Selasa, 24 Januari 2012

Aplikasi Pewarna Alami Hasil Ekstraksi Limbah Bunga Mawar Dalam Pembuatan Es Krim


Oleh : Mauren Gitta Miranti Syahrudin
Prodi. Pendidikan Tata Boga
Jurusan PKK-FPTK-UPI

maurengitta@yahoo.com

A.    PENDAHULUAN
Bunga mawar merah (Rosa damascene Mill.) banyak dipergunakan sebagai bunga potong, baik di perkantoran, hotel, maupun di rumah,  jika telah berumur 3-4 hari  bunga tersebut akan layu dan kehilangan daya tarik sehingga harganya jatuh. Dalam bunga mawar yang telah layu masih mengandung pigmen antosianin. Zat warna ini banyak diisolasi untuk digunakan dalam beberapa bahan olahan, makanan maupun minuman.

Untuk menarik minat konsumen, sering digunakan pewarna dalam produk cold dessert, yang menjadi permasalahannya akhir-akhir ini adalah sering terjadinya penyalahgunaan penggunaan pewarna tekstil seperti Rhodamin B, yang digunakan sebagai pewarna makanan yang bersifat karsinogen. Pewarna makanan tergolong bahan tambahan pangan (BTP). Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk makanan.
Dengan berkembangnya teknologi, produk instant banyak digemari oleh masyarakat karena mudah, cepat dan murah, yang salah satunya adalah pewarna. Menurut hasil penelitian Saati dan Wachid (2006) bunga mawar mengandung pigmen antosianin, dan penambahan antosianin pada yoghurt terbukti dapat memperlambat kerusakan lemak.

B.     MAKSUD DAN TUJUA
1. Memanfaatkan limbah bunga mawar yang biasanya dibuang.
2. Meningkatkan nilai guna limbah bunga mawar, menjadi sesuatu yang bermanfaat.
3. Mensiasati penggunaan pewarna makanan yang aman untuk dikonsumsi yang harganya terhitung mahal.
4. Memberikan alternatif pewarna alami yang aman dan berkhasiat.

C.    MANFAAT YANG DIHARAPKAN
1. Meningkatkan nilai ekonomi dari limbah bunga mawar
2. Adanya alternatif pewarna alami
3. Menyediakan es krim yang aman dan menarik
4. Meningkatkan alternatif makanan sehat dengan cita rasa yang enak
5. Meningkatkan tingkat ekonomi penjual bunga potong.

D.    TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi bahan tambahan pangan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 235/MEN.KES/PER/VI/1979, tanggal 19 Juni 1979, yaitu sebagai (1) antioksidan, (2) antikempal, (3) pengasam, penetral, dan pendapar, (4) enzim, (5) pemanis buatan, (6) pemutih dan pematang, (7) penambah gizi, (8) pengawet, (9) pengemulsi, pemantap, dan pengental, (10) pengeras, (11) pewarna alami dan sintetik, (12) penyedap rasa dan aroma, (13) seskuestran, serta (14) bahan tambahan lain.
Kualitas bahan makanan ditentukan antara lain oleh cita rasa, warna, tekstur, dan nilai gizi. Akan tetapi, sebagaian besar konsumen sebelum mempertimbangkan cita rasa dan nilai gizi, akan lebih tertarik pada tampilan atau warna makanan. Warna makanan juga bisa dijadikan indikator kesegaran atau kematangan buah serta mutu pengolahan bahan makanan. Pewarna buatan yang tidak direkomendasikan oleh Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Departeman Kesehatan Republik Indonesia dan FDA (Food and Drug Association) dapat mempengaruhi kesehatan. Pewarna yang telah diberi izin peredarannya pun tetap dipantau. Jika dikemudian hari ada hasil temuan atau laporan dari lembaga atau konsumen yang menyatakan ketidak amanan suatu jenis pewarna makanan maka Dirjen POM Depkes RI akan segera mencabut peredarannya.
Bunga mawar merah (Rose damascena) banyak dipergunakan sebagai bunga potong, baik di perkantoran, hotel, maupun di rumah penduduk. Jika telah berumur 3-4 hari, bunga tersebut akan layu dan kehilangan daya tarik sehingga harganya jatuh. Menurut Saati (2001) dalam bunga mawar yang telah layu masih terdapat pigmen antosianin. Antosianin merupakan salah satu zat pewarna alami berwarna kemerah-merahan yang larut dalam air dan tersebar luas di dunia tumbuh-tumbuhan. Zat warna ini banyak diisolasi untuk digunakan dalam beberapa bahan olahan, makanan maupun minuman (Tranggono, 1990). Pada kondisi asam antosianin akan lebih stabil dibandingkan dengan pada kondisi basa atau netral. Antosianin dipengaruhi beberapa faktor antara lain pH, temperatur, oksigen, ion logam (Nollet, 1996). Antosianin juga tergolong senyawa flavonoid yang memiliki fungsi sebagai antioksidan alami (Madhavi, et al., 1996).
Dengan berkembangnya industri pengolahan pangan dan terbatasnya jumlah dan mutu zat pewarna alami, menyebabkan penggunaan zat warna sintetis meningkat. Saat ini telah banyak diproduksi pewarna sintetis dari bahan-bahan kimia. Hal ini terlihat dari tampilan warna berbagai produk makanan dan minuman yang diperjual-belikan dinegara kita, tidak jarang kita temukan dengan warna mencolok secara berlebihan. Akhir-akhir ini makin meresahkan dengan teridentifikasinya  penggunaan pewarna tektil seperti Rhodamin B dan metanil yang digunakan untuk makanan. Rhodamin B bisa menyebabkan kanker hati, kerusakan ginjal, dan alergi, sedangkan methanil yellow menyebabkan kerusakan ginjal dan hati serta diare. Kedua bahan itu sering ditemukan pada minuman.
Pewarna sintesis pada makanan telah banyak terbukti kurang aman dan berbahaya untuk kesehatan manusia. Menurut Jenie et al. (1997), penggunaan pewarna sintetik sebagai pewarna makanan atau minuman dapat berdampak negative yaitu menyebabkan toksik dan karsiogenik. Untuk itu perlu pengembangan alternative zat warna yang aman, yaitu dengan meningkatkan pemakaian pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan.
Zat pewarna alami yang bersifat lebih aman dapat digunakan dan dikembangkan antara lain dari pigmen pigmen karotenoid, kurkumin, antosianin dan pigmen lainnya, dimana pigmen-pigmen tersebut dapat kita peroleh dari jaringan-jaringan tanaman yang ada di sekitar kita.  Ada yang terdapat dalam jaringan buah, bunga, daun, batang maupun akar dari kelompok tanaman buah, sayuran maupun bunga, dan diantaranya sudah terbukti dapat digunakan sebagai pewarna makanan (Saati, 2007).
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa beberapa jenis bunga antara lain bunga kana dan bunga mawar terbukti mengandung pigmen antosianin, yang berpeluang untuk digunakan sebagai pewarna alami.  Bunga-bunga tersebut seringkali digunakan penduduk sebagai bunga potong yang dipajang sebagai penghias ruangan, baik pada acara resmi (seperti seminar, lokakarya, wisuda), dan acara perkawinan (sebagai bunga penghias altar pengantin), upacara adat,  maupun dipajang di rumah-rumah (Saati, 2007).
Telah diketahui bahwa secara umum pigmen antosianin stabil, menampakkan warna merah pada produk yang memiliki nilai pH berkisar antara 1 – 4, suhu dingin dan dikemas oleh bahan gelap atau tak tembus cahaya dan dapat dipergunakan pada produk seperti susu fermentasi dan sari buah (Saati, 2007). Pigmen antosianin bunga mawar merah stabil (berwarna merah, pink/merah muda hingga merah keunguan) pada pH media  2,0 ; 3,5 ; 5,0 dan 8,0, sedangkan pada pH media 6,5 pigmen mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan (Saati, 2007).
Menurut hasil penelitian Saati dan Wachid (2006) bunga mawar mengandung pigmen antosianin, dan penambahan antosianin pada yoghurt terbukti dapat memperlambat kerusakan lemak. Penambahan pigmen antosianin pada susu fermentasi terbukti mampu meningkatkan tampilan warna merah dan bertindak sebagai antioksidator alami dengan menghambat kerusakan vitamin C dan lemak akibat oksidasi.
Es krim merupakan frozen dessert yang sangat popular dengan berbagai jenis produk. Penggunaan pewarna alami dari hasil ekstraksi limbah bunga mawar diterapkan untuk es krim, karena es krim mempunyai suhu ≤ 40OC, yang artinya pigmen antosianin tidak akan rusak karena mengalami pemanasan sehingga berubah menjadi merah kecoklatan.

E.     METODE PENULISAN
1.      Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan dengan  studi literature, yaitu mengumpulkan data-data terutama penelitian-penelitian yang telah dilakukan orang yang berhubungan dengan ekstraksi pigmen antosianin dari bunga mawar dan es krim dan dengan survey langsung ke petani penjual bunga serta distributor bunga seperti toko-toko bunga.
2.      Penelitian Terbatas
Pada tahap ini dilakukan dengan :
a)      Menyortir bunga dengan membuang yang busuk dan menjemurnya selama 3 hari di bawah sinar matahari.
b)       Menyortir bunga kembali dengan membuang yang busuk dan menimbangnya seberat 50 gr.
c)      Mengekstrak bunga mawar dengan formula larutan 1 lt aquades : 3 gr asam sitrat. Ekstraksi dilakukan dengan teknik maserasi, yaitu mengekstrak dengan  perendaman di dalam air dingin atau suhu kamar dan alat yang digunakan adalah hiter stirrer. Proses maserasi terjadi selama 1-1,5 jam, yang kemudian akan dikentalkan dengan evaporasi. Pemakaian asam sitrat ini  mempunyai batas penggunaan, yaitu 34 gr/liter atau 5 gr/kg (tunggal atau campuran dengan asam tartrat). Adapun alur kerja pembuatan ekstraksi adalah :



d)     Pengaplikasian atau pemanfaatan limbah bunga mawar pada es krim. Penambahan pewarna dilakukan pada tahap akhir sebelum adonan es krim dibekukan.

Uji Organoleptik, digunakan untuk menguji daya terima masyarakat terhadap produk dengan menggunakan uji hedonik.
e)      Mematenkan ide dan produk ke DEPKES dan BPOM, serta menyediakan jasa penyediaan produk bagi yang membutuhkan.

F.     HASIL ANALISIS DAN SINTESIS
Pigmen antosianin dari limbah bunga mawar dapat diekstraksi dengan menggunakan aquades dan asam sitrat dan dengan menggunakan teknik maserasi. Karena bersifat larut dalam air, maka aquades seringkali digunakan menjadi pelarut utama. Mahkota bunga yang berwarna merah, biru hingga keunguan umumnya mengandung pigmen antosianin, sedangkan yang bewarna kuning, kecoklatan mengandung pigmen antoxantin. Untuk pigmen antosianin menginginkan diekstrak dengan pelarut aquades atau alkohol 70-95 %, dan dikombinasikan dengan asam seperti HCl, asam sitrat atau asam asetat, dengan perbandingan 90-95 % aquades dan 5-10% asamnya agar lebih stabil sesuai dengan karakter pigmen antosianin.
Hasil penelitian Saati, dkk.(2007), menunjukkan bahwa pigmen antosianin pada beberapa mahkota bunga seperti mawar, kana dan turi merah bersifat stabil ( menampakkan warna merah muda, merah tua hingga keunguan) pada pH sekitar 1 – 11. Sesuai dengan pendapat Hutchings (1994), bahwa antosianin dapat lebih stabil pada perlakuan asam dibandingkan pada perlakuan netral atau basa. Pada pH 1 sampai dengan pH 3 pigmen ini terlihat dalam bentuk ion oxonium merah, saat dalam bentuk terhidrasi antara pH 4 dan pH 7, maka warna yang terbentuk akan pudar. Saat pH lebih tinggi warna ungu akan terbentuk, tetapi bila ionisasi ini berkisar pada pH 10 akan berubah menjadi biru.

