Rabu, 25 Januari 2012

FILSAFAT dan Permasalahannya


UAS  MATA  KULIAH  FILSAFAT ILMU
S2 - 2012
  
1.      Pengertian filsafat?
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia dan philoshophos. Philos berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Berdasarkan pengertian tersebut seseorang dapat dikatakan telah berfilsafat apabila seluruh ucapan dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah. Filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yang penuh kebijaksanaan, artinya, seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif memperoleh kebijaksanaan. Berfilsafat artinya berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya.


2.      Gunanya mempelajari filsafat ?
a.       Membiasakan diri untuk bersikap kritis, logis, dan rasional, sehingga dapat beropini dan  berargumentasi.
b.       Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan.
c.        Belajar cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah dan membuka wawasan berpikir menuju ke arah verstehen (penghayatan).
d.       Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
e.        Filsafat membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah.

3.      Manusia mencari kebenaran?
Rasa ingin tahu, ingin mengerti yang merupakan kodrat manusia membuat manusia selalu bertanya-tanya. Semakin jauh pikiran manusia maka semakin banyak pertanyaan yang muncul, dan akan semakin banyak pula usahanya untuk mengerti. Kebenaran bersifat tidak abadi, artinya sesuatu yang pada suatu saat dianggap benar di saat yang lain dianggap tidak benar apabila ada kebenaran lainnya. Ini semua terjadi karena dinamika manusia yang selalu bergerak dan ingin mendapatkan sesuatu yang baru. Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran adalah sebagai berikut :
 a.   Tingkatan kebenaran inderawi adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia.
b.    Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dg rasio.
c.    Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yg mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya.
d.  Tingkatan religius, kebenaran mutlak yg bersumber dr Tuhan yg Maha Esa & dihayati oleh kepribadian dengan integritas dg iman dan kepercayaan

4.      Kebenaran hakiki ?
Kenenaran hakiki adalah mutlak milik Allah, sesuai dengan firman  Allah di dalam Q.S 2 (Al-Baqarah:147) yang berbunyi :
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”.
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa setiap kebenaran haruslah merujuk kepada apa yang telah Allah firmankan kepada setiap manusia, sehingga jika ada suatu konsep kebenaran lain yang diciptakan atau dirumuskan oleh seseorang ataupun sekelompok orang diluar daripada ketetapan Allah, maka sesungguhnya konsep tersebut akan tertolak. Sebuah konsep kebenaran yang tidak bersumber dari ketetapan Allah (wahyu), merupakan hasil dari buah pikiran akal manusia yang merunjuk kepada hawa nafsu.

5.      Kebenaran filsafat ?
Berfikir filasafati berarti berfikir utk menemukan kebenaran secara tuntas. Analisis filsafati tentang hakekat ilmu harus ditekankan kepada upaya keilmuan dalam mencari kebenaran, yang terkait degan aspek moral, seperti kejujuran. Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Teori-teori kebenaran fenurut filsafat. Teori Corespondence: kebenaran akan benar terbukti bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud dengan objek yang dituju. Teori Consistency Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Teori Pragmatisme: teori ini benar hanya jika manusia berguna mampu memecahkan problem yang ada, artinya sesuatu itu benar, jika mengembalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Kebenaran Religius : teori kebenaran ini berasal dari tuhan, bersifat mutlak dan hakiki.

6.      Kebenaran ilmiah ?
Pada hakekatnya kebenaran ilmiah adalah sesaat tergantung pada data-data hasil pengamatan yang ada pada waktu itu. Teori ilmiah akan tumbang pada sesuatu waktu dan akan digantikan oleh teori baru. Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh dengan menggunakan metode tertentu yang disusun secara sistematis sehingga kebenaran ilmiah tersebut memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah sesuai dengan fakta, logis, terukur, objektif, dan bersifat universal.

7.      Kebenaran indrawi ?
Pada umumnya manusia dalam menilai sekelilingnya berdasarkan informasi inderawi seperti api, panas, batu, senjata, atau pohon. Kebenaran yang diperoleh cenderung bersifat kebenaran inderawi atau dapat dirasakan oleh panca indra. Kebenaran indrawi merupakan kebenaran yang yang paling sederhana, karena kebenaran ini hanya melibatkan panca indra dalam mencari kebenarannya, pada  umumnya  manusia  dalam  menilai  sekelilingnya  berdasarkan  informasi inderawi. Kebenaran  indrawi dapat dicari oleh semua orang dengan menggunakan panca indera yang mereka miliki. Kebenaran inderawi kadang menyesatkan, untuk mengatasi hal ini diperlukan penalaran atau berpikir untuk menguji kembali fakta-fakta inderawi, sehingga kebenaran yang didapatkan dari panca indra itu dapat digunakan sebagai kebenaran.  

8.      Hubungan antara kebenaran hakiki, filsafiah dan ilmiah?
Agama sebagai teori kebenaran, ketiga teori kebenaran (kebenaran ilmiah, fildafah dan indrawi) menggunakan alat, budi, fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia dan mencari kebenaran melalui panca indra yang mereka punya, dan menemukan kebenaran tersebut melalui berfikir atau berfilsafat, lalu untuk menguji kebenarannya maka diuji menggunakan metode ilmiah, barulah didapatkan sebuah kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan kredibilitasnya. Namun sebagai makhluk ciptaan tuhan, suatu kebenaran harus dikaitkan dengan kebenaran hakiki (religi), dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.

9.      Hubungan antara kebenaran indrawi dan ilmiah ?
Kebenaran Ilmiah adalah kebenaran inderawi yang harus diuji dengan nalar, oleh sebab itu memerlukan metodologi ilmiah dalam rangka memperoleh kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah adalah titik masuk untuk berpikir paradigmatik yaitu berpikir multi disiplin ilmu pengetahuan sebagai solusi terhadap kompleksitas persoalan yang dihadapi manusia. Kebenaran ilmiah selalu menjadi patokan tentang benar tidaknya suatu pengetahuan. Kebenaran indrawi akan memunculkan rasa keingin tahuan lebih yang memaksa seseorang untuk melakukan penelitian agar mendapatkan jawaban. Dalam proses penelitian tersebut, secara tidak sadar orang tersebut sedang membuat atau menciptakan ilmu baru. Dengan kata lain, melalui kebenaran indrawi maka akan muncul keilmuan baru melalui proses pendekatan ilmiah.

10.  Proses terjadinya pengakuan akan adanya kebenaran filsafiah dan ilmiah ?
Kebenaran filsafat, yaitu jenis kebenaran yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat, bersifat mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung adalah absolute-intersubjektif. Berfilsafat berarti berfikir untuk menemukan sebuah jawaban atau kebenaran. Hasil kebenaran dari berfilsafat, kebenarannya perlu diuji kembali untuk mendapatkan hasil yang valid dan reliable, sehingga dapat dipertanngung jawabkan kebenarannya. Pengujian dilakukan dengan pendekatan ilmiah, karena menggunakan metode penelitian ilmiah. Pada akhirnya dengan serangkaian proses ilmiah, kebenaran filsafiah akan berubah menjadi kebenaran ilmiah.

11.  Kebenaran ilmiah itu merupakan kebenaran relatif ?
Kebenaran ilmiah diperoleh melalui prosedur baku di bidang keilmuan yaitu metodologi ilmiah.  Kebenaran ilmiah dapat ditemukan dan dicari dengan melakukan penelitian dengan pendekatak ilmiah.  Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah, artinya suatu kebenaran tidak mungkin muncul tanpa adanya prosedur baku yang harus dilaluinya. Kebenaran ilmiah bersifat universal atau relative, karena kebenaran ilmiah merupakan hasil konvensi dari para ilmuwan di bidangnya. Hanya dengan demikian, kebenaran ilmiah dapat dipertahankan, artinya suatu teori yang dianggap benar suatu waktu akan gugur oleh hasil penemuan baru. Jika penemuan baru (yang menolak kebenaran lama) dapat dibuktikan kebenarannya, maka kebenaran lama harus ditinggalkan.

12.  Penemuan ilmiah mengandung resiko adanya anomali ?
Perkembangan penemuan ilmiah ditandai dengan perkembangan IPTEK yang mengagumkan, yang telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia.  Namun, pada sisi lain, pesatnya kemajuan IPTEK  juga membawa pengaruh negatif, contohnya adalah perkembangan IPTEK memunculkan dehumanisasi  dan dapat melahirkan kecenderungan pengingkaran manusia sebagai homo-religousus atau makhluk teomorfis. Dehumanisasi terjadi sebagai akibat dari kemerosotan tata-nilai dengan menghilangkan kepekaan kepada nilai-nilai luhur, seperti kebenaran, kebaikan, keindahan (estetik) dan kesucian. Mereka hanya peka dan menghargai nilai-nilai dasar, seperti materi (pemilikan kekayaan), hedonisme (kenikmatan jasmani) dan gengsi (prestise).

13.  Penelitian pengembangan dan  penerapan  ilmu tidak terbebaas dari nilai etika ?
Terdapat pendapat bahwa dengan mengaitkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada nilai-nilai dan etika maka hal ini berarti menghalangi perkembangannya. Hal ini sebenarnya tidak tepat, oleh sebab itu pintu untuk eksplorasi bukan hanya ada satu-satunya. Kebebasan akal manusia mencari pintu-pintu lainnya agar arah perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan ditujukan kepada pengerusakan bahkan pembinaan keberadaan manusia di planet Bumi ini, tetap ditujukan kepada kemakmuran, keamanan, kemaslahatan umat manusia. Ilmu dalam liputan iman dan taqwa bukan menghambat perkembangannya, tetapi mendorong untuk mengetahui dan mengeksplorasi alam demi kemaslahatan umat manusia. Menggapai ilmu adalah suatu bentuk ibadah.

14.  Filsafat memandang alam semesta secara sinoptik ?
Filsafat alam adalah filsafat yang berusaha untuk menjelaskan kejadian alam, sifat-sifatnya dan hukum-hukumnya secara teoritis dan menyeluruh. Filsafat alam adalah ilmu-ilmu eksakta, atau ilmu alam yang menjadi lawan dari etika, metafisika dan estetika. Seperti yang dijelaskan Aristoteles (384-322 SM) bahwa filsafat alam berbicara tentang gerak, waktu dan tempat, membahas tentang kehidupan dengan berbagai bentuknya, berisi tentang kejadian benda dan kehancurannya, dan membahas studi ilmiah tetang binatang. Selain itu filsafat alam juga mencakup Holyzoisme, yaitu teori yang memandang bahwa alam semesta adalah sesuatu yang hidup dan berakal.

15.  Ilmu memahami alam semesta secara analitik ?
Untuk mengetahui dan menganalisis suatu kejadian alam, seorang ilmuan harus menggunakan teori untuk menelitinya. Berdasarkan teori-teori yang ia gunakan, seorang peneliti akan melalukan serangkaian metode ilmiah berupa eksperimen untuk menguji kebenaran fenomena alam tersebut. Jika teori itu dibenarkan oleh eksperimen, maka teori itu diterima sebagai prinsip ilmiah, dan akan dianggap benar sampai ada teori baru yang lebih baik dan lebih komprehensif yang dikuatkan oleh eksperimen. Bila teori baru yang lebih komprehensif muncul, maka teori lama jadi tidak berlaku lagi. Ilmu pengetahuan dapat memberi manusia banyak informasi tentang sesuatu. Dengan memperkenalkan manusia dengan hukum tertentu yang mengatur sesuatu, maka ilmu pengetahuan mampu membuat manusia dapat mengendalikan dan memanfaatkan sesuatu, dan dengan demikian ilmu pengetahuan memajukan industri dan teknologi, tentunya melalui proses analitik (kuantitatif) perhitungan empiris dengan menggunakan dengan perhitungan statitistik yang termasuk pendekatan deduktif yaitu dari abstrak menuju konkrit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar