KURIKULUM INTEGRAL
SMKN 1 MAJALENGKA – PT. ADM
(PROGRAM STUDY
KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN)
Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah PENGEMBANGAN
KURIKULUM PTK yang diampuh oleh Prof.
Dr. Ashari Djohar
Disusun Oleh :
DEDI PURWADI NIM.
1103328
BAB I
PENDAHULUAN
Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau
lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. Kebijakan
Pemerintah tentang rasio SMK dan SMU sebesar 70:30 berakibat pada keberadaan
SMK hampir di setiap kecamatan di Indonesia. Tugas pemerintah selanjutnya
adalah bagaimana meningkatkan kualitas SMK yang sudah ada.
Salah satu sifat pendidikan kejuruan adalah
menuntut adanya kesesuaian kompetensi yang dimiliki lulusan dengan kebutuhan
dunia kerja. Kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja diaplikasikan sebagai
bahan materi pada pembelajaran di SMK. Kesesuaian kompetensi yang diharapkan
oleh dunia kerja didapatkan dengan penyusunan kurikulum yang baik.
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003
tentang Kurikulum menyatakan “Kurikulum
pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
didik”. Kurikulum SMK di susun dengan melibatkan berbagai pihak, pihak-pihak
tersebut antara lain; Pendidik, Komite Sekolah, dan Masyarakat. Masyarakat
disini bisa diartikan berupa Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) sebagai
penerima tenaga kerja lulusan SMK.
SMK dengan Program Keahlian Teknik Kendaraaan
Ringan dalam proses penyusunan kurikulumnya bisa dilakukan bekerja sama dengan
Industri Otomotif. Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Majalengka
dalam proses penyusunan kurikulumnya bekerja sama dengan PT. Astra Daihatsu
Motor. Hasil dari proses ini menghasilkan Kurikulum Integrade yang dilaksakan
pada Kurikulum tahun pelajaran 2011/2012. Tulisan ini berusaha menjelaskan
tentang kurikulum Integrade PT. ADM dan SMKN 1 Majalengka.
BAB II
KAJIAN TEORI
KURIKULUM
Pengertian Kurikulum
Terdapat delapan definisi kurikulum menurut beberapa ahli, yaitu :
- Kurikulum adalah
kelompok pengajaran yang sistematik atau urutan subjek yang dipersyaratkan
untuk lulus atau sertifikasi dalam pelajaran mayor, misalnya kurikulum
pelajaran sosial, kurikulum pendidikan fisika (Carter V. Good dalam Oliva,
191:6)
- Kurikulum adalah seluruh
pengalaman siswa di bawah bimbingan guru ( Hollis L. Caswell and Doak S.
Campbell dalam Oliva, 1991:6)
- Kurikulum adalah sebagai
sebuah perencanaan untuk memperbaiki seperangkat pembelajaran untuk
seseorang agar menjadi terdidik (J. Galen Saylor, William M. Alexander,
and arthur J. Lewis dalam Oliva 1991:6)
- Kurikulum pada umumnya
berisi pernyataan tujuan dan tujuan khusus, menunjukkan seleksi dan
organisasi konten, mengimplikasikan dan meanifestasikan pola belajar
mengajar tertentu, karena tujuan menuntut mereka atau karena organisasi
konten mempersyaratkannya. Pada akhirnya, termasuk di dalamnya program
evaluasi outcome (Hilda Taba dalam Oliva, 1991:6)
- Kurikulum sekolah adalah
konten dan proses formal maupun non formal di mana pebelajar memperoleh
pengetahuan dan pemahaman, perkembangan skil, perubahan tingkah laku,
apresiasi, dan nilai-nilai di bawah bantuan sekolah (Ronald C. Doll dalam
Oliva, 1991:7)
- Kurikulum adalah
rekonstruksi dari pengetahuan dan pengalaman secara sistematik yang
dikembangkan sekolah (atau perguruan tinggi), agar dapat pebelajar
meningkatkan pengetahuan dan pengalamannnya (Danniel Tanner and Laurel N.
Tanner dalam Oliva, 1991:7)
- Kurikulum dalam program
pendidikan dibagi menjadi empat elemen yaitu program belajar, program
pengalaman, program pelayanan, dan kurikulum tersembunyi (Abert I. Oliver
dalam Oliva, 1991:7).
- Kurikulum mengandung
konten (suject matter), pernyataan tujuan (terminal objective), urutan
konten, pre-asesmen dari entri skil yang dipersyaratkan pada siswa ketika
mulai belajar konten (Roert M. Gagne dalam Oliva, 1991:7).
Dari beberapa definisi di atas,
penulis menyimpulkan definisi kurikulum adalah sebagai berikut: Kurikulum
adalah seperangkat perencanaan pengajaran yang sistematik yang berisi
pernyataan tujuan, organisasi konten, organisasi pengalaman belajar, program
pelayanan, pola belajar mengajar, dan program evaluasi agar pebelajar dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dan perubahan tingkah laku.
Beberapa Isilah
dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam
pengembangan kurikulum dikenal ada lima istilah, yaitu pengembangan kurikulum
(Curriculum development), perbaikan kurikulum (Curriculum improvement),
perencanaan kurikulum (Curriculum planning), penerapan kurikulum (curriculum
implementation), dan evaluasi kurikulum (curriculum evaluation).
Pengembangan
kurikulum dan perbaikan kurikulum merupakan istilah yang mirip tetapi tidak
sama. Pengembangan kurikulum merupakan istilah yang lebih komprehensif, di
dalamnya termasuk perencanaan, penerapan, dan evaluasi dan berimplikasi pada
perubahan dan perbaikan. Sedangkan perbaikan kurikulum sering bersinonim dengan
pengembangan kurikulum, walaupun beberapa kasus perubahan dipandang sebagai
hasil dari pengembangan.
Perencanaan
kurikulum adalah fase pre-eliminer dari pengembangan kurikulum. Pada saat
pekerja kurikulum membuat keputusan dan beraksi untuk menetapkan rencana yang
akan dilaksanakan oleh guru dan siswa. Jadi perencanaan merupakan fase berfikir
atau fase disain.
Penerapan
kurikulum adalah menterjemahkan rencana ke dalam tindakan. Pada saat tahap perencanaan
kurikulum, terjadi pemilihan pola tertentu organisasi kurikulum atau
reorganisasi. Pola-pola tersebut diletakkan dalam tahap penerapan
kurikulum. Cara-cara penyempaian pengalaman belajar, misalnya penggunaan
tim pengajaran, diambil dari konteks perencanaan dan dibuat operasional.
Penerapan kurikulum juga mentermahkan rencana menjadi tindakan dalam kelas,
juga aturan pergantian guru dari pekerja kurikulum menjadi instruktur.
Evaluasi
kurikulum merupakan fase terakhir dalam pengembangan kurikulum di mana hasilnya
diases dan keberhasilan pebelajar dan program ditentukan. Fase ini akan dibahas
lebih rinci pada langkah-langkah pengembangan kurikulum.
Sepuluh Aksioma dalam
Pengembangan Kurikulum
Latar belakang pengembangan kurikulum didasarkan pada sepuluh aksioma yang
sudah diyakini kebenarannya dan menjadi argumentasi dan kesimpulan.
Aksioma-aksioma tersebut adalah :
- Perubahan itu tak
terelakkan dan penting karena melalui perubahan bentuk kehidupan tumbuh
dan berkembang.
- Kurikulum itu sebagai
produk dari masyarakat
- Perubahan yang terjadi
secara bersamaan dan ada perubahan setelah ada kurikulum baru.
- Perubahan kurikulum
terjadi karena ada perubahan dalam masyarakat.
- Perubahan kurikulum
merupakan kerja sama semua kelompok.
- Perubahan kurikulum
merupakan proses pengambilan keputusan.
- Perubahan kurikulum
bersifat berkelanjutan dan tiada akhir.
- Perubahan kurikulum
merupakan proses yang komperehensif
- Pengembangan kurikulum
dilaksanakan secara sistematis.
- Pengembangan kurikulum
beranjak dari kurikulum yang sudah ada/kurikulum yang sudah ada.
Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Ada
dua pendekatan dalam pengembangan kurikulum yaitu berbasis pada kabupaten/kota
dan berbasis pada Sekolah. Pada masing-masing pedekatan mempunyai beberapa kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan-kelebihan pada pendekatan yang berbasis pada
kabupaten/kota adalah kesamaan antar sekolah dimungkinkan sehingga
memudahkan koordinasi, memudahkan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh
pengawas selaku Pembina Sekolah. Sedangkan kelemahan-kelamahan pada pendekatan
pengembangan kurikulum berbasis kabupaten/kota adalah tidak menutup kemungkinan
belum secara tepat menyentuh perbedaan karakteristik antar Sekolah, juga sangat
dimungkinkan tidak memuaskan pelanggan. Pendekatan berbasis pada Sekolah dalam
pengembangan kurikulum memiliki kelebihan-kelebihan di antaranya kurikulum
disusun sesuai karakteristik Sekolah, dan lebih banyak memberdayakan di level
Sekolah. Sedangkan kelemahan-kelemahan pada pendekatan tersebut adalah
mempersulit pengawasan dan pembinaan oleh pengawas karena keragamannya,
mempersulit mutasi siswa karena perbedaan kurikulum antar Sekolah.
Landasan Pengembangan
Kurikulum
Terdapat tiga Landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu landasan filosofi,
landasan psikologi, dan landasan sosiologi. Masing-masing landasan sangat
berperan dalam langkah pengembangan kurikulum.
1. Landasan
Filosofi
Filsafat pada dasarnya adalah suatu pandangan
hidup yang ada pada setiap orang. Dengan kata lain bahwa setiap orang mempunyai
filsafat dalam arti pandangan hidup pada dirinya. Berkenaan dengan pendidikan,
setiap orang mempunyai pandangan tertentu mengenai pendidikan. Berdasarkan
pandangan hidup manusia itulah tujuan kurikulum dirumuskan.
Terdapat lima aliran filsafat pendidikan, yaitu filsafat perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme, progresivisme, dan konstruktivime.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan
aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum
Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi
pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat
rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum
Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan
tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan
aliran filsafat cenderung dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan
dan mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan.
Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia,
tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu
dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2. Landasan
Psikologi
Terdapat dua landasan psikologi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum,
yaitu psikologi belajar (psychology of learning) dan psikologi perkembangan.
Psikologi belajar digunakan sebagai landasan dalam men-screen tujuan
pembelajaran umum/standar kompetensi/SK (tentative general objective) yang
sudah dirumuskan untuk merumuskan precise education (kompetensi dasar/KD), dan
menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar yang akan dirumuskan dalam kurikulum.
Sedangkan psikologi perkembangan lebih berperan dalam pengorganisasian
pengalaman-pengalaman belajar, yaitu pada tingkat pendidikan mana atau pada
kelas berapa suatu pengalaman belajar tertentu harus diberikan karena harus
sesuai dengan perkembangan jiwa anak. Pada dasarnya dua landasan
psikologi tersebut sangat diperlukan dalam pengebangan kurikulum yaitu pada
langkah merumuskan tujuan pembelajaran, menyeleksi serta mengorganisasi
pengalaman belajar.
3. Landasan
Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi sosiologi mempelajari bagaimana
manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana
susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu
dengan yang lain. Dengan kata
lain sosiologi berkaitan dengan aspek sosial atau masyarakat.
Sosiolologi mempunyai empat perenan yang sangat
penting dalam pengembangan kurikulum. Empat peranan sosiologi tersebut adalah berperan dalam proses
penyesuaian nilai-nilai dalam masyarakat, berperan dalam penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat, berperan
dalam penyediaan proses sosial, dan berperan dalam memahami keunikan individu,
masyarakat dan daerah.
Dalam merumuskan tujuan kurikulum harus memahami tiga sumber kurikulum yaitu
siswa (student), masyarakat (society), dan konten (content). Sumber siswa lebih
menekankan pada kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan siswa pada tingkat
pendidikan tertentu yang sesuai dengan perkembangan jiwa atau usianya. Sumber
masyarakat lebih melihat kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat, sedangkan sumber konten adalah berhubungan dengan
konten kurikulum yang akan dikembangkan pada tingkat pendidikan yang sesuai.
Dengan kata lain landasan sosiologi digunakan dalam pengembangan kurikulum
dalam merumuskan tujuan pembelajaran dengan memperhatikan sumber masyarakat
(society source) agar kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat.
Langkah-Langkah
Pengembangan Kurikulum
Pegembangan kurikulum
meliputi empat langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran (instructional
objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar (selection of learning
experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar (organization
of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).
- Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective)
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang pertama yang harus diperhatikan dalam
merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of
student), masyarakat (source of society), dan konten (source of content). Tahap
kedua adalah merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi
(SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi (sociology), kemudian
di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan
filsofi pendidikan (philosophy of learning) dan psikologi belajar
(psychology of learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan precise
education atau kompetensi dasar (KD).
- Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman Belajar (selection
of learning experiences)
Dalam merumuskan dan menyeleksi
pengalaman-pengalaman belajar dalam pengembangan kurikulum harus memahami
definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar (psychology of
learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami atau
dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami siswa sebagai learning
activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa; apa yang
ia kerjakan adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang dilakukan oleh guru.
Dalam merancang dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar juga memperhatikan
psikologi belajar.
Ada lima prinsip umum dalam pemilihan pengalaman belajar. Kelima prinsip
tersebut adalah pertama, pengalaman belajar
yang diberikan ditentukan oleh tujuan yang akan dicapai, kedua,
pengalaman belajar harus cukup sehingga
siswa memperoleh kepuasan dari pengadaan berbagai macam perilaku yang
diimplakasikan oleh sasaran hasil, ketiga, reaksi yang diinginkan dalam
pengalaman belajar memungkinkan bagi siswa untuk mengalaminya (terlibat), keempat,
pengalaman belajar yang berbeda dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang sama, dan kelima, pengalaman belajar yang sama
akan memberikan berbagai macam keluaran (outcomes).
- Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of
learning experiences)
Pengorganisasi atau disain kurikulum
diperlukan untuk memudahkan anak didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian
kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni: tentang
teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan
kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum bertalian erat dengan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena itu kurikulum menentukan apa yang
akan dipelajari, kapan waktu yang tepat untuk mempelajari, keseimbangan bahan
pelajaran, dan keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan yang akan
disampaikan.
a. Jenis
Pengorganisasian Kurikulum
Pengorganisasian kurikulum terdiri atas
beberapa jenis, yakni: (1) Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject
curriculum) yang mencakup mata pelajaran terpisah-pisah (separate subject
curriculum), dan mata pelajaran gabungan (correlated curriculum). (2) Kurikulum
terpadu (integrated curriculum) yang berdasarkan fungsi sosial, masalah, minat,
dan kebutuhan, berdasarkan pangalaman anak didik, dan (3) berdasarkan kurikulum
inti (core curriculum).
1) Subject Curriculum
a) Separate curriculum
Tujuan dari kurikulum ini untuk mempermudah anak didik mengenal hasil
kebudayaan dan pengetahuan umat manusia tanpa perlu mencari dan menemukan
kembali dari apa yang diperoleh generasi sebelumnya. Sehingga anak didik dapat
membekali diri dalam menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya. Dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki dan telah tersusun secara logis dan sistematis
tidak hanya untuk memperluas pengetahuan tetapi juga untuk untuk memperoleh
cara-cara berpikir disiplin tertentu.
Keuntungan kurikulum ini, antara lain: (1) memberikan pengetahuan berupa hasil
pengalaman generasi masa lampau yang dapat digunakan untuk menafsirkan
pengalaman seseorang. (2) mempunyai organisasi yang mudah strukturnya. (3)
mudah dievaluasi terutama saat ujian nasional akan mempermudah penilaian. (4)
merupakan tuntutan dari perguruan tinggi dalam penerimaan mahasiswa baru. (5)
memperoleh respon positif karena mudah dipahami oleh guru, orangtua, dan siswa.
(6) mengandung logika sesuai dengan disiplin ilmu nya. Kelemahan kurikulum
berdasarkan mata pelajaran antara lain: terlalu fragmentasi, mengabaikan bakat
dan minat siswa, penyusunan kurikulumnya menjadi tidak efisien, dan mengabaikan
masalah sosial.
b) Corelated curriculum
Kurikulum ini merupakan modifikasi kurikulum mata
pelajaran. Agar pengetahuan anak tidak terlepas-lepas maka perlu diusahakan
hubungan antara dua matapelajaran atau lebih yang dapat dipandang sebagai
kelompok namun masih mempunyai hubungan yang erat. Sebagai contoh, saat
mengajarkan sejarah ada beberapa mata pelajaran yang berkaitan seperti
geografi, sosiologi, ekonomi, antropologi, dan psikologi. Dan mata pelajaran
yang digabungkan tersebut menjadi ‘broad field’. Namun demikian tidak bisa
mengenyampingkan tujuan instruksionalnya atau yang sekarang lebih dikenal
dengan kompetensi dasar, prinsip-prinsip umum yang mendasari, teori atau
masalah di sekitar yang dapat mewujudkan gabungan itu secara wajar. Dengan
menggunakan kurikulum gabungan diharapkan akan mencegah penguasaan bahan yang
terlalu banyak sehingga akan menjadi dangkal dan lepas-lepas sehingga pada
gilirannya akan mudah dilupakan dan tidak fungsional. Pada praktiknya kurikulum
gabungan ini kurang dipahami para guru sehingga walaupun namanya ‘broad-field’
pada hakikatnya tetap separate subject-centered.
2) Integrated Currikulum
Kurikulum terpadu
mengintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai matapelajaran. Integrasi ini
dapat tercapai bila memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan
pemecahan dari berbagai didiplin ilmu. Sehingga bahan mata pelajaran dapat
difungsikan menjadi alat untuk memecahkan masalah. Dan batas-batas antara mata
pelajaran dapat ditiadakan. Pengorganisasian kurikulum terpadu ini lebih banyak
pada kerja kelompok dengan memanfaatkan masyarakat dan lingkungan sebagai nara
sumber, memperhatikan perbedaan individual, serta melibatkan para siswa dalam
perencanaan pelajaran. Selain memperoleh sejumlah pengetahuan secara
fungsional, kurikulum ini mengutamakan pada proses belajarnya. Kurikulum ini
fleksibel, artinya tidak mengharapkan hasil belajar yang sama dengan siswa yang
lain. tanggungjawab pengembangannya ada pada guru, orangtua, dan siswa.
3) Core Curriculum
Munculnya kurikulum inti ini adalah atas dasar pemikiran bahwa pendidikan
memberikan tekanan kepada dua aspek yang berbeda, yakni: (1) adanya reaksi
terhadap mata pelajaran teori yang bercerai-berai yang mengakumulasi bahan dan
pengetahuan. (2) Adanya perubahan konsep tentang peranan sosial pendidikan di
sekolah.
Dengan demikian, kurikulum inti memberikan tekanan pada keperluan sosial yang
berbeda terutama pada persoalan dan fungsi sosial. Sehingga konsep kurikulum
inti bersifat ‘society centered’, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1)
penekanan pada nilai-nilai sosial, (2) struktur kurikulum inti ditentukan oleh
problem sosial dan per-kehidupan sosial, (3) pelajaran umum diperuntukkan bagi
semua siswa, (4) aktivitas direncanakan oleh guru dengan siswa secara
kooperatif.
b. Kriteria
Pengorganisasian Pengalaman Belajar yang Efektif
Terdapat
tiga kriteria utama dalam mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu kontinuitas
(continuity), berurutan (sequence), dan terpadu (integrity). Kriteria
kontinuitas mengacu pengulangan elemen kurikulum yang penting pada kelas/level
yang berbeda. Artinya pada waktu berikutnya pada kelas/level yang lebih tinggi
pengetahuan dan skil yang sama akan diajarkan dan dilatihkan kembali dengan
dikembangkan sesuai dengan psikologi belajar dan psikologi perkembangan anak.
Kriteria berurutan (sequence) adalah berhubungan dengan kontinuitas tetapi
lebih ditekankan kepada bagaimana urutan pengalaman belajar diorganisasi dengan
tepat pada kelas/level yang sama. Pengetahuan yang menjadi prasyarat akan
disajikan sebelum pengetahuan lain yang memerlukan pengetahuan prasyarat
tersebut. Kriteria terpadu (integrity) artinya mencakup ruang
lingkup/scope pengetahuan dan skill yang diberikan kepada siswa, apabila
pengetahuan diperoleh dari berbagai sumber, maka akan dapat saling
menghubungkannya, saat menghadapi suatu masalah.
c. Elemen-elemen
yang Diorganisasi
Elemen-elemen yang diorganisasi ada tiga yaitu konsep (concept), nilai
(values), dan ketrampilan (skill). Konsep adalah berhubungan konten
pengalaman belajar yang harus dialami siswa, nilai adalah berhubungan dengan
sikap pebelajar baik terhadap dirinya sendiri maupun sikap pebelajar kepada
orang lain. Sedangkan ketrampilan dalam hal ini adalah kemampuan menganalisis,
mengumpulkan fakta dan data, kemampuan mengorganisasi an menginterpretasi data,
ketrampilan mempresentasikan hasil karya, ketrampilan berfikir secara
independen, ketrampilan meganalisis argumen, ketrampilan berpartisipasi dalam
kelompok kerja, ketrampilan dalam kebiasaan erja yang baik, mampu
mengiterpretasi situasi, dan mampu memprediksi konsekuesi dari tujuan kegiatan.
d. Prinsip-prinsip
Pengorganisasian
Terdapat dua prinsip dalam mengorganisasikan kurikulum sekolah atau pengalaman
belajar. Pengorgaisasian kurikulum harus bersifat kronologis (chronological)
dan aplikatif. Kronologis artinya pengalaman belajar harus
diorganisasi secara tahap demi tahap sesuai dengan pskologi belajar dan
psoikologi perkembangan siswa. Sedangkan aplikatif berarti pengalaman belajar
harus benar-benar dapat diterapkan kepada siswa.
- Mengevaluasi
(evaluating) Kurikulum
Langkah terakhir dalam
pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan
memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam
pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan
, sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset.
Tipe-tipe evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk. Sedagkan
tipe-tipe riset adalah aksi, deskripsi, historikal, dan eksperimental. Di sisi
lain perencana kurikulum menggunakan evaluasi formatif (proses atau progres)
dan evaluasi sumatif (outcome atau produk).
Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model Saylor, Alexander, dan
Lewis, dan model CIPP yang didisain oleh Phi Delta Kappa National Study
Committee on Evaluation yang diketuai Daniel L. Stufflebeam.
Menurut model Saylor, Alexander, dan Lewis terdapat lima komponen
kurikulum yang dievaluasi, yaitu tujuan (goals, subgoals, dan objectives),
program pendidikan secara keseluruhan (the program of education as a totality),
segmen khusus dari program pendidikan ( the specific segments of the education
program, pembelajaran (instructional), dan program evaluasi (evaluation
program). Komponen pertama, ketiga, dan keempat mempunyai konttribusi pada
komponen kedua (program pendidikan secara keseluruhan). Pada komponen kelima,
program evaluasi, disarankan sangat perlu untuk mengevaluasi evaluasi program
itu sendiri, sebab hal ini suatu operasi idependen yang mempunyai implikasi
pada proses evaluasi.
Pada model CIPP mengkombinasikan tiga langkah utama dalam proses
evaluasi, yaitu penggambaran (delineating), perolehan (obtainin), dan
penyediaan (providing); tiga kelas seting perubahan yaitu homeostastis,
incrementalisme, dan neomobilisme); dan empat tipe evaluasi (konteks, input,
proses, dan produk); serta empat tipe keputusan ( planning, structuring,
implementing, dan recycling).
Evaluator kurikulum yang
dipekerjakan oleh sistem sekolah dapat berasal dari dalam maupun dari luar.
Banyak evaluasi kurikulum dibebankan pada guru-guru di mana mereka bekerja.
Dalam mengevaluasi harus memenuhi empat standar evaluasi yaitu utility,
feasibility, propriety, dan accuracy.
Evaluasi kurikulum merupakan titik kulminasi perbaikan dan pengembangan
kurikulum. Evaluasi ditempatkan pada langkah terakhir, evaluasi mengkonotasikan
akhir suatu siklus dan awal dari siklus berikutnya. Perbaikan pada siklus
berikutnya dibuat berdasarkan hasil evaluasi siklus sebelumnya.
KURIKULUM
INTEGRATED
Ada kecenderungan selama ini guru mengemas pengalaman
belajar siswa terkotak-kotak dengan tegas antara satu bidang study dengan
bidang studi yang lainnya, pembelajaran yang memisahkan penyajian mata
pelajaran secara tegas hanya akan membuat kesulitan belajar bagi siswa, karena
pemisahan seperti itu hanya akan memberikan pengalaman belajar yang bersifat
artifisial. Sementara itu, disekolah dasar khususnya di kelas-kelas rendah para
siswa lebih menghayati pengalaman belajarnya secara totalitas, siswa mengalami
kesulitan dengan adanya pemisahan pengalaman belajar seperti tadi. Pengalaman
belajar yang artificial ini hanya akan menjauhkan dunia pendidikan dari tujuan
riilnya. Pelaksanaan pendidikan yang terkotak kotak hanya akan memunculkan
pengalaman yang terkotak pula, yang pada akhirnya akan membawa dunia pendidikan
semakin jauh dari akar tujuannya yang sangat menyeluruh. Pelaksanaan yang tidak
sesuai dengan tujuan ini hanya akan membawa pada ketidak tercapaianya tujuan
itu sendiri.
Pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan yang menyeluruh dan
komplek. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS
pasal 3, yakni pendidikan Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kompleksitas tujuan pendidikan di Indonesia menuntut
pelaksanaan yang komplek pula dalam pelaksanaannya. Tujuan pendidikan di
Indonesia dapat di golongkan dalam dua aspek, yakni aspek diniawiyah dan aspek
akhirat. Dalam pelaksanaanya jika kedua aspek dilaksanakan secara
terpisah-pisah maka sudah diketahui secara bersama tujuan kurikulum secara utuh
tidak terlaksana sebagaimana sekarang. Kemandirian peserta didik tidak berjalan
dengan sikap-sikap demokratis yang bertanggung jawab, kekreatifan tidak
berjalan seimbang dengan keluhuran akhlak sebagaimana yang teramanatkan dalam
tujuan pendidikan nasional. Maka dibutuhkan sebuah kurikulum yang bisa
menggabungkan seluruh aspek tujuan menjadi satu kesatuan tanpa ada
pemisahan-pemisahan baik tujuan maupun dalam pelaksanaannya.Lebih dari itu
semua ada beberapa hal yang juga tidak bisa di lepaskan dalam pelaksanaan
pendidikan, diantaranya adalah Psikologi belajar. Sesempurna apapun penataan
kurikulum, kurikulum hanya akan menjadi teori tanpa praktek jika tanpa
memperhatikan keberadaan psikologi belajar siswa sebagai subyek didik.
Sesuai dengan konsep belajar gestalt yang mengutamakan
pengetahuan yang dimiliki siswa dimulai dari keseluruhan baru manuju
bagian-bagian. Dengan kata lain di mata siswa melihat dirinya sebagai pusat
lingkungan yang merupakan keseluruhan yang belum jelas unsur-unsurnya dengan
pemaknaan holistik yang berangkat dari yang bersifat konkrit. Pemilihan model
atau metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi merupakan
kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki guru. Sukmadinata
menjelaskan bahwa kurikulum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu guru sebagai pendidik harus
mempunyai potensi untuk memilih model pembejaran yang dapat digunakan sesuai
dengan karakteristik siswa dan tuntutan kurikulum.
Bertitik tolak pada pembahasan kurikulum, maka yang dimaksud
kurikulum yaitu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar
dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta
staf pengajarnya. Sejumlah ahli teori kurikulum juga berpendapat bahwa
kurikulum bukan hanya meliputi kegiatan-kegiatan yang di rencanakan. Melainkan
juga peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah. Jadi selain kegiatan
kurikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal. Namun menurut soedijarto.
Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan
diorganisir untuk diatasi oleh para siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan.
Sedangkan kurikulum terintegrasi merupakan kurikulum yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun secara klasikal aktif menggali
dan menemukan konsep dan prinsip-prinsip secara holistik bermakna dan otentik,
melalui pertimbangan itu maka berbagai pandangan dan pendapat tentang
pembelajaran terintegrasi, tapi semuanya menekankan pada menyampaikan pelajaran
yang bermakna dengan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Melalui
pembelajaran terintegrasi diharapkan para siswa memperoleh pengetahuan secara
menyeluruh dengan cara mengaitkan satu pelajaran dengan pelajaran yang lain.
Integrasi sendiri berasal dari kata “integer” yang berarti unit. Dengan
integrasi dimaksud perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan keseluruhan.
Pendekatan keterintegrasian merupakan suatu sistem totalitas
yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan berinterakasi
baik dari komponen dengan komponen maupun antar komponen dengan keseluruhan,
dalam rangka mencapai tujuan yang di tentukan sebelumnya. Dengan demikian,
pendekatan sistem menitik beratkan pada keseluruhan lalu bagian-bagian dan
unsur-unsur dan interaksi antara bagian bagian dengan keseluruhan. Konsep
keterintegrasian pada hakikatnya menunjuk pada keseluruhan, kesatuan,
kebulatan, kelengkapan, kompleksitas yang ditandai oleh interaksi dan
interpendensi antara komponen-komponennya. Ini berarti organisasi kurikulum
secara terintegrasi, suatu bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara
berbagai mata pelajaran dan menyajikan berbagai bahan pelajaran dalam bentuk
unit atau keseluruhan (integreted curriculum).
Kurikulum terintegrasi menyediakan kesempatan dan
kemungkinan belajar bagi siswa, kesempatan belajar tersebut dirancang dan dilaksanakan
secara menyeluruh dengan mempertimbangkan hal-hal yang berpengaruh, oleh karena
itu diperlukan pengaturan, kontrol, bimbingan, agar proses belajar terarah
ketercapaian tujuan-tujuan kemampuan yang diharapkan. Kurikulum dirancang
dengan sistem keterintegrasian yang mempertimbangkan komponen-komponen masukan,
proses dan produk secara seimbang dan setaraf.
Pada komponen masukan kurikulum dititik beratkan pada mata
pelajaran logis dan sistematis agar siswa menguasai struktur pengetahuan
tertentu. Pada komponen proses, kurikulum dititik beratkan pada pembentukan
konsep berfikir dan cara belajar yang diarahkan pada pengembangan peta
kognitif. Pada komponen produk, kurikulum dititik beratkan pada pembentukan
tingkah laku spesifik. Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam kurikulum
secara terpadu. Sehingga tujuan kurikulum tereintegrasi untuk mengembangkan
kemampuan yang merupakan gejala tingkah laku berkat pengalaman belajar. Tingkah
laku yang diterapkan adalah integrasi atau behavior is the better integreted.
Terjadi dikarenakan pengalaman-pengalaman dalam situasi tertentu, bukan karena
kecenderungan alami atau kematangan kondisi temporer. Sehingga perubahan
tingkah laku bersifat permanen dan bertalian dengan situasi tertentu (Hilgard
& bower, 1977:77). Untuk mencapai perubahan-perubahan perilaku, sistem
keterintegrasian dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
suasana lapangan (field setting) yang memungkinkan siswa menampilkan
kemampuannya di dalam kelas, pengembangan diri sendiri (self development),
pengembangan potensi yang dimiliki masing-masing individu (self actualization),
proses belajar secara kelompok (social learning), pengulangan dan penguatan
(reinforcment), pemecahan masalah-masalah (heuristik learning), dan sikap
percaya diri sendiri (self confidence).
Kurikulum berbasis integrasi meliputi berbagai komponen yang
saling berkaitan, yaitu sub system masukan yakni siswa, sub system proses yakni
metode, materi dan masyarakat, sub system produk yakni lulusan yang dikaitkan
komponen evaluasi dan umpan balik, masing-masing komponen saling berkaitan,
pengaruh mempengaruhi satu sama lain dalam rangka untuk mencapai tujuan.
Komponen lulusan adalah produk system kurikulum yang memenuhi harapan kuantitas
yakni jumlah lulusan sesuai dengan kebutuhan dan harapan kualitas yakni mutu
lulusan ditinjau dari beberapa segi tujuan instrinsik dan tujuan ekstrinsik.
Tujuan instrisik berorientasi bahwa lulusan diharapakan menjadi insan-insan
terdidik, berbudaya dan berakhlakul karimah. Tujuan ekstrinsik berorientasi
bahwa lulusan-lulusan sesuai dengan tuntutan pekerjaan, khususnya kompeten
dalam pekerjaanya.
Komponen metode terdiri dari program pembelajaran, metode
penyajian, bahan dan media pendidikan. Sedangkan komponen materi terdiri dari
fasilitas dan sarana dan prasarana. Perlengkapan dan biaya. Komponen ini
disediakan dalam jumlah dan kualitas yang memadai dan sebagai unsure penunjang
proses pendidikan. Khusus media pendidikan, bagaimana media tersebut
menggunakan lingkungan sekolah tempat belajar sehingga menyenangkan situasi
belajar siswa.
Komponen evaluasi untuk menilai keberhsilan proses kurikulum
dan ketercapaian kurikulum. Evalusi dilaksanakan dalam bentuk evaluasi formatif
dsan evaluasi sumatif. Hasil evaluasi memberikan informasi untuk membuat
keputusan tentang tingkat produktifitas kurikulum dan derajat performan yang
dicapai oleh siswa. Komponen balikan berguna untuk memberikan informasi dalam
rangka umpan balik demi perbaikan system kurikulum. Sumber informasi diperoleh
dari hasil evaluasi yang tela dilaksanakan sekolah dan lembaga para lulusan
bekerja.
Komponen masyarakat merupakan masukan eksternal dalamn
bidang sosial dan budaya yang berfungsi sebagai factor penunjang dan turut
mewarnai pelaksanaan kurikuklum secara keseluruhan. Kurikulum terintegrasi
merupakan bentuk kurikulum yang meniadakan batas-batas antara bebagai mata
pelajaran dan menyajikan bahan-bahan dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan
demikian, kurikulum integral mengintegrasikan komponenn komponen mata pelajaran
sehingga batas-batas mata pelajaran tersebut sudah tidak nampak lagi
dikarenakan telah dirumuskan dalam bentuk unit.
Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terintegrasi
(integrated curriculum) diantaranya adalah:
1. Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi pancasila
2. Berdasarkan psikologi belajar
gestalt
3. Berdasarkan landasan sosiologi dan
sosio cultural
4. Berdasarkan minat dan kebutuhan
serta tingkat perkembangan peserta didik
5. Ditunjang oleh semua mata pelajaran
atau bidang studi yang ada
6. System
penyampaiannya dengan menggunakan system pengajaran unit, yakni unit pengalaman
dan unit pelajaran
7. Peran guru sama
aktifnya dengan peran peserta didik bahkan peran siswa cenderung lebih menonjol
dan guru cenderung berperan sebagai pembimbing atau fasilitator.
Keunggulan dan
manfaat kurikulum terintegrasi diantaranya adalah:
1. Segala sesuatu yang dipelajari dalam
unit bertalian erat,
2. Kurikulum ini sesuai dengan
pendapat-pendapat modern tentang belajar
3. Memungkinkan hubungan yang erat
kaitannya antara sekolah dan masyrakat,
4. Sesuai dengan paham demokrtatis
5. Mudah disesuaikan dengan minat,
kesanggupan dan kematangan peserta didik.
Untuk melaksanakan bentuk organisasi kurikulum terintgrasi
(Integratet Curriculum), Fogarty (1991), memperkenalakan sepuluh model
pembelajaran terintegrasi yang dikelompokkan menjadi tiga tipe, ketiga tipe
tersebut adalah: pertama, tipe pembelajaran terintegrasi dalam satu disiplin
ilmu yakni: Fragmented, Commected dan Nested. Kedua, tipe pembelajaran
terintegrasi antar disiplin ilmu yakni: Squanced, Shared, Webbed, Threaded, dan
Integrated. Dan ketiga tipe pembelajaran terintegrasi yang mengutamakan
keterpaduan faktor peserta didiknya yakni Immersed dan Networked.
Kurikulum terintegrasi yang paling banyak digunakan
dilapangan terdiri dari model Konected, Webbed, dan Integrated. Kurikulum ini
dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan di tingkat dasar,
terutama dalam rangka megimbangi gejala penjajalan kurikulum yang sering
terjadi dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.
Integrated curriculum, peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan,
dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Peserta didik dilatih untuk
dapa menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh
(holistis), bermakna, autentik, aktif. Pengalaman belajar yang lebih
menunjukkan kaitan unsure-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih
efektif.
Integrated curricuum dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK
tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin
keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik.dalam pembelajaran
terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian.
Melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan
tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda,
sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian
tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif.
Namun demikian, pelaksanaannya di sekolah pembelajaran
sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran masih dilakukan sesuai dengan
bidang kajian masing-masing. Hal ini disebabkan antara lain karena:
·
Kurikulum itu sendiri
tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih
terpisah-pisah antar bidang ilmu;
·
Meskipun pembelajaran
terpadu bukan merupakan hal yang baru, tetapi para guru di sekolah tidak
terbiasa melaksanakannya sehingga “dianggap” sebagai hal yang baru.
Bila kita cermati, pendidikan di Indonesia masih menggunakan
“Separated Subjek Curriculum”. Dalam kurikulum tipe ini, bahan
dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit, dimana antara mata pelajaran
yang satu dengan yang lainnya menjadi terpisah-pisah, terlepas dan tidak
mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi
sempit ruang lingkupnya.
IMPLEMENTASI
KURIKULUM
Implementasi KTSP pada
tingkat satuan pendidikan dihadapkan dengan beragam kondisi. Pada awalnya unsur
yang ada di sekolah tentunya akan merasakan adanya tantangan dan tuntutan baru
disebabkan oleh pengembangan kurikulum tersebut. Dalam implementasinya, tentunya guru
diharuskan berpikir mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang dibutuhkan siswa,
bagaimana menyusunnya, bagaimana menggunakannya dan beragam pertanyaan lainnya. Tentunya di dalam mengimplementasi KTSP di
sekolah, semua unsur dituntut untuk mampu menjembatani antara tuntutan
kurikulum dengan upaya yang harus dilakukan agar siswa memiliki kompetensi
tanpa melupakan karakteristik yang mereka miliki. Menurut Mulyasa
(2008:178) Implementasi KTSP adalah bagaimana menyampaikan pesan-pesan
kurikulum kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi mereka sesuai dengan
karakteristik dan kemampuan masing-masing.
Berdasarkan pengertian
tersebut, tugas guru dalam implementasi KTSP adalah bagaimana memberikan
kemudahan belajar kepada peserta didik agar mampu berinteraksi dengan
lingkungan eksternal sehingga terjadi perubahan perilaku sesuai dengan yang
dikemukakan dalam standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang
dituangkan ke dalam indikator.
Lebih lanjut Mulyasa
(2008:178) menyatakan bahwa implementasi merupakan suatu proses penerapan ide,
konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap.
Berdasarkan definisi tersebut, implementasi KTSP dapat didefinsikan sebagai
suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan kurikulum (kurikulum
potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik menguasai
seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Implementasi kurikulum
juga tentunya dapat kita lihat dari sudut pandang upaya untuk mengaktualisasikan
kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran. Dengan demikian kegiatan
mengimplementasikan kurikulum merupakan suatu proses penerapan konsep, ide,
program atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau
aktivitas-aktivitas baru sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang
diharapkan untuk berubah. Dikemukakannya juga bahwa implementasi kurikulum
merupakan proses interaksi antara fasilitator sebagai pengembang kurikulum dan
peserta didik sebagai subyek belajar.
Dalam buku Curriculum Corporation (2001:6)
dinyatakan bahwa: “Menempatkan kurikulum baru dalam sebuah praktik dalam
pembelajaran dapat menjadi sebuah bentuk kesempatan pengembangan bagi guru.
Melalui penggunaan kurikulum tertentu dengan siswa, kemudian melaporkan apa
yang terjadi dan merefleksikan ide-ide baru dan kegiatan yang baru, maka guru
dapat mempelajari pola pembelajaran dirinya dan pola pembelajaran siswa”.
Guru sebagai pengembang
kurikulum telah diberikan kebebasan sesuai amanah Permendiknas 24 tahun 2006
untuk mengembangkan kurikulumnya berdasarkan standar minimal yang telah
ditentukan dalam bentuk Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Tentunya dalam
mengimplementasikan KTSP sebagai sebuah bentuk kurikulum yang bernuansa baru
membutuhkan waktu, sumber daya dan komitmen untuk melakukan pembaharuan. Hal
ini bukan merupakan hal yang mudah namun harus diupayakan oleh semua guru di
sekolah. Memahami uraian di atas
dapat dikemukakan bahwa implementasi kurikulum adalah operasionalisasi konsep
kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian implementasi kurikulum merupakan hasil
terjemahan guru terhadap kurikulum yang terdiri dari sekumpulan SK dan KD baik
yang berdiri sendiri sebagai satu unik kompetensi maupun yang merupakan
kualifikasi kompetensi (dua atau lebih unit kompetensi yang membentuk satu
jenis kegiatan pekerjaan di dunia usaha dan dunia industri) yang dijabarkan ke
dalam silabus dan RPP sebagai rencana tertulis.
Implementasi merupakan suatu proses aktualisasi ide,
konsep, kebijakan atau inovasi ke dalam bentuk tindakan praktis sehingga
berimplikasi pada pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku seseorang. Hal
tersebut telah dijelaskan oleh Mulyasa bahwa implementasi “merupakan proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindak praktis
sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan,
maupun nilai dan sikap”. Penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa implementasi merupakan hasil terjemahan dari guru terhadap
kurikulum sebagai rancangan tertulis. Terjemahan ini merupakan hasil persepsi,
pemahaman, dan interpretasi guru terhadap materi kurikulum yang
diaktualisasikan dalam proses pembelajaran.
Implementasi kurikulum
merupakan penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan
dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan
pengelolaan, senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan
karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta
fisiknya. Implementasi kurikulum juga merupakan aktualisasi suatu rencana atau
program kurikulum dalam bentuk pembelajaran.
Miller dan Seller
mengemukakan bahwa “implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan
konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktek pembelajaran atau
aktivitas-aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang
diharapkan berubah”. Penjelasan tersebut dipahami bahwa implementasi kurikulum
dimaksudkan untuk mengupayakan dan mewujudkan kurikulum yang masih bersifat
rencana dan tertulis dalam dokumen menjadi aktual atau terealisasikan dengan
melakukan serangkaian kegiatan pelaksanaan dalam bentuk proses pembelajaran di
kelas atau di sekolah. Sumantri mengemukakan bahwa implementasi kurikulum dalam
proses pembelajaran bukan berarti mengikuti secara teratur melainkan
mengembangkan kegiatan-kegiatan belajar berdasarkan pengetahuan yang berasal
dari hubungan guru dengan peserta didik.
Beauchamp menegaskan
bahwa tugas pertama guru dalam implementasi kurikulum adalah
“mempersiapkan lingkungan pembelajaran dengan berbagai cara sehingga kurikulum
yang bersangkutan dapat diimplementasikan melalui pengembangan
strategi-strategi pembelajaran”. Hal ini berarti bahwa guru merupakan pengembang
kurikulum melalui fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengembang
kurikulum di kelasnya. Selanjutnya Setyosari juga mengemukakan ada tiga tugas
pokok guru yang amat penting dalam implementasi kurikulum yaitu sebagai
perancang (designer), pelaksana (executor), dan penilai (evaluator).
Mengenai prosedur
pengajaran, sesuai dengan komponen-komponen kurikulum itu sendiri, guru
dituntut untuk melakukan kegiatan perumusan tujuan, organisasi materi,
menetapkan metode dan alat dan merencanakan penilaian. Perencanaan ini kemudian
diwujudkan guru dalam proses pembelajaran peserta didik atau siswa di kelas.
Proses pembelajaran atau
pengajaran kelas (classroom teaching) menurut Dunkin dan Biddle bahwa ada empat
variabel yang saling berinteraksi yaitu: “variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; variabel konteks
(context variables) berupa peserta didik, sekolah atau masyarakat; variabel
proses (process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik;
variabel produk (product variable) berupa perkembangan peserta didik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang”. Lebih lanjut Dunkin dan Biddle menyatakan bahwa proses pembelajaran akan
berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu:
“kompetensi subtansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran, dan
kompetensi metodologi pembelajaran.” Artinya bahwa guru tidak hanya dituntut
untuk menguasai materi pelajaran, tetapi diharuskan juga menguasai metode
pembelajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik,
yaitu memahami karakteristik peserta didik. Metode pembelajaran yang digunakan
sebagai cara yang dapat memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu
pengetahuan yang diberikan oleh guru.
Faktor penentu
keberhasilan peserta didik tidak lepas dari peranan guru dalam memberikan
kemampuannya secara maksimal sehingga mampu mengahasilkan prestasi yang
memuaskan.
SMKN
1 MAJALENGKA
A. Sejarah SMK N 1 Majalengka
Berdirinya SMK Negeri 1 Majalengka tidak terlepas
dari sekolah sebelumnya. Pada tahun 1950, pemerintah mendirikan STP (Sekolah
Teknik Pertama) Negeri, yaitu jenjang pendidikan setingkat SLTP dengan lama
pendidikan 2 tahun. Beberapa tahun kemudian, STN berubah nama menjadi ST
(Sekolah Teknik) Negeri.
Pada tahun 1965, ST Negeri berubah ketingkat yang
lebih tinggi menjadi STM. Karena suasana perpolitikan yang tidak menentu, pada
tahun yang sama STM dibubarkan.
Selanjutnya, dengan peran serta masyarakat yang
didukung oleh Pemerintah Daerah, STM berdiri kembali dengan nama STM Negeri
Sumedang Kelas Jauh Majalengka. Kurang lebih 12 tahun STM Negeri Sumedang Kelas
Jauh Majalengka berjalan dan berubah status menjadi STM Negeri pada tahun 1980,
dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 0267/0/1980 pada tanggal 1 Juli 1980. Adapun jurusan yang pertama kali
dibuka adalah Teknik Pemesinan dan Teknik Gambar Bangunan dengan kepala sekolah
M. Rusdi, B. Sc., sampai tahun 1986.
Pada tahun 1986 sampai dengan tahun 1996,
kepemimpinan STM Negeri Majalengka dipimpin oleh Amir Sugandi, BA. dengan
penambahan jurusan Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik. Setelah itu kepemimpinan
STM Negeri Majalengka dipimpin oleh Drs. Adnan (1996-2003), dengan penambahan
jurusan yaitu jurusan Teknik Mekanik Otomotif pada tahun 2000 dan dimasa
kepemimpinannya pula nama STM Negeri Majalengka berubah menjadi SMK Negeri 2
Majalengka berdasarkan SK Menteti Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 035/0/1997 tentang perubahan nomenklatur SMKTA menjadi SMK, maka
terhitung mulai tanggal 01 Desember 1997 nama SMKTA Negeri Majalengka SMK
Negeri 2 Majalengka.
Jurusan yang ada di SMK Negeri 2 Majalengka
bertambah lagi pada tahun 2006 dengan adanya jurusan Teknik Komputer dan
Pengelolaan Jaringan semasa kepemimpinan Drs. Wahyu (2003-2009). Semasa
kepemimpinan Drs. Wahyu inipun nama SMK Negeri 2 Majalengka berubah menjadi SMK
Negeri 1 Majalengka berdasarkan keputusan Bupati Majalengka nomor 2 tahun 2008.
B. Profil Pokok Sekolah
1. Profil
Sekolah
a) Nomenklatur Sekolah
Nama Sekolah Resmi
|
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
NEGERI 1 MAJALENGKA
|
Nama Pendek
|
SMKN 1 MAJALENGKA
|
b) Kodefikasi Skolah
Nomor Statistik Sekolah ( NSS )
|
32 102 16 01 001
|
Nomor Pokok Sekolah Nasional ( NPSN )
|
20213853
|
Nomor Identitas
Ujian Nasional ( ID UN )
|
02- 21 - 104
|
c) Pendirian Sekolah
SK Pendirian
|
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia
|
Nomor SK
|
0217/0/1980
|
Tanggal SK
|
1 Juli
1980
|
d) Program Studi dan Akreditasi Sekolah
No
|
Program Studi Keahlian
|
Kompetensi Keahlian
|
Status Akreditasi
|
1
|
Teknik Bangunan
|
Teknik Gambar Bangunan
|
A
|
2
|
Teknik Listrik
|
Teknik Intsalasi Tenaga Listrik
|
A
|
3
|
Teknik Mesin
|
Teknik Pemesinan
|
A
|
4
|
Teknik Otomotif
|
Teknik Kendaraan Ringan
|
A
|
|
|
Teknik Sepeda Motor
|
-
|
5
|
Teknik Komputer
|
Teknik Komputer dan Jaringan
|
A
|
|
|
Rekayasa Perangkat Lunak
|
-
|
e) Alamat Sekolah
Jalan
|
Tonjong-Pinangraja No. 55
|
Kelurahan
|
Cicenang
|
|
Lingkungan Lame Jajar, RT.05 / RW.02
|
|
Kode Pos 45413
|
Kecamatan
|
Cigasong
|
Kabupaten
|
Majalengka
|
Propinsi
|
Jawa Barat
|
Nomor Telepon
|
(0233) 282 913
|
Faximili
|
(0233) 282 913
|
e-mail
|
smkn1majalengka@yahoo.com
|
Website
|
www.smkn1majalengka.com
|
f) Identitas Kepala Sekolah
Nama
Lengkap
|
Drs. Achmad Dardjat, MM
|
NIP
|
19550519 1986031003
|
Tempat
Dan Tanggal Lahir
|
Majalengka, 19 Mei 1955
|
Pangkat /
Golongan
|
VI/b
|
Alamat Lengkap
|
Ds. Genteng Kec. Dawuan Kab. Majalengka
|
Telepon
Rumah / HP
|
081313141955
|
SK Pengangkatan Terakhir
|
Nomor 52 Tahun 2009, Tanggal 23 Pebruari 2009
|
g) Identitas Komite
Sekolah
Nama Ketua
|
H. Abdul Azis
Fauzi, S.Ag
|
Jumlah Anggota
|
12 orang
|
Nomor SK Pengangkatan
|
421.5/079/SMK.01/Disdik
|
Tanggal SK Pengangkatan
|
1 Juli 2009
|
h) Lahan
Luas lahan : 40.000
m2
Lahan terbangun : 20.722 m2
Lahan kosong : 9.288
m2
Lahan Lap. OR : 10.000
m2
i) Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Guru Tetap : 98 orang
Guru GBS/Kontrak : - orang
Guru
Honorer :
27 orang
Jumlah : 125 orang
Pegawai Tetap : 5 orang
Pegawai Kontrak : - orang
Pegawai
Honorer :
27 orang
Jumlah :
32 orang
Jumlah
Total : 157 orang
2. Visi, Misi,
Kebijakan Mutu dan Sasaran Mutu
a. VISI
Menjadi SMK bertaraf
internasional tahun 2015
b.
MISI
1.
Meningkatkan Manajemen Berbasis Sekolah dengan menerapkan
sistem manajemen mutu standar ISO 9001:2008.
2.
Meningkatkan profesionalisme layanan pendidikan dan
pembelajaran dalam penguasaan dan pembudayaan kompetensi peserta didik.
3.
Membangun peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah
dengan dunia kerja dalam dan luar negeri yang saling menguntungkan.
4.
Mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan Standar Isi
dan Standar Kelulusan yang diperkaya dari kurikulum negara-negara maju yang
tergabung dalam OECD.
5.
Mengembangkan Proses proses pembelajaran berdasarkan
Standar Proses Pendidikan yang diperkaya
dengan model-model pembelajaran negara-negara OECD
6.
Menciptakan budaya dan lingkungan sekolah kondusif, bebas
asap rokok, narkoba dan bebas kekerasan.
7.
Mengembangkan fasilitas pendidikan dan pembelajaran
sesuai dengan tuntutan kurikulum .
8.
Membangun hubungan sister school dengan sekolah-sekolah
unggulan di luar negeri / negara-negara
maju anggota OECD untuk mengembangkan kurikulum, pembelajaran dan penilaian
pendidikan, serta akreditasi standar lulusan.
9. Pembelajaran semua
mata pelajaran dengan mengembangkan akhlak mulia, budi pekerti luhur,
kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneur, jiwa patriot dan jiwa
inovator peserta didik secara terpadu.
10.
Penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa inggris dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran.
11.
Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
e-pembelajaran dan e-administrasi
12.
Menerapkan model
anggaran dan pembiayaan yang efesien untuk mencapai berbagai target indikator
sekolah bertaraf internasional.
3.
Kebijakan Mutu
“SMKN 1 Majalengka berkomitmen untuk menjadi sekolah
unggulan yang berfokus pada kepuasan pelanggan. Kami bertekad untuk
menghasilkan lulusan yang cerdas komprehensif dan kompetitif melalui
penyelenggaraan layanan pendidikan yang prima berdasarkan peraturan dan
perundangan yang berlaku dan pemenuhan persyaratan sistem manajemen mutu ISO
9001 : 2008 serta melakukan perbaikan berkelanjutan pada keefektifan sistem
manajemen mutu.”
4.
Sasaran Mutu
- Mendapatkan
sertifikat ISO 9001 : 2008
- Terpenuhinya
fasilitas pendidikan / pembelajaran > 80 %
- Memiliki hubungan
kemitraan dengan 30 DU/DI
- 90 % mata
pelajaran diampu oleh guru yang relevan
- Nilai rata-rata
mata pelajaran Ujian Nasional > 7.00
- 4 mata pelajaran
diampu dalam bilingual dan berbasis TIK
- 90 % pemenuhan tata tertib siswa
- Lulusan bekerja
relevan dengan keahliannya > 10%
5.
Struktur Organisasi
Distribusi tanggung jawab dan wewenang yang ada di
SMKN 1 Majalengka dapat digambarkan dalam struktur organisasi berikut
6. Prestasi Sekolah
i.
Prestasi Sekolah
} Berstatus
RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional), mulai tahun 2009
} Akreditasi
A (SNP) untuk KK Teknik Pemesinan, Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Instalasi
Tenaga Listrik, dan Teknik Komputer Jaringan, tahun 2007 & 2010
} Sertifikasi
ISO 9001 : 2008 dari PT. TUV Internasional, tahun 2010
} Wakil
dari Kabupaten Majalengka untuk Kategori Sekolah Adiwiyata tahun 2010
} Perakit
proyektor dari Dit PSMK Kemdiknas – PT. Spectrum untuk didistribusikan ke
sekolah di wilayah Kabupaten Karawang, Subang, Sumedang, Majalengka, dan
Kuningan, Tahun 2010
} Kampus
Pendidikan Vokasional Berkelanjutan oleh Kemdiknas – Seamolec, untuk jurusan
Teknik Pemesinan, Teknik Sepeda Motor dan Teknik Komputer Jaringan, mulai tahun
2011
} ICT
Centre Majalengka, Tempat Uji Komperensi (TUK) dan English Test Centre
ii.
Prestasi Siswa
No
|
Nama Kejuaraan
|
Tingkat
|
Tempat/Waktu
|
1
|
Juara II Putra Volly Ball
|
Wilayah III
|
Cirebon, Januari 2008
|
2
|
Juara I LBBI
|
Kabupaten
|
Majalengka, Mar 08
|
3
|
Danton Terbaik
|
Kabupaten
|
Majalengka, Mar 08
|
4
|
Juara I lomba PBB
|
Kabupaten
|
Majalengka, Agus 08
|
5
|
Juara I LKS Listrik
|
Kabupaten
|
Majalengka, Nop 08
|
6
|
Juara I LKS gambar
|
Kabupaten
|
Majalengka, Nop 08
|
7
|
Juara I LKS Mesin
|
Kabupaten
|
Majalengka, Nop 08
|
8
|
Juara I LKS Las
|
Kabupaten
|
Majalengka, Nop 08
|
9
|
Juara II LKS B. Inggris
|
Kabupaten
|
Majalengka, Nop 08
|
10
|
Juara I LKBB
|
Wilayah III
|
Cirebon, Des 08
|
12
|
Danton Terbaik LKBB
|
Wilayah III
|
Cirebon, Des 08
|
13
|
Kostum Terbaik LKBB
|
Wilayah III
|
Cirebon, Des 08
|
14
|
Juara II Karate
|
Wilayah III
|
Cirebon, Januari 09
|
15
|
Juara II LKS Mesin
|
Provinsi
|
Bandung, Pebruari 09
|
16
|
Juara III LKS Las
|
Provinsi
|
Bandung, Pebruari 09
|
17
|
Juara III LKS Volly
|
Provinsi
|
Bandung, Pebruari 09
|
18
|
Juara Harapan II LKBB
|
Provinsi
|
Bandung, Januari 09
|
19
|
Kostum terbaik
|
Provinsi
|
Bandung, Januari 09
|
20
|
Juara Sangga Terbaik III
|
Provinsi
|
Sumedang, Maret 09
|
21
|
Juara II LJK
|
Provinsi
|
Sumedang, Maret 09
|
22
|
Juara I Putera Gerak Jln
|
Kabupaten
|
Majalengka, maret 09
|
23
|
Juara II Putri Gerak Jln
|
Kabupaten
|
Majalengka, Maret 09
|
24
|
Juara I LKS Mesin
|
Provinsi
|
Bandung,2010
|
25
|
Juara III LKS Las
|
Provinsi
|
Bandung, 2010
|
Program
Studi Keahlian Teknik Otomotif
SMKN 1 Majalengka memiliki Program Studi Keahlian
dengan dua Kompetensi Keahlian yaitu Teknik Kendaraan Ringan dan Teknik Sepeda
Motor. Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan
Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional
Pendidikan dan bekerja sama dengan SMK-SMK yang ada di negara maju yang
tergabung dalam OECD (Organisation Economic Countries Development) sebagai
school sister, seperti : Turki, Inggris, Kanada, New Zealand, Australia, China,
dan Korea. Kemudian implementasi kurikulum dalam Kegiatan Belajar Mengajar
didukung fasilitas LCD Projektor di tiap kelas, Interaktif WhiteBoard, Hotspot
Area dan semua pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Tenaga pengajar terdiri dari lulusan S1 dan S2 dari sekolah
terkemuka dengan tambahan diklat tersertifikasi. Untuk tempat Praktik Kerja
Industri SMKN 1 Majalengka bekerja sama dengan 150 perusahaan yang berlokasi di
dalam dan luar Majalengka.
KTSP
INTEGRATED SMKN 1 MAJALENGKA
Kurikulum
Dinas Pendidikan
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri atas tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan
terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua
dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi dan
Standar
Kompetensi
Lulusan merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan
mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada
panduan penyusunan kurikulum yang diterbitkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
Berdasarkan
acuan tersebut, maka SMK Negeri 1 Majalengka menyusun dan mengembangkan
kurikulum yang selanjutnya disebut Kurikulum SMK Negeri 1 Majalengka. Kurikulum
SMK Negeri 1 Majalengka disusun oleh Tim Pengembang kurikulum yang diketuai
langsung oleh Kepala Sekolah. Dokumen kurikulum SMK Negeri 1 Majalengka disusun
berdasrkan sistematika dalam petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Direktorat
Pembinaan SMK.
Dalam
rangka pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Departemen
Pendidikan Nasional telah menetapkan karangka dasar, standar kompetensi
lulusan, standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran untuk
setiap satuan pendidikan. Sedangkan pengambangan perangkat pembelajaran,
seperti silebus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan
(sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
Untuk
membantu sekolah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), Direktorat pembinaan sekolah Menengah Pertama,
Direktorat Jenderal Manejemen Pendidikan Dasar dan Menengah, menerbitkan
Pedoman Pengambangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap
mata pelajaran, untuk membantu sekolah dan Kabupanten/Kota dalam mengambangkan
silabus dan sistem penilaian.
Kurikulum
yang dipakai SMKN 1 Majalengka sebelum bekerja sama dengan PT. ADM hanya
menggunakan SK/KD yang berasal dari SKKNI (Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia) Sektor
Otomotif, Sub Sektor Kendaraan
Ringan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keputusan Menteri Tenaga dan
Transmigrasi Republik Indonesia, Nomor : KEP. 116 MEN/VII/2004, Tanggal : 8
Juli
2004.
Standar
Kompetensi Kerja tersebut adalah:
Kode Nomor Unit
Kompetensi
10 General
1
|
OTO.KR10.001.03
|
Melaksanakan Pemeliharaan/Servis Komponen
|
2
|
OTO.KR10.002.03
|
Memasang Sistem Hidrolik
|
3
|
OTO.KR10.003.03
|
Memelihara/Servis Sistem Hidrolik
|
4
|
OTO.KR10.004.03
|
Memperbaiki
Sistem Hidrolik
|
5
|
OTO.KR10.005.03
|
Memelihara/Servis dan Memperbaiki Kompresor Udara dan
Komponen-komponennya
|
6
|
OTO.KR10.006.03
|
Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pematrian, Pemotongan
dengan Panas dan Pemanasan
|
7
|
OTO.KR10.007.03
|
Melaksanakan Teknik Pematrian
|
8
|
OTO.KR10.008.03
|
Mempersiapkan Menggambar Teknik
|
9
|
OTO.KR10.009.03
|
Membacn dan Memahami Gambar Teknik
|
10
|
OTO.KR10.010.03
|
Menggunakan dan Memelihara Alat Ukur
|
11
|
OTO.KR10.011.03
|
Mengeset, Mengoperasikan dan Mengontrol Mesin Khusus
|
12
|
OTO.KR10.012.03
|
Melaksanakan Pekerjaan Permesinan
|
13
|
OTO.KR10.013.03
|
Melaksanakan Pemeriksaan Keamanan/Kelayakan Kendaraan
|
14
|
OTO.KR10.014.03
|
Melaksanakan Prosedur Diagnosa
|
15
|
OTO.KR10.015.03
|
Melaksanakan Diagnosa Pada Sistem yang Kompleks
|
16
|
OTO.KR10.016.03
|
Mengikuti Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja
|
17
|
OTO.KR10.017.03
|
Menggunakan dan Memelihara Peralatan dan Perlengkapan
Tempat Kerja
|
18
|
OTO.KR10.018.03
|
Kontribusi Komunikasi di Tempat Kerja
|
19
|
OTO.KR10.019.03
|
Melaksanakan Operasi Penanganan Secara Manual
|
20
|
OTO.KR10.020.03
|
Melatih Kelompok Kecil
|
21
|
OTO.KR10.021.03
|
Merencanakan Pehilaian
|
22
|
OTO.KR10.022.03
|
Melaksanakan Penilaian
|
23
|
OTO.KR10.023.03
|
Mengkaji Ulang Penilaian
|
20 Engine
1
|
OTO.KR20.001.03
|
Memelihara/Servis Engine dan Komponen-komponennya
|
|
2
|
OTO.KR20.002.03
|
Merperbaiki Engine dan Komponen-komponennya
|
|
3
|
OTO.KR20.003.03
|
Overhaul Engine dan Komponen-komponennya
|
|
4
|
OTO.KR20.004.03
|
Merakit Blok Engine dan Kelengkapannya, Pemeriksaan
Toleransi dan Pelaksanaan Prosedur Pengujian yang Sesuai
|
|
5
|
OTO.KR20.005.03
|
Membongkar Blok Engine dan Penilaian Komponen
|
|
6
|
OTO.KR20.006.03
|
Rebuild Komponen Engine
|
|
7
|
OTO.KR20.007.03
|
Rekondisi Komponen Engine
|
|
8
|
OTO.KR20.008.03
|
Merakit Kepala Silinder, Pemeriksaan Toleransi dan
Pelaksanaan Prosedur Pengujian yang Sesuai
|
|
9
|
OTO.KR20.009.03
|
Melepas Kepala Silinder dan Menilai
Komponen-komponennya
|
|
10
|
OTO.KR20.010.03
|
Memelihara/Servis Sistem Pendingin dan
Komponen-komponennya
|
|
11
|
OTO.KR20.011.03
|
Membaiki Sistem Pendingin dan Komponen-komponennya
|
|
12
|
OTO.KR20.012.03
|
Overhaul Komponen Sistem Pendingin
|
|
13
|
OTO.KR20.013.03
|
Melaksanakan Perbaikan Radiator
|
|
14
|
OTO.KR20.014.03
|
Memelihara/Servis Sistem Bahan Bakar Bensin
|
|
15
|
OTO.KR20.015.03
|
Memperbaiki Komponen/Sistem Bahan Bakar Bensin
|
|
16
|
OTO.KR20.016.03
|
Overhaul Sistem/Komponen Bahan Bakar Bensin
|
|
17
|
OTO.KR20.017.03
|
Memelihara/Servis Sistem Injeksi Bahan Bakar Diesel
|
|
18
|
OTO.KR20.018.03
|
Memperbaiki Sistem/Komponen Bahan Bakar Diesel
|
|
19
|
OTO.KR20.019.03
|
Overhaul Komponen-komponen Sistem Injeksi Bahan Bakar
Diesel
|
|
20
|
OTO.KR20.020.03
|
Memelihara/Servis Sistem Kontrol Emisi
|
|
21
|
OTO.KR20.021.03
|
Membuat Sistem Gas Buang (Knalpot) dan
Komponen-komponennya
|
|
22
|
OTO.KR20.022.03
|
Merperbaiki Sistem Gas Buang (Knalpot)
|
|
23
|
OTO.KR20.023.03
|
Memelihara/Servis dan Perbaikan Engine Turbo
|
|
24
|
OTO.KR20.024.03
|
Balance Komponen-komponen Engine
|
|
25
|
OTO.KR20.025.03
|
Membuat Cetak Biru/Blueprinting dari Komponen Mesin
|
|
26
|
OTO.KR20.026.03
|
Melaksanakan Korter dan Menghaluskan Silinder
|
|
27
|
OTO.KR20.027.03
|
Melaksanakan Pekerjaan Gerinda dan Penghalusan
Permukaan
|
30 Power Train
1
|
OTO.KR30.001.03
|
Memelihara/Servis Unit Kopling dan Komponen-komponennya
Sisytem Pengoperasian
|
2
|
OTO.KR30.002.03
|
Merperbaiki Kopling dan Komponen-komponennya
|
3
|
OTO.KR30.003.03
|
Overhaul Kopling dan Komponen-komponennya
|
4
|
OTO.KR30.004.03
|
Memelihara/Servis Transmisi Manual
|
5
|
OTO.KR30.005.03
|
Merperbaiki Transmisi Manual
|
6
|
OTO.KR30.006.03
|
Overhaul Transmisi Manual
|
7
|
OTO.KR30.007.03
|
Memelihara/Servis Transmisi Otomatis
|
8
|
OTO.KR30.008.03
|
Memperbaiki Transmisi Otomatis
|
9
|
OTO.KR30.009.03
|
Overhaul Transmisi Otomatis
|
10
|
OTO.KR30.010.03
|
Memelihara/Servis Unit Final Drive/Gardan
|
11
|
OTO.KR30.011.03
|
Memperbaiki Unit Final Drive/Gardan
|
12
|
OTO.KR30.012.03
|
Overhaul Unit Final Drive/Gardan
|
13
|
OTO.KR30.013.03
|
Memelihara/Servis Poros Penggerak Roda
|
14
|
OTO.KR30.014.03
|
Memperrbaiki Poros-poros Penggerak Roda
|
40 Chasis & Suspension
1
|
OTO.KR40.001.03
|
Merakit dan Memasang Sistem Rem dan
Komponen-komponennya
|
2
|
OTO.KR40.002.03
|
Memelihara/Servis Sistem Rem
|
3
|
OTO.KR40.003.03
|
Memperbaiki Sistem Rem
|
4
|
OTO.KR40.004.03
|
Overhaul Komponen Sistem Rem
|
5
|
OTO.KR40.005.03
|
Menempelkan Kanvas Rem dan Menggerinda Radius
|
6
|
OTO.KR40.006.03
|
Melaksanakan Perekatan Kanvas Rem
|
7
|
OTO.KR40.007.03
|
Mengerjakan Tromol dan Piringan Rem dengan Mesin
|
8
|
OTO.KR40.008.03
|
Memeriksa Sistem Kemudi
|
9
|
OTO.KR40.009.03
|
Memelihara/Servis Sistem Kemudi
|
10
|
OTO.KR40.010.03
|
Memperbaiki Sistem Kemudi
|
11
|
OTO.KR40.011.03
|
Overhaul Komponen Sistem Kemudi
|
12
|
OTO.KR40.012.03
|
Memeriksa Sistem Suspensi
|
13
|
OTO.KR40.013.03
|
Memperbaiki Sistem Suspensi
|
14
|
OTO.KR40.014.03
|
Memelihara/Servis Sistem Suspensi
|
15
|
OTO.KR40.015.03
|
Melaksanakan Pekerjaan Pelurusan Roda / Spooring
|
16
|
OTO.KR40.016.03
|
Balans Roda/Ban
|
17
|
OTO.KR40.017.03
|
Melepas, Memasang dan Menyetel Roda
|
18
|
OTO.KR40.018.03
|
Memilih Ban dan Pelek Untuk Pemakaian Khusus
|
19
|
OTO.KR40.019.03
|
Membongkar, Memperbaiki dan Memasang Ban Luar dan Dalam
|
20
|
OTO.KR40.020.03
|
Merperbaiki Pelek
|
50 Electrical
1
|
OTO.KR50.001.03
|
Menguji, Memelihara/Servis dan Mengganti Baterai
|
2
|
OTO.KR50.002.03
|
Melakukan Perbaikan Ringan pada Rangkaian/Sistem
Kelistrikan
|
3
|
OTO.KR50.003.03
|
Memperbaiki Sistem Kelistrikan
|
4
|
OTO.KR50.004.03
|
Memperbaiki Instrumen dan Sistem Peringatan
|
5
|
OTO.KR50.005.03
|
Overhaul Komponen-komponen Sistem Kelistrikan
|
6
|
OTO.KR50.006.03
|
Memperbaiki Sistem Starter dan Pengisian
|
7
|
OTO.KR50.007.03
|
Memasang, Menguji dan Memperbaiki Sistem Penerangan dan
Wiring
|
8
|
OTO.KR50.008.03
|
Memasang, Menguji dan Memperbaiki Sistem Pengaman
Kelistrikan dan Komponennya
|
9
|
OTO.KR50.009.03
|
Memasang Perlengkapan Kelistrikan Tambahan (Asesories)
|
10
|
OTO.KR50.010.03
|
Membuat atau Memperbaiki Wiring Harness
|
11
|
OTO.KR50.011.03
|
Memperbaiki Sistem Pengapian
|
12
|
OTO.KR50.012.03
|
Memelihara/Servis dan Memperbaiki Engine Manajemen
System
|
13
|
OTO.KR50.013.03
|
Memelihara/Servis dan Memperbaiki Sistem Penggerak
Control Elektronik
|
14
|
OTO.KR50.014.03
|
Memelihara/Servis dan Memperbaiki Sistem Kelistrikan
Bodi Control Elektronik
|
15
|
OTO.KR50.015.03
|
Memelihara/Servis dan Memperbaiki Sistem Rem Anti-Lock
Brake System (ABS)
|
16
|
OTO.KR50.016.03
|
Memasang Sistem A/C (Air Conditioner)
|
17
|
OTO.KR50.017.03
|
Overhaul Komponen Sistem A/C (Air Conditioner)
|
18
|
OTO.KR50.018.03
|
Memperbaiki/Retrofit Sistem A/C (Air Conditioner)
|
19
|
OTO.KR50.019.03
|
Memelihara/Servis Sistem A/C (Air Conditioner)
|
60 Body & Painting
1
|
OTO.KR60.001.03
|
Melaksanakan Prosedur Pengelasan, Pemotongan Termal dan
Pemanasan
|
2
|
OTO.KR60.002.03
|
Melaksanakan Pekerjaan Sebelum Perbaikan
|
3
|
OTO.KR60.003.03
|
Memperbaiki Panel-panel Bodi
|
4
|
OTO.KR60.004.03
|
Memperbaiki Kerusakan Kecil
|
5
|
OTO.KR60.005.03
|
Mengganti Panel Utama yang Dilas
|
6
|
OTO.KR60.006.03
|
Melepas dan Memasang Panel-panel Bodi Kendaraan,
Bagian-bagian Panel dan Perangkat Tambahannya
|
7
|
OTO.KR60.007.03
|
Melepas dan Penggantian/Pengepasan Pelindung Moulding,
Transfer/Gambar-gambar Hiasan, Stiker dan Decal/List, Spoiler
|
8
|
OTO.KR60.008.03
|
Melepas dan Mengganti Rangkaian/Listrik/Unit Elektronik
|
9
|
OTO.KR60.009.03
|
Memasang Komponen Sealer Kendaraan
|
10
|
OTO.KR60.010.03
|
Menggunakan Bahan Untuk Penyelesaian Ulang
|
11
|
OTO.KR60.011.03
|
Melaksanakan Prosedur Masking
|
12
|
OTO.KR60.012.03
|
Mempersiapkan Metal Dasar untuk Penyelesaian Ulang
|
13
|
OTO.KR60.013.03
|
Mempersiapkan Bahan dan Peralatan Pengecatan
|
14
|
OTO.KR60.014.03
|
Aplikasi Teknik Penyesuaian Warna
|
15
|
OTO.KR60.015.03
|
Melaksanakan Perbaikan Cat dan Pekerjaan Perbaikan
Kecil (Touch Up)
|
16
|
OTO.KR60.016.03
|
Mempersiapkan Komponen Kendaraan Untuk Perbaikan
Pengecatan Kecil (Spot Repair)
|
17
|
OTO.KR60.017.03
|
Persiapan dan Penggunaaan Material Dan Peralatan Untuk
Perbaikan Pengecatan Kecil
|
18
|
OTO.KR60.018.03
|
Pelaksanaan Pengkilapan dan Pemolesan
|
19
|
OTO.KR60.019.03
|
Memilih dan Menggunakan Hiasan/Trim Bahan Perekat
|
20
|
OTO.KR60.020.03
|
Memperbaiki Kaca yang Berlapis/Dilaminasi
|
21
|
OTO.KR60.021.03
|
Melepas dan Memasang Lapisan Karet Kaca Depan/Belakang
|
22
|
OTO.KR60.022.03
|
Melepas dan Memasang Kaca Bodi Yang Tetap dan Yang
Dapat Digerakkan
|
23
|
OTO.KR60.023.03
|
Mempersiapkan Permukaan Kaca Jendela dan Pemasangan
Kaca Film
|
24
|
OTO.KR60.024.03
|
Menentukan Kerusakan Kendaraan dan Merekomendasikan
Prosedur Perbaikan
|
25
|
OTO.KR60.025.03
|
Memeriksa Sistem/Komponen Kendaraan serta Menentukan
Tindakan Perbaikan yang Lebih Baik
|
26
|
OTO.KR60.026.03
|
Memeriksa Cat dan/atau Hiasan Interior dan/atau
Asesoriesnya dan Menentukan Prosedur Perbaikan yang Direkomendasikan
|
27
|
OTO.KR60.027.03
|
Mempersiapkan Ketetapan Perbaikan Tertulis
|
28
|
OTO.KR60.028.03
|
Menentukan Lokasi/Bagian dan Harga Suku cadang/Komponen
yang Diganti
|
Sesuai
dengan visi dan misi serta keadaan sarana dan prasarana di Program Studi
Keahlian Teknik otomotif, khususnya Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan
maka disusunlah SK/KD untuk pembelajaran selama 3 Tahun, yaitu:
SK-KD Kompetensi Kejuruan
Dasar Kompetensi Kejuruan
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1. Memahami dasar-dasar mesin
|
1.1 Menjelaskan dasar ilmu statika dan
tegangan
1.2 Menerangkan komponen/elemen mesin
1.3
Menerangkan
material dan kemampuan proses.
|
2. Memahami proses-proses dasar
pembentukan logam
|
2.1 Menjelaskan proses pengecoran
2.2 Menjelaskan proses pembentukan
2.3
Menjelaskan proses pemesinan.
|
3. Menjelaskan proses-proses mesin
konversi energi
|
3.1 Menjelaskan konsep motor bakar
3.2 Menjelaskan konsep motor listrik
3.3 Menjelaskan konsep generator
listrik
3.4 Menjelaskan konsep pompa fluida
3.5 Menjelaskan konsep kompresor
3.6
Menjelaskan konsep refrigerasi
|
4. Menginterpretasikan gambar teknik
|
4.1 Menjelaskan standar menggambar
teknik
4.2 Menggambar perspektif, proyeksi,
pandangan dan potongan
4.3 Menjelaskan simbol-simbol
kelistrikan
4.4 Membaca wiring diagram
4.5 Menginterpretasikan gambar teknik dan
rangkaian.
|
5.
Menggunakan
peralatan dan perlengkapan di tempat kerja
|
5.1 Merawat peralatan dan perlengkapan
perbaikan di tempat kerja.
5.2 Menggunakan peralatan dan
perlengkapan perbaikan
5.3 Menggunakan fastener.
|
6. Menggunakan alat-alat ukur (measuring
tools)
|
6.1 Mengidentifikasi alat-alat ukur
6.2 Menggunakan alat-alat ukur mekanik
6.3 Menggunakan alat-alat ukur
pneumatik
6.4 Menggunakan alat-alat ukur
elektrik/elektronik
6.5 Merawat alat-alat ukur.
|
7.
Menerapkan
prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan tempat kerja
|
7.1 Mendeskripsikan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3)
7.2 Melaksanakan prosedur K3
7.3 Mengidentifikasi aspek-aspek
keamanan kerja
7.4 Mengontrol kontaminasi
7.5 Mendemonstrasikan pemadaman
kebakaran
7.6 Melakukan pengangkatan benda kerja
secara manual.
7.7 Menerapkan pekerjaan sesuai
dengan SOP.
|
Kompetensi
Kejuruan
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1.
Memperbaiki
sistem hidrolik dan kompresor udara
|
1.1 Mengidentifikasi sistem hidraulik
1.2 Memasang sistem hidraulik
1.3 Menguji sistem hidraulik
1.4 Memeliharan sistem hidraulik
1.5 Memelihara kompresor udara dan
komponen-komponennya
1.6 Memperbaiki kompresor udara dan
komponen-komponennya.
|
2. Melaksanakan prosedur pengelasan,
pematrian, pemotongan dengan panas dan pemanasan
|
2.1 Melaksanakan prosedur pengelasan
2.2 Melaksanakan prosedur pematrian
2.3 Melaksanakan prosedur pemotongan
dengan panas
2.4 Melaksanakan prosedur pemanasan.
|
3.
Mlakukan
overhaul sistem pendingin dan komponen– komponennya
|
3.1 Memelihara/servis sistem pendingin dan
komponennya
3.2 Memperbaiki sistem pendingin dan
komponennya
3.3 Melakukan overhaul sistem
pendingin dan komponennya.
|
4.
Memelihara/servis
sistem bahan bakar bensin
|
4.1 Memelihara komponen sistem bahan bakar
bensin
4.2 Memperbaiki komponen sistem bahan bakar
bensin.
|
5.
Memperbaiki
sistem injeksi bahan bakar diesel
|
5.1 Memelihara/servis sistem dan komponen
injeksi bahan bakar diesel
5.2 Memperbaiki komponen injeksi bahan bakar
diesel
5.3 Mengkalibrasi Pompa Injeksi.
|
6.
Memeliharaan/servis
engine dan komponen-komponen-nya
|
6.1 Mengidentifikasi komponen-komponen Utama
engine
6.2 Mengidentifikasi komponen-komponen
engine
6.3 Memelihara/servis engine
dan komponen-komponennya (engine tune up)
6.4 Melaksanaan pemeliharaan/servis
komponen
6.5 Menggunakan pelumas/cairan
pembersih.
|
7.
Memperbaiki
unit kopling dan komponen-komponen sistem pengoperasian
|
7.1 Memelihara/servis unit kopling dan
komponen-komponen sistem pengoperasian
7.2 Memperbaiki sistem kopling dan
komponennya
7.3 Mengoverhaul sistem kopling dan
komponennya.
|
8. Memelihara transmisi
|
8.1 Mengidentifikasi transmisi manual dan
komponen-komponennya
8.2 Mengidentifikasi transmisi
otomatis dan komponen-komponennya
8.3 Memelihara transmisi manual dan
komponen-komponennya
8.4 Memelihara transmisi otomatis dan
komponen-komponennya.
|
9. Memelihara unit final drive/gardan
|
9.1 Mengidentifikasi unit final
drive; penggerak roda depan, belakang dan Four Wheel drive
9.2 Memelihara unit final drive
penggerak roda depan
9.3 Memelihara unit final drive
penggerak roda belakang
9.4 Memelihara unit final drive penggerak empat roda.
|
10.
Memperbaiki poros penggerak roda
|
10.1 Memelihara/servis poros penggerak
roda/drive shaft dan komponen-komponennya
10.2 Memperbaiki poros penggerak roda/drive
shaft dan komponen-komponennya.
|
11.
Memperbaiki roda dan ban
|
11.1 Mengidentifikasi konstrusksi roda dan
ban serta sistem pemasangan
11.2 Memeriksa roda
11.3 Memasang ulang roda
11.4 Memeriksa ban
11.5 Memasang ulang ban
11.6 Membalans roda dan ban.
|
12.
Memperbaiki sistem rem
|
12.1 Memelihara sistem rem dan
komponennya
12.2 Memperbaiki sistem rem dan
komponennya
12.3 Melakukan overhaul sistem
rem.
|
13.
Memperbaiki sistem kemudi
|
13.1 Mengidentifikasi berbagai jenis
sistem kemudi
13.2 Memeriksa kondisi sistem/komponen kemudi
13.3 Memperbaiki berbagai jenis sistem
kemudi.
|
14.
Memperbaiki sistem suspensi
|
14.1 Memeriksa sistem suspensi dan
komponen-komponenya
14.2 Merawat sistem suspensi dan
komponen-komponennya
14.3 Memperbaiki sistem suspensi dan
komponen-komponennya.
|
15.
Memelihara baterai
|
15.1 Menguji baterai
15.2 Memperbaiki baterai
15.3 Merawat baterai
15.4 Menjumper baterai.
|
16.
Memperbaiki
kerusakan ringan pada rangkaian/ sistem kelistrikan, pengaman dan kelengkapan
tambahan
|
16.1 Mengidentifikasi kesalahan
sistem/komponen kelistrikan dan pengaman
16.2 Memasang sistem pengaman
kelistrikan
16.3 Memperbaiki sistem pengaman kelistrikan
dan komponennya
16.4 Memasang sistem penerangan dan wiring
kelistrikan
16.5 Menguji sistem kelistrikan dan
penerangan
16.6 Memperbaiki wiring
kelistrikan dan penerangan
16.7 Memasang perlengkapan kelistrikan
tambahan.
|
17.
Memperbaiki
sistem pengapian
|
17.1 Mengidentifikasi sistem pengapian
dan komponennya
17.2 Memperbaiki sistem pengapian dan
komponennya.
|
18.
Memperbaiki
sistim starter dan pengisian
|
18.1 Mengidentifikasi sistem starter
18.2 Mengidentifikasi sistem pengisian
18.3 Memperbaiki sistem starter dan
komponen-komponennya
18.4 Memperbaiki sistem pengisian dan
komponen-komponennya.
|
19. Memelihara/servis
sistem AC (Air Conditioner)
|
19.1 Mengidentifikasi sistem AC dan
komponennya
19.2 Melakukan servis sistem AC dan
komponennya.
|
PT.
ASTRA DAIHATSU MOTOR INDONESIA
Manajemen
Industri Astra Daihatsu Motor berpikiran bahwa selama
ini lulusan SMK yang kerja di pabrik ADM perlu penyesuaian dan training selama
satu tahun untuk menjadi mekanik level satu. Dengan adanya kurikulum yang
sinergis antara Industri dan SMK diharapkan lulusan SMK bisa langsung menjadi
mekanik level satu yang dapat kerja di pabrik ADM maupun di tempat lain.
Salah satu program PT. ADM adalah
“Pintar bersama Daihatsu” . Program ini terdiri dari beberapa kelompok, yaitu;
Program pelatihan guru-guru, bantuan alat/bahan praktek SMK dan kerjasama dalam
penyusunan kurikulum Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan.
Para
guru sekolah juga mendapatkan pelatihan khusus di Daihatsu untuk lebih
mengetahui teknologi terbaru langsung di pabrik milik ADM. Pelatihan
dilaksanakan di Training Center PT. ADM, Balai Diklat Provinsi (Kerja Sama),
maupun di sekolah-sekolah SMK yang menjalin kerjasama dengan PT. ADM.
Sejak
tahun 2005 pihak PT. ADM telah memberikan bantuan sebanyak 162 unit mesin
Daihatsu ke sejumlah SMK di Jawa dan Bali untuk menunjang praktik belajar mengajar.
Program ini diharapkan dapat mensosialisasikan produk-produk Daihatsu agar
semakin familiar dengan masyarakat.
Program
kerjasama dalam pengembangan kurikulum SMK menghasilkan Kurikulum Integrated
sebagai solusi adanya kekurang sesuaian antara kompetensi lulusan dan kebutuhan
dunia kerja khususnya PT. ADM dan Industri Otomotif pada umumnya. Setiap tahun PT. ADM memerlukan banyak
lulusan SMK, sehingga dengan kurikulum yang sesuai maka industri juga akan
dimudahkan dalam menyediakan Sumber Daya Manusia untuk produk produksi dan
servisnya.
Kurikulum
Pendidikan pada mekanik PT. ADM
Pendidikan dan
pelatihan yang dilaksanakan untuk mekanik pada PT.ADM beracuan pada Standar of
Level Technician yang berlaku di seluruh dunia. Standar tersebut adalah:
Standar
Level of Technician
Untuk memetakan
Kompetensi mekanik pada PT.ADM dilakukan leveling atau ujian untuk mendapatkan
sertifikasi, proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses Sertifikasi Mekanik
Kompetensi yang ada di
ada pada Daihatsu International meliputi 3 Level, Level tersebut memiliki beberapa
komtensi berikut ini:
Level
Technician
1) Basic service staff
knowledge
2) Training for
Periodic Maintenance
3) Fundamental of
automobile
Level
Pro-Technician
1) Frequent service
procedure
2) Basic skill of
overhaul and inspection knowledge
3) Training for
overhaul of engine, power train and/or electrical
4) Common knowledge of overhaul and inspection
Level
Diagnosis Technician
Knowledge of mechanisms
and operations of components and system problems
- Engine, Chassis, Electrical -
KURIKULUM
INTEGRATED SMKN 1 MAJALENGKA – PT. ADM
Setelah
diadakan pertemuan antara pihak Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1
Majalengka dan PT. ADM maka disusunlah kurikulum Integrated. Kurikulum ini
mencoba mengimplementasikan Kurikulum yang ada pada Pendidikan dan Pelatihan
Mekanik PT. ADM ke dalam proses pembelajaran Kompetensi Keahlian Teknik
Kendaraan Ringan SMKN 1 Majalengka. Target dari proses pembelajaran ini adalah
untuk meningkatkan kompetensi lulusan sehingga nantinya standar lulusan SMKN 1
Majalengka sudah setara dengan Level Daihatsu Tehnician.
Program Penyusunan Kurikulum Integrated
Implementasi
Kurikulum industry pada SMK
Materi
yang diberikan selama tiga tahun pada proses pembelajaran di SMK meliputi 3
Level Kompetensi. Pada saat peserta didik berada pada tingkat 10, maka level
kompetensi yang diberikan adalah Standar Kompetensi Daihatsu Technician. Materi ini dipecahkan dalam 5 bagian besar
yaitu; 7 Komperensi General, 1 Kompetensi Engine, 1 Kompetnsi Power Train, 2
Kompetensi Chasis dan Suspensi serta 1 Kompetensi mengenai electrical.
Kompetensi tambahan yang terdapat pada SKKNI adalah peserta didik kelas 10 harus dapat melaksanakan Periodic maintenance 10.000 KM pada kendaraan ringan.
Waktu
Pelatihan Kurikulum Berdasarkan Integrated
Pada
saat peserta didik berada pada tingkat 11, maka level kompetensi yang diberikan
adalah Standar Kompetensi Daihatsu
Pro-Technician. Materi ini dipecahkan dalam 5 bagian besar yaitu; 0
Komperensi General, 2 Kompetensi Engine, 2 Kompetnsi Power Train, 2 Kompetensi
Chasis dan Suspensi serta 2 Kompetensi mengenai electrical. Kompetensi tambahan
yang terdapat pada SKKNI adalah peserta didik kelas 11 harus dapat melaksanakan Periodic maintenance 20.000 KM pada kendaraan ringan.
Alokasi Waktu Pembelajaran
Pada
saat peserta didik berada pada tingkat 12, maka level kompetensi yang diberikan
adalah Standar Kompetensi Daihatsu
Diagnosttic. Materi ini dipecahkan dalam 5 bagian besar yaitu; 0 Komperensi
General, 1 Kompetensi Engine, 2 Kompetnsi Power Train, 1 Kompetensi Chasis dan
Suspensi serta 1 Kompetensi mengenai electrical. Kompetensi tambahan yang
terdapat pada SKKNI adalah peserta didik kelas 12 harus dapat melaksanakan Periodic maintenance 40.000 KM pada
kendaraan ringan.
Pengembangan
Kurikulum secara berkesinambungan
Proses
pengembangan kurikulum dilakukan secara berkesinambungan dan secara terus
menerus. Proses pengembangan kurikulum meliputi proses perencanaan, proses
impelemetasi, proses evaluasi dan proses penyusunan kurikulum yang baru dengan
kualitas yang lebih baik. Apabila hal ini dilakukan secara berkesinambungan
maka kurikulum yang ada akan sesuai dengan kebutuhan DU/DI dengan dukungan SDM
dan sarana prasarana yang memadai.
BAB III
PEMBAHASAN
Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga yang berpotensi untuk mempersiapkan
Sumber Daya Manusia yang dapat dengan mudah terserap oleh dunia kerja, karena
materi baik teori dan praktek yang bersifat aplikatif telah diberikan sejak
dini, dengan harapan lulusan SMK memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja. Akan tetapi, hanya 60 % dari lulusan SMK yang dapat terserap
lapangan kerja (hf, 2006 : 1), lebih dilematis lagi ketika 60 % dari lulusan
SMK tersebut tidak semuanya bekerja sesuai dengan jurusan yang ditekuni semasa
SMK. Melihat dari fenomena ini, tentunya terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan hal tersebut terjadi, diantaranya adalah kurangnya kesiapan kerja
dari lulusan SMK, belum adanya link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan
dengan dunia kerja, tidak teridentifikasinya kebutuhan dunia kerja oleh SMK,
dan lain sebagainya.
Tidak teridentifikasinya kebutuhan dunia kerja oleh SMK akan sangat berpengaruh terhadap daya serap lulusan SMK di dunia kerja, karena dunia kerja hanya akan mempekerjakan seseorang yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja itu sendiri. Dengan demikian, SMK diharapkan dapat mengidentifikasi kebutuhan dunia kerja serta mengaplikasikan kebutuhan tersebut pada materi yang diberikan kepada peserta didiknya. Untuk mengidentifikasi kebutuhan dunia kerja, diperlukan komunikasi yang lebih jauh antara pihak SMK dengan dunia kerja.
Tidak teridentifikasinya kebutuhan dunia kerja oleh SMK akan sangat berpengaruh terhadap daya serap lulusan SMK di dunia kerja, karena dunia kerja hanya akan mempekerjakan seseorang yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja itu sendiri. Dengan demikian, SMK diharapkan dapat mengidentifikasi kebutuhan dunia kerja serta mengaplikasikan kebutuhan tersebut pada materi yang diberikan kepada peserta didiknya. Untuk mengidentifikasi kebutuhan dunia kerja, diperlukan komunikasi yang lebih jauh antara pihak SMK dengan dunia kerja.
Dalam
menerima dan mempekerjakan calon karyawannya, dunia kerja tidak hanya melihat
dari lembaga apa pelamar kerja memperoleh pendidikannya, masih banyak hal lain
yang mempengaruhi diterima atau tidaknya seorang pelamar kerja, antara lain
dari segi personalnya. Segi personal ini merupakan kemampuan yang ada di dalam
diri seseorang dengan memperhatikan kesiapan serta kompetensi kerja suatu
lulusan SMK (Zuli Astuti, 2007 : 1-2).
Kompetensi kerja sangat dibutuhkan dan penting artinya dalam memperoleh pekerjaan, karena siswa SMK dituntut untuk mempunyai skill yang diperlukan dalam suatu pekerjaan baik berupa hard skill maupun soft skill. Saat ini stakeholder lebih cenderung melihat calon pekerja dari soft skill, tentunya dengan tidak mengesampingkan hard skill yang merupakan kemampuan yang sifatnya keterampilan. Perlu diperhatikan, bahwa saat ini masih sedikit siswa SMK yang mempunyai kesiapan kerja dan belum mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh stakeholder, sehingga ketika lulus siswa SMK akan kesulitan dalam memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi yang diperoleh siswa SMK tentang dunia kerja yang sesungguhnya.
Kompetensi kerja sangat dibutuhkan dan penting artinya dalam memperoleh pekerjaan, karena siswa SMK dituntut untuk mempunyai skill yang diperlukan dalam suatu pekerjaan baik berupa hard skill maupun soft skill. Saat ini stakeholder lebih cenderung melihat calon pekerja dari soft skill, tentunya dengan tidak mengesampingkan hard skill yang merupakan kemampuan yang sifatnya keterampilan. Perlu diperhatikan, bahwa saat ini masih sedikit siswa SMK yang mempunyai kesiapan kerja dan belum mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh stakeholder, sehingga ketika lulus siswa SMK akan kesulitan dalam memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi yang diperoleh siswa SMK tentang dunia kerja yang sesungguhnya.
Tidak jauh berbeda dengan hal tersebut, siswa
lulusan SMK Program Keahlian Teknik Mekanik Otomotif memiliki kendala yang sama
dalam memperoleh pekerjaan. Lulusan SMK Program Keahlian Teknik Mekanik
Otomotif biasanya hanya bekerja secara tidak tetap (serabutan) dan tidak pada
bidangnya, padahal tuntutan dari lulusan ini adalah menjadi tenaga kerja profesional
di bidang otomotif.
Peran serta SMK khususnya Program Keahlian
Teknik Mekanik Otomotif dalam membaca dan memahami kebutuhan dunia industri
terhadap tenaga kerja sangat diharapkan, tidak hanya untuk menunjang proses
belajar mengajar yang berlangsung di SMK tersebut, tetapi juga membantu lulusan
SMK untuk lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan sesuai dengan program
keahliannya. Hal ini tentunya merupakan tantangan tidak hanya bagi SMK Program
Keahlian Teknik Mekanik Otomotif, tetapi juga bagi dunia pendidikan untuk dapat
mempersiapkan lulusannya menjadi seorang tenaga kerja yang profesional di
bidangnya.
Peluang kerja di bidang otomotif sebenarnya sangat besar, mengingat semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan, sehingga produksi otomotifpun semakin meningkat yang tentunya membuka peluang kerja di bidang otomotif (Anonim, 2007 : 1). Dengan meningkatnya peluang kerja di bidang otomotif, maka perkembangan pendidikan di bidang otomotif akan ikut terdorong.
Peluang kerja di bidang otomotif sebenarnya sangat besar, mengingat semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan, sehingga produksi otomotifpun semakin meningkat yang tentunya membuka peluang kerja di bidang otomotif (Anonim, 2007 : 1). Dengan meningkatnya peluang kerja di bidang otomotif, maka perkembangan pendidikan di bidang otomotif akan ikut terdorong.
"Kompetensi bidang teknologi otomotif
menjadi suatu kebutuhan mendasar untuk memperoleh pekerjaan. Namun, belum dapat
terpenuhi oleh lembaga pendidikan yang ada secara proporsional," jelas
Ketua Program Studi Otomotif Universitas Nasional (Unas) Jakarta Prof Dr Ir
Gimbal Doloksaribu, MM. (Anonim, 2007 : 1)
Walaupun peluang untuk bekerja di dunia
otomotif cukup besar, akan tetapi kompetensi kerja para lulusan masih
dipertanyakan, karena mereka belum banyak mengetahui hal-hal apa saja yang
perlu disiapkan untuk dapat bekerja secara profesional di bidang otomotif. Oleh
sebab itu, dengan adanya tantangan tersebut diharapkan siswa SMK Program
Keahlian Teknik Mekanik Otomotif mempunyai kompetensi dan nilai lebih sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan kualitasnya sebagai calon tenaga kerja
profesional di bidang otomotif.
Stakeholder dalam hal ini dunia kerja otomotif khususnya bengkel mempunyai tuntutan tersendiri dalam melihat dan menilai kemampuan dari calon tenaga kerja yang akan direkrut. Adanya kesenjangan yang terjadi antara tuntutan kemampuan kerja yang ditetapakan industri dengan materi yang diberlakukan di SMK, mengharuskan upaya relevansi dari kedua belah pihak untuk menjembatani perbedaan tersebut. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meminta pendapat pihak industri tentang materi apa saja yang perlu diberikan SMK kepada siswa sebagai calon tenaga kerja. Disamping itu, perlu dilakukan proses evaluasi terhadap materi kurikulum SMK untuk menjawab kebutuhan dunia kerja. Pelaksanaan proses relevansi dan evaluasi meteri dalam kurikulum akan membantu SMK sebagai lembaga yang menyiapkan calon tenaga kerja profesional.
Stakeholder dalam hal ini dunia kerja otomotif khususnya bengkel mempunyai tuntutan tersendiri dalam melihat dan menilai kemampuan dari calon tenaga kerja yang akan direkrut. Adanya kesenjangan yang terjadi antara tuntutan kemampuan kerja yang ditetapakan industri dengan materi yang diberlakukan di SMK, mengharuskan upaya relevansi dari kedua belah pihak untuk menjembatani perbedaan tersebut. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meminta pendapat pihak industri tentang materi apa saja yang perlu diberikan SMK kepada siswa sebagai calon tenaga kerja. Disamping itu, perlu dilakukan proses evaluasi terhadap materi kurikulum SMK untuk menjawab kebutuhan dunia kerja. Pelaksanaan proses relevansi dan evaluasi meteri dalam kurikulum akan membantu SMK sebagai lembaga yang menyiapkan calon tenaga kerja profesional.
Integrated curriculum merupakan suatu solusi masalah-masalah
diatas dengan melakukan usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai
macam pelajaran. Implementasi integrated curriculum dengan meniadakan
batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran unit
atau keseluruhan. Integrasi mata pelajaran dilakukan dengan memusatkan
pelajaran pada masalah atau tema tertentu. Kurikulum ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada peserta didik untuk
aktif dalam proses pembelajaran, baik melalui kerja individu maupun kelompok.
Integrated curriculum mempunyai beberapa ciri yang antara lain yaitu: Unit
merupakan satu kesatuan dari seluruh bahan pelajaran, unit didasarkan pada
kebutuhan anak baik yang bersifat pribadi maupun sosial, baik yang menyangkut
kejasmanian maupun kerohanian. Dalam unit anak dihadapkan pada berbagai situasi
yang mengandung permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
mereka. Unit mempergunakan dorongan-dorongan sewajarnya pada diri anak dengan
melandaskan diri pada teori belajar, anak diberi kesempatan melakukan berbagai
kegiatan sesuai dengan minatnya dan integrated curriculum sangat fleksibel
dalam pelaksanaanya. Selain ciri-ciri tersebut, menurut A. Hamid Syarif dalam
bukunya “Pengembangan Kurikulum”, integrated curriculum merupakan kurikulum
yang berlandaskan filsafat pendidikan demokratis, berdasarkan sosiologis,
cultural, dan berdasarkan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan serta
pertumbuhan siswa. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran terpadu, masyarakat
dan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar, guru, orang tua dan anak
didikmerupakan komponen-komponen yang bertanggung jawab dalam proses
pengembangannya. Kurukulum terpadu juga mementingkan aspek-aspek psikologis
yang berpengaruh terhadap integrasi pribadi individu dan lingkungan.
Materi kurikulum yang diberikan SMK harus
memperhatikan tuntutan kompetensi kerja yang ada pada dunia kerja. Cara yang
dapat dilakukan antara lain dengan mendatangkan wakil dunia kerja untuk
mengevaluasi isi kurikulum yang diterapkan di SMK.
Kurikulum terpadu disebut juga “Integrated Curriculum”.
Secara istilah, integrasi memiliki sinonim dengan perpaduan, penyatuan, atau
penggabungan dari dua objek atau lebih (Wedawaty, 1990: 26). Hal ini sejalan
dengan pengertian yang dikemukakan oleh Poerwadarminta (1997: 326), integrasi
adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan atau menjadi utuh. Dalam integrated
curriculum, pelajaran dipusatkan pada suatu permasalahan atu topic
tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan
mengacu pada topic tertentu. Apa yang disajikan di sekolah, disesuaikan dengan
kehidupan anak di luar sekolah. Pelajaran di sekolah membantu siswa dalam
menghadapi berbagai persoalan di luar sekolah. Biasanya bentuk kurikulum
semacam ini dilaksanakan melalui pelajaran unit, di mana suatu unit mempunyai
tujuan yang mengandung makan bagi siswa yang dituangkan dalam bentuk masalah.
Untuk pemecahan masalah, anak diarahkan untuk melakukan kegiatan yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Pada
skala praktis, Integrated Curriculum memiliki beberapa kelebihan dan
manfaat, antara lain:
·
Segala permasalahan
yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat;
·
Sangat sesuai dengan
perkembangan modern tentang belajar mengajar;
·
Memungkinkan adanya
hubungan antara sekolah dan masyarakat;
·
Sesuai dengan ide
demokrasi, di mana siswa dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri,
dan memikul tanggung jawab bersama dalam kelompok;
·
Penyajian bahan
disesuaikan dengan kesanggupan (kemampuan) individu, minat, dan kematangan
siswa, baik secara individu maupun seccara kelompok (Nurdin, S., dan Usman,
B.M., 2003: 49-50).
Integrated
Curriculum juga memiliki kelemahan,
yaitu:
·
Guru tidak dilatih
melakukan kurikulum semacam ini;
·
Organisasinya tidak
logis dan kurang sistematis;
·
Terlalu memberatkan
tugas-tugas guru, karena bahan pelajaran yang mungkin berubah setiap tahun
sehingga mengubah pokok-pokok permasalahan dan juga isi (materi);
·
Kurang memungkinkan
untuk dilaksanakan ujian umum;
·
Siswa dianggap tidak
mampu ikut serta dalam menentukan kurikulum;
·
Sarana dan prasarana
yang kurang memadai yang seharusnya dapat menunjang pelaksanaan kurikulum
tersebut (Nurdin, S., dan Usman, B.M., 2003: 50).
BAB IV
KESIMPULAN
1.
Latar belakang
dari penyusunan Kurikulum Integrated SMKN 1 Majalengka dan PT. ADM adalah karena kompensi yang diberikan di
sekolah tidak sesuai dengan kebutuhan DU/Di sehingga tamatan SMK belum memenuhi
kompetensi yang disyaratkan oleh DU/DI.
2.
SMKN 1 Majalengka
dan PT. ADM bekerja sama menghadapi issue utama dalam dunia kerja saat ini
adalah DU.DI membutuhkan pasokan SDM yang qualified dari lembaga pendidikan,
angkatan kerja yang ada belum memenuhi kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja
sesuai dengan standar Level International, DU/DI kini dimungkinkan menyerap
tenaga kerja asing WTO.
3.
Kurikulum
Integrated dikembangkan dari SKKNI yang sudah di buat oleh Pemerintah melalui
Dinas Pendidikan dan ditambah dengan Standar Kompetensi dari PT. ADM.
4.
Kompetensi yang
diutamakan dalam kurikulum integral adalah kepada Periodic servis baik 10.000,
20.000, 40.000 KM. Kompetensi ini adalah gabungan dari beberapa kompetensi yang
dibentuk dari beberapa bagian besar kompetensi, yaitu; General, Engine, Power
Train, Chasis dan Suspensi serta Electrical.
5.
Target dari
penyusunan kurikulum ini adalah lulusan SMK sudah memiliki kompetensi dengan
level Daihatsu Technician. Sehingga nantinya Daihatsu bisa me-reduce biaya dan waktu pelatihan
mekanik. Mekanik tidak perlu lagi mengikuti pelatihan level Technician, tetapi
langsung mengikuti pelatihan Pro-Technician dan Diagnostic.
6.
Pengembangan
kurikulum integral harus dilakukan secara berkesinambungan agar tujuan
kesesuaian antara kebutuhan DU/DI dan kompetensi lulusan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2009). “Kurikulum Integrated”. PT. Astra
Daihatsu Motor, Jakarta
Anonim (2003). Undang Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Charter
V. Good (1971) Essencial of Education research: Methodology and Design, New
York, Appleton Century
Hamalik, Oemar (2005) Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta,
Bumi Aksara
Majid, Abdul (2006) Perencanaan
Pembelajaran, Bandung
Mulyasa E. (2008). Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan: kemandirian guru dan kepala
sekolah. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar