAPAN MODEL PBE

Banyak hal yang harus dilakukan untuk menyatukan seluruh sumber daya, peluang dankekuatan untuk memvitalkan kembali unit produksi, beberapa diantaranya perlumembenahi manajemen operasi, merubah paradigma model pembelajaran PBE, membenahi terus kurikulum pembelajaran, inovasi produk dan lain-lainnya. Perlu diperhatikan setiap aktifitas membutuhkan sumber daya dimana dalam bisnis sumber daya selalu terbatas, hal tersebut merupakan tugas manajemen untuk membuat perioritas, memuntuskan bagaimana melakukannya, kapan dilakukan, siapa yang melakukan bagaimana tahap-tahap pelaksanaannya. 
Kegiatan utama konsolidasi usaha adalah menetapkan tujuan dan sasaran unit produksi, pembelajaran dan bisnis yang ingin dicapai, mengeksplorasi masalah saat ini dan yang akan muncul dimasa datang dalam pelaksanaannya, selanjutnya mencari solusi berbagai masalah tersebut harus untuk dirangkai dalam program kerja yang terintegrasi sehingga bisa dikerjakan secara konsisten.
Permasalahan dalam menetapkan sasaran  unit produksi dan pembelajaran adalah :
1.      Menarik garis antara sasaran yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi unit produksi, pembelajaran dan lingkungan saat ini, garis tersebut adalah sasaran antara atau tahap-tahap pengerjaannya.
2.      Memperkirakan kondisi lingkungan atau peluang dan tantangan dimasa datang sehingga sasaran yang ingin anda capai lebih realistis.
Tahap berikutnya menjalin program kerja dalam program konsolidasi bisnis yang terdiri dari :
1.         Strategi jangka panjang
a.       Strategi pasar dan positioning
b.      Sasaran investasi atau kapasitas operasional
c.       Sasaran formasi dan keunggulan SDM
d.      Sasaran pengembangan teknologi
e.       Sasaran posisi keuangan
f.       Hubungan relasi dengan industri
2.         Strategi jangka menengah
a.       Rencana mutu lulusan
b.      Rencana kedalaman produk
c.       Rencana investasi
d.      Rencana pengembangan SDM atau lulusan
e.       Rencana pengembangan teknologi
f.       Proyeksi keuangan
3.         Strategi jangka pendek
a.       Program investasi jangka pendek dan pengembangan produk
b.      Pengembangan model pembelajaran
c.       Menjalin hubungan industry atau bisnis
d.      Program peningkatan efisiensi dan efektifitas operasional dan pembelajaran
e.       Program peningkatan kapasitas mutu lulusan
f.       Rencana keuangan


D.    RELEVANSI UNIT PRODUKSI DAN MODEL PBE TERHADAP MUTU LULUSAN

Pendekatan kompetensi memfokuskan pada penghubungan strategi kegiatan terhadap usaha kerja individu.Hal tersebut dapat memotivasi individu dalam mengembangkan kompetensi yang dapat digunakan dalam berbagai situasi pekerjaan.Sebuah unit produksi, lembaga-lembaga pelatihan dan pengalaman (assesment center) didirikan guna meningkatkan kompetesi seseorang.
Menurut Surya Dharma (2002 :116) Proses perolehan kompetensi dapat diperoleh melalui :
1.      Recognition
Yaitu sebuah simulasi atau studi kasus yang memberikan kesempatan peserta diklat untuk mengenali satu atau lebih kompetensi yang harus dikuasai dan mengukur tinggi rendahnya kualitas pekerjaannya sehingga peserta diklat dapat belajar dari pengalaman simulasi tersebut.
2.      Understanding
Instruksi khusus yng diberikan kepada peserta diklat oleh instruktur termasuk modelling perilaku apa dan bagaimana yang harus di tenerapkan untuk memproleh sebuah kompetensi.
3.      Feedback
Suatu latihan dimana peserta diklat dapat mempraktikkan kompetensi yang telah dimilikinya.
4.      Assesment
Merupakan umpan balik kepada peserta diklat terhadap kompetensi yang telah dimilikinya.Cara ini dapat memotivasi agar peserta diklat mau mempelajari kompetensi yang harus dimilikinya sehingga mereka sadar terhadap kesenjangan antara kinerja aktual dengan idealnya.
5.      Job Application
Peserta diklat menetapkan tujuan dan mengembangkan tindakan spesifik yang dikembangkan setelah melalui latihan.

Kelima langkah tersebut diatas pada intinya memberikan gambaran bahwa sebuah perolehan kompetensi oleh peserta diklat harus melalui langkah-langkah kerja yang simultan, yaitu dimulai dengan perolehan pengetahuan dasar kompetensi yang akan dikuasainya, melakukan praktik kerja guna memperoleh pengalaman kerja yang di awasi dan dinilai langsung oleh instruktur, sampai pada akhirnya kompetensi tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan sehari-hari. 
Langkah-langkah tersebut sesuai dengan tujuan diadakannya unit prouksi disekolah yaitu untuk meningkatkan pelaksanaan praktek, melatih displin dan kepercayaan diri, melatih keberanian mengambil resiko yang diperhitungkan dan peserta diklat terampil dalam bidangnya.Menurut Syamsuri (2011) berdasarkan hasil penelitiannya, bahwa kegiatan unit produksi khususnya yang berhubungan dengan peserta diklat program teknik sepeda motor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upaya peningkatan kompetensi siswa dengan besar pengaruh sebesar 69% yang tergolong kuat.hal tersebut serupa dengan pendapat Prof. Mukhidin (2010) dalam penelitiannya, bahwamanajemen pemberdayaan unit produksi berkontibusi positif dan signifikan terhadap relevansi lulusan pada program studi keahlian teknik otomotif, yaitu dengan koefisien korelasi sebesar 0,75 atau kontribusi sebesar 56,25%.
Dengan menerapkan pembelajaran Production Based Education, mahasiswa dapat lebih memahami kompetensi yang harus dikuasi, mengingat unit kerja yang diberikan merupakan aplikasi langsung dari bisnis yang dijalani oleh lembaga pendidikannya. Otomatis dengan terbiasanya mengerjakan unit kerja berbasis bisnis, dan dengan penyesuaian kurikulum dengan dunia industry, hard skill yang dimiliki mahasiswa akan bertambah, sehingga mutu lulusan pun akan bagus.



 BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Unit produksi dapat menjadi organisasi yang lebih menarik bagi siswa selain untuk mendapatkan pengalaman tetapi dengan sedikit memperhitungkan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan unit produksi, sehingga mahasiswa lebih termotivasi dalam mengelola unit produksi. Berdasarkan hasil pengamatan, pada dasarnya unit produksi di Prodi Pendidikan Tata Boga sudah sangat bagus, karena sudah dilengkapi dengan sarana dan prasaran yang sangat menunjang, sehingga memiliki potensi untuk menerapkan model pembelajaran prodction based education (PBE).
Namun, unit produksi yang terdapat didalamnya mengalami kemunduran dengan bergai macam permasalahannya.Berdasarkan analisis SWOT untuk merevitalisasikannya dapat dilakukan dengan dengan strategi konsolidasi, yaitu menyatukan seluruh sumber daya, peluang dan kekuatan untuk memenangkan persaingan jangka panjang.

B.     REKOMENDASI
Adapun rekomendasi yang dapat diberikan untuk Prodi Pendidikan Tata Boga adalah sebagai berikut:
1.      Mengupayakan pengembangan manajemen pengelolaan unit produksi secara terus menerus, bertahap serta terprogram, dan meningkatkan kemitraan dengan dunia usaha/industri.
2.      Membenahi sistem pembelajaran dan menyamakan persepsi tentang pembelajaran PBE.
3.      Meningkatkan sosialisasi program unit produksi secara konkrit, agar semua warga di dalam sekolah merasa saling memiliki (sense of belonging) dan secara bertahap tertarik untuk ikut berpartisipasi sehingga tercipta pemberdayaan pontesi yang ada.
4.      Membina pengelola unit produksi yang tangguh, jujur, dan ulet dalam berwirausaha, serta memberi wewenang dengan otonom untuk mengelola produk-produk yang dapat dipasarkan. 
5.      Meningkatkan kerja sama dengan dunia usaha dan industri dengan berprinsip saling menguntungkan (mutual benefit).
6.      Senantiasa melibatkan unsur mahasiswa dalam proses produksi yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan tuntutan keterampilan dalam pekerjaan.


  
DAFTAR  PUSTAKA


Erhard K. Valentin.2005Away With SWOT Analysis: Use Efensive/Offensive Evaluation Instead. The Journal of Applied Business Research.Volume 21, Number 2.  Weber State University

No name. 2011. Jurnal Akuntasi Keuangan.14 mei 2008. Tersedia online [http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2008/05/laporan-keuangan-konsolidasi.html]
Ranchman, Nurdizal. 2011. Jaringan Usaha Kecil Indonesia:KonsolidasiBisnis. Tersedia online: [http://www.usaha-kecil.com/tips_untuk_ukm.html].
Syamsuri, Putra. 2011. Pengaruh Kegiatan Unit Produksi Terhadap Kompetensi Pada Mata Diklat Produktif Paket Kahlian Teknik Sepeda Motor.Tersedia online: [http://putrasyamsuri.blogspot.com/2009/02/pengaruh-kegiatan-unit-produksi.html]
Utami, Kartika. 2011. Kombinasi dan Konsolidasi Bisnis Internasional. Tersedia online : [http://kartikautami27.blogspot.com/2011/03/kombinasi-dan-konsolidasi-bisnis.html]


1 komentar:

  1. Karya udah okey tambah lengkap lagi diberi foto by action siswa nambah oke

    BalasHapus