1.     Penelitian Terbatas
Dari hasil percobaan pertama, dengan formula perbandingan air aquades 180 ml : asam sitrat 20 gr : bunga mawar 10 gr dan dengan pemanasan 40OC, menghasilkan warna merah pekat dan kental seperti darah dan memiliki pH 1,7.  Dan kemudian dikentalkan dengan cara eveporasi, dari formula tersebut didapatkan ekstrak sebanyak 30 ml dengan kekentalan seperti pasta. Rasa dari pewarna ini sangat asam, sehingga tidak bisa digunakan untuk pewarna makanan atau es krim.
Penelitian ke-2 dilanjutkan dengan perbandingan formula air aquades 1 Lt : asam sitrat 1 gr : bunga mawar 50 gr dan dengan pemanasan 40OC, menghasilkan warna merah bening (tidak pekat). Dilanjutkan dengan pengentalan dengan cara evaporasi, dari formula tersebut didapatkan ekstrak sebanyak 100 ml dan tidak terlalu kental. Rasa dari pewarna ini tidak asam, tetapi ketika diaplikasikan pada es krim warna yang dihasilkan tidak nampak (no evect).
Dari hasil penelitian ke-2  dilakukan penelitian ke-3 dengan formula 1 Lt aquades : 3 gr asam sitrat : 50 gr mawar kering dan dengan pemanasan 40OC, dihasilkan warna merah keungu-unguan dan memiliki pH 4. Rasa dari pewarna ini tidak terlalu asam. Telah diketahui bahwa secara umum pigmen antosianin stabil, menampakkan warna merah pada produk yang memiliki nilai pH berkisar antara 1 – 4, suhu dingin dan dikemas oleh bahan gelap atau tak tembus cahaya dan dapat dipergunakan pada produk seperti susu fermentasi dan sari buah (Saati, 2007). Pigmen antosianin bunga mawar merah stabil (berwarna merah, pink/merah muda hingga merah keunguan) pada pH media  2,0 ; 3,5 ; 5,0 dan 8,0, sedangkan pada pH media 6,5 pigmen mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan (Saati, 2007).

2.     Uji Organoleptik
Setelah mendapatkan hasil ekstraksi, kemudian dilakukan penerapan pewarna alami terhadap es krim. Pengaplikasian diterapkan untuk es krim karena antosianin akan rusak di atas 60OC, sedangkan suhu es krim di bawah 0OC. Penambaan pewarna dalam es krim dilakukan setelah es sudah setengah jadi, atau tinggal dibekukan. Dua pewarna sebanyak 30 ml di campurkan dalam masing-masing 2 lt es krim, kemudian di aduk hingga tercampur rata kemudian dibekukan.
Dan setelah satu hari dan es sudah jadi, dilanjutkan dengan uji hedonik es krim pewarna alami. Dalam dunia kuliner, belum ditemukan es krim dengan pewarna alami hasil ekstraksi limbah bunga mawar dan adapun responden yang digunakan sebanyak 30 orang, dimana dalam uji organoleptik menggunakan dua sampel, yaitu es krim dengan pewarna buatan dan pewarna alami dari limbah bunga mawar. Berikut adalah bagan hasil uji organoleptik.

Dari hasil uji organoleptik didapatkan  hasil sebagai berikut :
1. Bahwa pewarna alami hasil ekstraksi limbah bunga mawar lebih menarik dari pada pewarna buatan.
2. Dari segi rasa panelis berpendapat enak dan dari aroma pewarna hasil dari ekstraksi limbah bunga mawar kurang harum.
3. Es krim dengan pewarna alami disukai 97 % panelis dan artinya dapat diterima dengan baik.
Berdasarkan penelitian antosianin dapat mengalami kerusakan pada suhu di atas 60OC, dan akan stabil pada suhu 40OC, sehingga pewarna alami ini tidak bisa digunakan untuk produk makanan yang pengolahannya menggunakan panas di atas suhu 60OC, contohnya saja dipanggang, dikukus atau digoreng. Karena antosinin akan rusak sehingga warnanya berubah menjadi kecoklatan, sedangkan untuk penerapan pewarna pada pudding masih bisa digunakan, asalkan pencampuran pewarna dimasukkan setelah suhu agar-agar dibawah 50OC.
Secara keseluruhan pewarna alami hasil ekstraksi limbah bunga mawar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kalebihan pewarna alami dibandingkan dengan pewarna sintetik adalah pewarna alami lebih aman untuk dikonsumsi tanpa ada campuran bahan kimia, selain itu pewarna alami ini mengandung antosianin yang berfungsi sebagai antioksidant yang baik untuk tubuh, namun disamping itu pewarna ini juga mempunyai kekurangan. Yaitu daya simpan pewarna yang rendah, hanya 2-3 minggu jika disimpan di lemari es dan 3 hari disuhu ruangan, dan kurang stabilnya warna yang dihasilkan dari setiap ekstraksi.

G.    KESIMPULAN
Tidak semua limbah hanya bisa dibuang begitu saja. Contohnya limbah bunga mawar atau bunga mawar kering masih dapat gunakan untuk pewarna makanan. Bunga mawar kering masih mempunyai pigmen antosianin yang berfungsi sebagai antioksidant, dimana hal tersebut diperlukan oleh tubuh. Sehingga nilai guna limbah bunga mawar menjadi meningkat, dan dari limbah bunga itu sendiri bisa menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
Penggunaan pewarna sintetik dapat dikurangi dengan memberikan alternatif pewarna alami hasil ekstraksi limbah bunga mawar yang aman dan berkhasiat sebagai antioksidan. Selain itu juga untuk mensiasati pewarna makanan yang aman namun harganya cukup mahal dipasaran.  Cara membuat ekstrak limbah bunga mawar adalah dengan metoda maserasi pada suhu dibawah 40OC. Sebelumnya bunga dikeringkan dan disortir terlebih dahulu, lemudian dicampurkan dengan larutan aquade dan asam sitrat. Warna yang dihasilkan adalah merah keungu-unguan.
Pengaplikasian pewarna dapat digunakan untuk semua makanan, kecuali pada makanan yang mengalami pemanasan diatas 40OC, karena pigmen antosianin akan rusak sehingga berubah warnanya menjadi kecoklatan. Kelebihan dari pewarna alami adalah terdapatnya pigmen antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan, sehingga dapat meningkatkan nilai gizi makanan. Sedangkan kelemahannya adalah daya simpan yang rendah dan ketidak stabilan warna yang dihasilkan setip mengekstrak. Dan berdasarkan hasil uji organoleptik pengapikasian pewarna alami pada es krim dapat diterima dengan baik dan 97% panelis berpendapat enak.

DAFTAR PUSTAKA

Bylund, G. (1995). Dairy Processing Handbook. Sweden : Tetrapak Processing System..
Benardo. (2007). Karakteristik Fisik dan Evaluasi Sensoris Es Krim Nabati dengan Penggunaan Xanthan Gum, Sodium Alginat & Carboxy Methylcellulose (CMC) Sebagai Zat Penstabil. Skripsi. UNIKA : Tidak diterbitkan.
Felycia Edi Soetaredjo, Ery Susiany Retnoningtyas. (2007). Pengaruh Jenis Dan Komposisi Pemanis, Kecepatan Dan Waktu Pengadukan Terhadap Viscositas, Overrun, Dan Suhu Pelelehan Es Krim Kedelai.
Jenie, B.S.L., Helianti dan S. Fardiaz.(1997)  Produksi Konsentrat dan Bubuk Pigmen Angkak dari Monascus purpureus.  Buletin Teknologi dan Industri Pangan 7 : 39 – 46
Saati, E.A., dan Wachid, M. 2006. Penggunaan Pigmen Antosianin Bunga Mawar Sortiran Untuk Pewarna dan Penghambat Kerusakan Lemak Pada Susu Fermentasi. Prosiding. Yogyakarta : Patpi.
Saati, E.A. 2007. Pengujian Potensi  Ekstrak Bunga Kana  Dan Mawar Sebagai Larutan Indikator Asam-Basa. Prosiding. Bandung : Patpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar