BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATARBELAKANG
Pada
hakekatnya pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diharapkan membentuk para
peserta didiknya untuk menjadi para usahawan baru di masadepan sesuai dengan
bidang keahliannya.Pendidikan merupakan proses
pembelajaran bagi peserta didik untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan dan sikap. Bagi individu, kemapuan untuk belajar
secara terus menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas
hidup. menurut Hilgrad dan
Bower (2002), belajar (to
learn) memiliki arti: (1) to
gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study, (2) to
fix in the mind or memory; memorize, (3) to acquire through experience, (4) to
become in form of to find out.
Menurut Berthan Russel bahwa semua bentuk pendidikan harus
mempunyai unsur dan elemen kejuruan. Berdasarkan
pada isi buku “Menuju Keterampilan 2020” pendidikan menengah kejuruan memiliki
peran dalam menyiapkan peserta didik agar siap bekerja baik bekerja secara
mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan pada dunia kerja. Oleh karena itu,
arah pengembangan pendidikan menengah kejuruan diorientasikan pada penentuan
permintaan pasar kerja. Secara makro, arah pengembangan pendidikan menegah
kejuruan mengacu pada prinsip demand driven.
Unit Produksi
merupakan komponen pendidikan yang langsung berhubungan dengan perolehan
pengetahuan dan keahlian yang
diperlukan oleh peserta didik. Meskipun ada perdebatan tentang apakah Unit
Produksi dapat menciptakan pekerjaan, hal ini tidak dapat diragukan lagi bahwa
Unit Produksi sekolah dapat menyiapkan peserta didik dengan keterampilan dan
keahlian yang diperlukan dalan dunia kerja, diharapkan peserta didik akan
mempunyai kesempatan yang
lebih baik dalam dunia kerja dan berfungsi dalam masyarakat serta dapat
memperbaiki hidup dan kehidupanya di masa depan.
Unit
Produksi (UP) dapat menjadi wahana praktek langsung bagi peserta didik
dalam menerapkan keterampilan dan keahlian, sehingga mahasiswa dapat mengembangkan potensinya
sebagai calon usahawan maupun sebagai tenaga kerja dengan
kemampuannya.Lebihdari itu lembaga pendidikan dalam hal ini kampus dapat
melaksanakan fungsi pengabdian pada masyarakat.
Dengan
Unit Produksi mahasiswa, dosen dan seluruh warga kampus dapat berkiprah
melayani masyarakat sesuai ketrampilan dankeahlian yang dimiliki yang pada
akhirnya menjadikan Unit Produksi sebagai sebuahlembaga badan usaha sekolah
yang bersifat provit guna mengembangkanpotensi wirausaha dan kesejahteraan pada
semua warga lembaga pendidikan.
Dengan
pemaparan tersebut dapat terlihat letak urgensi sebuah unit produksi bagi
pendidikan kejuruan.Unit produksi
dapat menjadi organisasi yang lebih menarik bagi siswa selain untuk mendapatkan
pengalaman tetapi dengan sedikit memperhitungkan tenaga kerja sesuai dengan
kemampuan unit produksi, sehingga mahasiswa lebih termotivasi dalam mengelola
unit produksi.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi fokus bahasan
dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimanakah Unit Produksi yang terdapat
di Prodi Pendidikan Tata Boga ?
2.
Bagaimanakah pelaksanaan merevitaliasikan unit produksi yang terdapat
di Prodi Pendidikan Tata Boga ?
3. Apakah Prodi. Pendidikan Tata Boga
memiliki potensi untuk menerapkan metode pembalajaran Production Based Education (PBE)didalam pembelajarannya ?
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Kejuruan dan Sumber Daya Manusia, serta menganalisis
apakah Prodi.Pendidikan Tata Boga mempunyai potensi untuk menerapkan model PBE
didalam pembelajarannya, serta bagai mana merevitaliasikan unit produksi yang
dirasa vakum.
D. MANFAAT PENULISAN
Dengan
membuat makalah ini, manfaat yang didapat adalah:
1.
Lebih memahami apa itu unit produksi
beserta permasalahannya.
2.
Lebih memahami secara mendalam
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode PBE.
3. Mengetahui dan menganalisis dengan teori
SWOT apakah Prodi. Pendidikan Tata Boga mempunyai potensi untuk menerapkan PBE
di dalam pembelajarannya.
E. SISTEMATIS PENULISAN
Makalah
ini disusun atas empat bab, yaitu :
1.
Bab I
Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan
sistemetika penulisan.
2. Bab II Landasan
Teori, bab ini berisi mengenai materi yang menunjang dalam menjawab permasalah
pada latar belakang yang dirumuskan dalam rumusan masalah.
3. Bab III
Pembahasan, bab ini berisi mengenai pembahasan masalah dengan ditunjang materi
serta pandangan penulis.
4.
Bab IV Penutup,
bab ini berisi mengenai kesimpulan dan rekomendasi yang dihasilkan dari kajian
materi ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
UNIT
PRODUKSI
Unit
Produksi merupakan suatu program yang pada awalnya merupakan satu kesatuan
dalam program Pengembangan Sekolah Seutuhnya dalam program Pengembangan Sekolah
(School Integrated Development) atau
lebih dikenal program PSS (PPPGT Bandung, 1994).Secara umum unit produksi
merupakan suatu proses kegiatan usaha yang dilakukan di dalam sekolah dan
bersifat bisnis (profit oriented)
serta dilakukan oleh warga sekolah dengan memberdayakan sumber daya sekolah
yang dimiliki serta dikelola secara profesional.
Beberapa
pengertian unit produksi dari para ahli sebagai berikut: menurut Benny Suprapto
(2001) unit produksi adalah “suatu kegiatan yang berfungsi untuk memproduksi
barang dan jasa dengan memanfaatkan semua sumber daya yang ada disekolah.”
Menurut Y.H.S Sriyanto (1982) unit produksi adalah “Wadah bagi satu atau
lebih kegiatan usaha yang potensial dan hasilnya dapat dipasarkan meliputi
barang dan jasa.”Sedangkan menurut Ir Tawan Rosidi “Unit produksi di SMK
merupakan kegiatan usaha yang bertujuan untuk memperoleh nilai
tambah/keuntungan dari kegiatan usaha.Baik kegiatan usaha jasa atau kegiatan
produksi, sehingga diharapkan ada tambahan pemasukan untuk sekolah, yang dapat
mendukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS).”
1. Tujuan diadakannya Unit Produksi
Tujuan utama diadakannya unit
produksi adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang dapat mendekatkan kepada
kebutuhan lapangan kerja tertentu. Tujuan khusus unit produksi seperti
tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan Unit Produksi (1992) adalah :
a.
Menciptakan kemampuan untuk
berwirausaha.
b.
Meningkatkan pelaksanaan praktek
c.
Meningkatkan kemampuan koperasi sekolah
yang memberikan dampak pada kesejahteraan anggotanya.
d.
Melatih displin dan kepercayaan diri.
e.
Melatih keberanian mengambil resiko yang
diperhitungkan.
f.
Siswa akan terampil dibidangnya.
g.
Meningkatkan sikap mandiri dan percaya
diri.
2. Landasan Peraturan Unit Produksi
Landasan unit produksi merupakan
program sekolah dalam upaya menuju sekolah yang mandiri sekaligus memberikan
sarana bagi guru dan peserta diklat untuk mengembangkan kemampuan keterampilan
yang dimiliki.Oleh karenanya unit produksi harus dilaksanakan pada sekolah
menengah kejuruan yang telah memungkinkan melaksanakan unit produksi.Landasan
peraturan penyelenggaraan unit produksi yang tercantum dalam Pedoman
Pelaksanaan Unit Produksi (1994):
a.
Peraturan Pemerintah RI No 29 tahun 1990
bab IX pasal 29 ayat 2 “Untuk mempersiapkan siswa SMK menjadi tenaga kerja,
maka pada SMK dapat didirikan unit produksi yang beroperasi secara profesional.”
b.
Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No 0873/P/1986 tanggal 20 desember 1986 tentang pemanfaatan
barang dan jasa hasil praktek karya disekolah dan perguruan tinggi di
lingkungan departemen pendidikan dan kebudayaan.
c.
Keputusan Dirjen Dikdasmen no
294/c/Kep/RI/1986 tanggal 30 desember 1986 tentang petunjuk pelaksanaan
pemanfaatan hasil praktek siswa.
d.
Keputusan bersama Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan bersama Menteri Koperasi No. 5151/M/KPTS/III/841 tanggal 22 maret
1984 tentang pola dasar pembinaan koperasi.
e.
Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No 0490/U/1992 tanggal 30 desember 1992 bab XIII pasal 29 “Setiap
SMK mengusahakan penyelenggaraan unit produksi”.
f.
Kegiatan unit produksi di SMK berpedoman
pada kurikulum dan tidak dibenarkan mengurangi sasaran pencapaian kurikulum.
g.
Lampiran 1 keputusan Mentri Pendidikan
Dan Kebudayaan No 080/U/1993 tentang pemanfaatan unit produksi yang beroperasi
secara profesional sebagai wahana keahlian kejuruan.
3. Prinsip-prinsi Unit Produksi
Prinsip-prinsi Unit Produksi yang
harus diperhatikan pada pelaksanaan unit produksi sebagai berikut:
a.
Unit produksi merupakan satu alternatif
yang diharapkan dapat meningkatkan mutu lulusan SMK sehingga kegiatan unit
produksi diupayakan tetap berkaitan dengan kurikulum.
b.
Penyelenggaraan unit produksi
dimaksudkan untuk mendapatkan keahlian profesional yang hanya dapat diperoleh
memlalui mengerjakan pekerjaan.
c.
Unit produksi merupakan salah satu upaya
dalam mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki SMK agar dapat memberikan nilai
tambah yang dapat dimanfaatkan untuk menunjuang penyelenggaraan pendidikan dan
kesejahteraan warga SMK.
d.
Unit produksi dikoelola secara
profesional menganut prinsip manajemen bisnis.
e.
Unit produksi harus menunjang dan tidak
boleh menggangu kegiatan belajar mengajar.
f.
Tujuan unit produksi dalam keputusan
Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0490/U/ 1992 pasal 29 ayat 2.
g.
Kegiatan unit produksi yang sudah layak
dapat dijadikan sarana belajar dan bekerja (learning by doing) bagi peserta
didik di SMK.
h.
Keuntungan unit produksi dapat
dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMK dan
peningkatan kesejahteraan warga SMK.
i.
Pembagian keuntungan hasil kegiatan
diatur sesuai keputusan manajemen secara profesional.
j.
Unit Produksi supaya digunakan sebagai
salah satu ukuran keberhasilan sekolah dalam menjalankan fungsi menyiapkan
tenaga kerja menengah.
4. Ruang Lingkup Kegiatan Unit Produksi
Ruang lingkup kegiatan unit
produksi merupakan kegiatan dalam pelayanan barang dan jasa yang layak jual, yang
dalam pelaksanaan dan penyelenggaraannya melibatkan guru dan siswa, serta
melaksanakan kerjasama industri dengan pasangan magang. Kegitan unit produksi
berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Unit Produksi (1999) adalah sebagai berikut:
a.
Mengorganisasikan KBM pada jenis
pekerjaan yang dapat menghasilkan barang dan jasa yang layak jual.
b.
Mengorientasikan kegiatan/meningkatkan
kemampuan guru di SMK pada jenis pekerjaan yang dapat menghasilkan barang dan
jasa yang layak jual.
c.
Mengusahakan kegiatan praktik siswa sesuai
dengan tuntutan dunia usaha dan industry.
d.
Mengusahakan kegiatan magang bagi guru
di dunia industri.
e.
Menyelenggarakan kegiatan perawatan dan
perbaikan sarana dan prasarana pendidikan di SMK dengan prinsip swakelola.
f.
Menyelenggarakan kegiatan pelatihan yang
dapat memberikan imbalan jasa bagi sekolah.
g.
Menyelenggarakan kegiatan dengan
bekerjasama dengan dunia industri dalam menunjang unit produksi disekolah.
h.
Melaksanakan kegiatan pelayanan kepada
masyarakat umum dengan mendayagunakan sumber daya di sekolah sekaligus dapat
memberi nilai tambah bagi sekolah.
5. Kedudukan dan Posisi Unit Produksi
Unit produksi meiliki kedudukan dan
posisi sebagaimana tertuang dalam Pedoman Pelaksanaan Unit Produksi (1999)
adalah sebagai berikut :
a.
Unit produksi adalah milik sekolah dan
tidak terpisahkan dari fungsi dan status sekolah.
b.
Penanggung jawab tertinggi unit produksi
adalah kepala sekolah bersangkutan.
c.
Kepala sekolah bertanggung jawab kepada
kepala bidang pendidikan menengah kejuruan wilayah tentang operasionalisasi
unit produksi.
d.
Unit produksi disekolah dijalankan oleh
kepala sekolah dibantu oleh pengurus unit produksi yang dipilih atau ditunjuk,
dan pengurus unit produksi dipimpin oleh seorang manajer unit produksi.
e.
Unit produksi bekerjasama dengan
koperasi sekolah dalam operasionalisasinya.
f.
Badan penasehat unit produksi memberi
saran kebijakan kepada manajer unit produksi untuk dibuat masukan dalam
oprasionalisasi unit produksi.
g.
Unit produksi dipertanggungjawabkan oleh
manajer unit produksi dalam bentuk laporan kepada kepala sekolah dan kepala
sekloah memberikannya kepada kepala bidang pendidikan menengah kejuruan minimal
satu tahun sekali.
h.
Semua kegiatan unit produksi harus
memperhatikan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.
i.
Sekolah dalam mengoprasikan unit
produksi dapat bekerja sama dengan pihak luar seperti lembaga pemerintah, dunia
usaha industri dan masyarakat luas.
j.
Pengawasan unit produksi dilaksanakan
oleh kepala sekolah atau badan pengawas yang ditunjuk.Kepala
SekolahKasubagguruKoperasiUnit Simpan PinjamUnit
ProduksiKonsumenInstalasi/unit-unit produksiUnit Pertokoan.
B. MODEL PEMBELAJARAN PBE
Sudah
cukup banyak model pembelajaran dalam dunia pendidikan.salah satunya adalah
pendidikan berbasis produksi (Production
Based Education).Pada dasarnya model ini menganut konsep bahwa praktik mahasiswa
harus menghasilkan suatu barang atau produk yang laku untuk dijual, oleh karena
itu seluruh persyaratan tentang kriteria barang produksi wajib dipenuhi dalam
upaya menghasilkan barang atau produk yang memiliki nilai jual di masyarakat.
Pendidikan
berbasis produksi adalah proses pendidikan keahlian atau keterampilan yang
dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja
sesungguhnya (real job) untuk
menghasilkan barang atau jasa yang sesuai tuntutan pasar atau konsumen. PBE
menekankan pembelajaran, di mana mahasiswa dapat melakukan kegiatan produksi
atau jasa yang memenuhi standar Dunia Usaha/Dunia Industri dan masyarakat.PBE
juga dapat diartikan sebagai Kurikulum Implementatif yang dibuat bersama antara
sekolah dengan Dunia Usaha/Dunia Industri.
PBE
diharapkan mampu mewujudkan kemampuan Sumber Daya Manusia dalam bentuk
keterampilan nyata yang didukung dengan sarana dan prasarana yang ada di kampus
atau lembaga secara optimal. Selain itu PBE juga diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan dalam penguasaan teknologi sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha/Dunia
Industri, serta membentuk sikap professional atau wirausahawan yang produktif,
misalnya saja menghargai waktu, jujur, percaya diri, menjunjung tinggi etika
dan profesi, disiplin, cinta pekerjaan, bertanggungjawab terhadap tugas dan
mandiri.
Secara
fungsi, Production Based Education
(PBE), dapat dijadikan tempat perwujudan konsep link and match (keterkaitan dan kesepadanan) bagi sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya yang dikelola dengan Dunia Usaha/Dunia Industri yang
dilaksanakan dalam bentuk Pendidikan Berbasis Produksi, Prakerin atau Pendidikan
Sistem Ganda (PSG). PBE juga dapat dijadikan tempat pelatihan nyata (on the job training) bagi mahasiswa,
sebagai wadah untuk menjalin kerja sama antara Dunia Pendidikan dan Dunia
Industri serta masyarakat serta sebagai tempat eksperimen dan pengembangan
ide-ide baru yang bermanfaat bagi perkembangan IPTEK. Karakteristik atau ciri-ciri
Implementasi Program PBE antara lain :
1.
Mengarah pelayanan industri,
2.
Menjalin kerjasama dengan dunia usaha
dan dunia industri, sebagai sarana nyata pelatihan bagi dosen, staf dan mahasiswa,
3.
Mewujudkan produk berkualitas dan mampu
bersaing, meningkatkan kualitas pendidikan dengan standar industry,
4.
Sebagai penunjang biaya operasional
pendidikan dan pengembangan institusi.
Dalam
pelaksanaannya, PBE memerlukan link and
match (keselarasan dan kesepadanan) antara tiga unsur, yaitu kurikulum di lembaga
pendidikan, industri dan unit dan jasa (UPJ) di lembaga pendidikan.UPJ
merupakan salah satu wadah kegiatan yang menjembatani antara kurikulum di lembaga
pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri.
Pengembangan
strategi PBT merupakan sinkronisasi/paduan antara penguasaan konsep dan prinsip
terhadap suatu obyek serta penerapannya dalam kegiatan produksi, dengan
memperhatikan fakta dan menggunakan prosedur tetap untuk menghasilkan suatu
produk yang standar.Ketentuan ini diacu dalam rangka pembelajaran untuk
membentuk kompetensi dan sikap profesionalisme siswa.
1. Orentasi
Strategi PBT adalah suatu upaya
pembelajaran yang difokuskan pada potensi siswa, dan kebutuhan wilayah untuk
menghasilkan tamatan yang profesional, serta mempunyai relevansi yang tinggi,
dengan memperhatikan prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi.an Pendekatan
ini sasaran utamanya adalah agar SMK dapat berperan dalam meningkatkan
pemberdayaan potensi wilayah untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
2. Pengembangan Program
Program pembelajaran dikembangkan
dengan mengacu pada produk unggulan sekolah/daerah, dan kompetensi-kompetensi
yang dibutuhkan untuk memasuki lapangan kerja dan berusaha mandiri di bidang
pertanian yang relevan.Pengembangan program juga memperhatikan optimalisasi,
efisiensi, kelestarian/ sustanibility agar mampu menggambarkan suatu pola
agribisnis yang terpadu, mengedepankan nilai-nilai kependidikan, dan bisnis.
Selain komponen-komponen di atas, faktor yang juga harus dipertimbangkan agar
program dapat berdayaguna dan berhasil guna adalah:
a.
Berorientasi dan menyesuaikan dengan
lingkungan hidup yang meliputi: lingkungan biologis, lingkungan geografis
termasuk kedekatan dengan kegiatan ekonomi, lingkungan sosial dan ekologis.
b.
Mempertimbangkan kebutuhan masa yang
akan datang (perkembangan IPTEK, kelestarian lingkungan/sustainability dan
kesejahteraan masyarakat).
c.
Mempertimbangkan aspek ekonomi, bahwa
program yang dikembangkan harus mampu mendorong tumbuhnya perekonomian daerah,
dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekolah.
3. Ruang Lingkup Materi
Materi pembelajaran dikembangkan
berdasarkan analisis kebutuhan pengetahua.n, ketrampilan dan sikap untuk
mewujudkan tujuan pendidikan yang dicita-citakan dalam UUSPN No 2 tahun l989
dan tujuan pendidikan menengah dalam PP No 29 tahun l990.
Materi pembelajaran secara umum
merupakan paduan dari semua disiplin ilmu, terdiri dari materi kejuruan sesuai
dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk berusaha dibidang pertanian,
materi-materi adaptif, dan normatif yang secara fungsional mendukung dalam pembentukan
manusia profesional, yang dilandasi oleh terbentuknya watak, sikap dan karakter
sesuai dengan kepribadian bangsa.
4. Strategi Pembelajaran
Pembelajaran diarahkan kepada
berbagai strategi yang dianggap cocok dan sesuai dengan tujuan, keadaan, dan kebutuhan
lingkungan sekolah. Secara kusus strategi yang direkomendasikan adalah belajar
tuntas, berbasis produksi, dan pembelajaran berorentasi pada siswa/ belajar
siswa aktif (student centered learning), serta behavior Outcome Aproach.
Melalui pendekatan belajar seperti ini selain akan mampu membentuk manusia yang profesional, diharapkan juga akan mendorong munculnya sikap positif dalam belajar.
Melalui pendekatan belajar seperti ini selain akan mampu membentuk manusia yang profesional, diharapkan juga akan mendorong munculnya sikap positif dalam belajar.
Siklus terbentuknya sikap positif
dalam belajar.Secara psikologis sikap positif ini diharapkan mampu menjadi sistem
nilai pada diri siswa, dan melalui ketuntasan belajar, kapasitas belajar
(learning capasity), dan kreatifitasnya akan berkembang menumbuhkan etos kerja
dan rasa percaya diri atau self confident
dalam melakukan kegiatan produksi.
5. Pendekatan Pembelajaran
Kegiatan belajar Mengajar diarahkan
untuk membentuk siswa yang profesional dan produktif dengan mengedepankan
pengembangan (kognitive skill, Psikomotorik Skill, dan Afective skill) serta
personal skill sesuai dengan karakter dan tuntutan kompetensi. Pelaksanaan
proses pembelajaran diorganisir secara bertahap dengan memperhatikan tingkat
perkembangan dan kemampuan siswa serta tingkat kesulitan/kompleksitas
kompetensi (mulai dari yang kongkrit menuju pada yang abstrak). Untuk
memperoleh efisiensi, pengorganisasian belajar dapat dilakukan secara
berkelompok (group) atau individu.Pengorganisasian ini dirancang dengan
mempertimbangkan potensi individu siswa, daya dukung, dan perubahan perilaku
yang diharapkan terjadi pada diri siswa.
Layanan guru kepada siswa diberikan
secara individual sesuai dengan tingkat kebutuhan masing-masing siswa.Dari
dimensi pembelajaran berbasis produksi, ada dua komponen utama yaitu tentang
kompetensi bidang pertanian, dan metodologi pembelajaran pertanian.Ditinjau
dari kompetensi kejuruan pertanian, seorang guru harus mampu mentransfer
kompetensi dan teknologi yang berkembang dan dibutuhkan di dunia kerja sesuai
dengan ruang lingkup kompetensi yang dibutuhkan siswa.
Ditinjau dari metodologi/desain
pembelajaran, guru harus mampu menyiapkan kegiatan belajar yang dapat
menumbuhkan motifasi untuk berprestasi dan menjadi pelajar yang mandiri, mampu
bekerjasama dalam team, serta berani mengambil keputusan pada berbagai kondisi
dilingkungannya. Dari fungsi ini maka proses pembelajaran mengutamakan
bagaimana siswa dapat belajar secara aktif, sehingga mampu memberikan pemahaman
(understanding) dan penghayatan/penjiwaan terhadap perilaku yang ada pada
setiap kompetensi dan mampu bertindak sesuai prosedur, dalam menghasilkan
produk sesuai ketentuan standar, sehingga berkompeten.
6. Pola Penyelenggaraan
Dalam rangka mendekatkan kesesuaian
mutu tamatan terhadap tuntutan kemampuan kerja dan sikap profesional yang
dibutuhkan oleh lapangan kerja, maka pola penyelenggaraan pembelajaran
diarahkan menggunakan wahana unit produksi/Training Production Unit (TPU) yang
dikelola secara profesional.
Untuk mencapai efisiensi dan
memperoleh standar operasional prosedur yang tepat, sekolah seyogyanya
melakukan pengkajian dan pengembangan proses pembelajaran secara terus menerus,
sampai ditemukan pola pembelajaran yang paling sesuai dalam penyelenggaraan
PBM. Kesesuaian ini ditandai dengan munculnya reaksi positif pada diri siswa
dalam setiap tahapan belajar.
7. Evaluasi Keberhasilan Belajar Siswa
Evaluasi
Hasil belajar adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pembelajaran. Evaluasi tidak saja sebagai proses pengukuran dan
penilaian hasil belajar siswa, tetapi hasilnya juga untuk memberikan umpan
balik terhadap proses PBM. Pendekatan Evaluasi menggunakan Penilaian Acuan
Patokan, sedangkan strateginya adalah menggunakan eksternal Evaluation
(keberhasilan belajar siswa dinilai oleh pihak luar Depdiknas), melalui proses
verifikasi bukti hasil belajar siswa.
8. Sistem Pengelolaan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dirancang
dengan menerapkan prinsip magang (Apertenship Metodology) pada kegiatan
produksi, dengan menggunakan wahana TPU. Melalui pendekatan ini peran guru
adalah sebagai manajer kelas, baik dalam kegiatan produksi maupun dalam proses
pembelajaran. Siswa dalam hal ini secara aktif terlibat dalam proses produksi
sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Tahap awal (level 1) siswa akan
terlibat secara aktif dalam kegiatan produksi, terutama dalam tugas/pekerjaan
yang sederhana dan rutin dalam rangka pengembangan motorik skills/crafmenship.
Tahap berikutnya (level2) peran siswa dalam kegiatan produksi sudah mulai
meningkat, selain mengerjakan pekerjaan yang sifatnya motorik dalam rangka
pemutahiran kompetensi dasar, juga pekerjaan yang sifatnya mnajerial, problim
solving dan pengambilan keputusan pada setiap tahapan kerja.Kegiatan ini
merupakan wujut aplikasi dari penguasaan konsep dasar budidaya.
BAB III
PEMBAHASAN
Sumber
daya Indonesia yang paling berharga adalah Ketrampilan dan keahlian
bangsanya. Best practice dan
pelatihan menjadi aspek penting didalam menyongsong globalisasi. Meningkatnya
persaingan global maupun regional yang akan dihadapi Indonesia,membutuhkan
tingkat pelatihan ketrampilan kejuruan yang memadai dengan materi tentang
metode yang baik (best practice) dan
berkualitas. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan
berkembang kearah perekonomian global, sehingga perusahaan dan industri
dituntut untuk mampu bersaing di pasar regional maupun pasar global. Oleh
karena itu Indonesia harus mampu mengelola dan mengembangkan berbagai sumber
daya yang ada dengan baik. Karena itu perlu adanya nilai tambah, yaitu dengan
jalan meningkatkan ketrampilan dan keahlian generasi muda yang akan memasuki
dunia kerja.
Peningkatan
kualitas keahlian dapat diujudkan dengan cara meningkatkan kualitas kerja dan
operasional pelaksanaan unit produksi di Prodi Pendidikan Tata Boga. Unit
produksi dapat dijadikan sebagai dasar pelatihan baik praktek teori yang
langsung diselaraskan dengan realita dan kenyataan kerja di dunia industri, dan
dapat pula dijadikan strategi penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal
dan profesional dalam menghadapi era globalisasi.
1. Strategi Penyiapan SDM Global
a. Penyiapan
SDM global dapat dilaksanakan pada jalur pendidikan, pelatihan dan pengalaman
melalui unit produksi sekolah,
b. Kebijakan
pengembangan unit produksi peka dan okomodatif terhadap tuntutan dunia industri
baik nasional maupun internasional,
c. Nilai
nilai global (Peace, justice, human right, democracy, sustainable, development)
diajarkan melalui jalur pengembangan teori dan pengalaman,
d. Berbagai
perkembangan global dalam bidang peningkatan keahlian agar di integrasikan ke
dalam bentuk realita dan kenyataan pada dunia kerja dan dunia industri,
e. Prioritas
komunikasi di dalam unit produksi adalah bahasa Inggris. Sehingga posisi
pendidikan harus berada di atas Standar Nasioanal Pendidikan (SNP) dan budaya
bangsa harus diinternalisasikan ke dalam bentuk operational unit produksi
f. Mengadakan
perkembangan profesi
g. Menggalang
dukungan dari berbagai pihak yang terkait untuk dapat dijadikan mitra kerja dan
untuk mendapatkan pengakuan kualitas keahlian peserta didik,
Sistem
pelatihan yang dipacu oleh industri,.dapat menekankan pada tingkat ketrampilan
dan keahlian, dengan menerapkan sistem berbasis kompetensi banyak manfaat yang
diperoleh sekolah kejuruan, karena semua ketrampilan dan keahlian dibuat atas
dasar kebutuhan nyata industri. Adapun manfaat yan diperoleh lembaga adalah sebagai berikut:
a.
Kualitas keahlian yang diperoleh peserta
didik merupakan keahlian sudah memenuhi standar kompetensi yang dibutuhkan
ditempat dunia kerja, maka dunia industri akan menjamin dan mengakui akan
kualitas keahlian yang dimiliki peserta didik,
b.
Pembelajaran praktek yang diajarkan di
sekolah selaras dengan kualitas kerja dunia industri,
c.
Pengembangan standar kompetensi akan
memudahkan dalam penilaian ketrampilan dari setiap peserta didik,
d.
Standar kompetensi menjadi ukuran mutu
(bench mark) untuk sertifikat ketrampilan yang diberikan kepada peserta didik
e.
Adanya keselarasan antara on the job dan
off the job
2. Kemampuan Profesional yang Dituntut
di Era Global
a. Mempunyai
karakter yang baik
b. Mempunyai
kemampuan konseptual
c. Mempunyai
kemampuan sosial dilandasi dengan iman
d. Mempunyai
kemampuan tehnical dilandasi dengan pengetahuan tehnik
e. Mempunyai
kemampuan konstektual
f. Mempunyai
kemampuan komunikai yang baik baik dalam dan luar negeri
g.
Mempunyai kemampuan adaftif dan
antisipatif , dengan mempunyai kemampuan bekerjasama
h. Mempunyai
jiwa kewirausahaan, dengan bersikap dan berpikir mandiri, tidak pernah merasa
puas dan tanggung jawab
3. Persaingan dan Kerjasama di Era
Global
a. Kualitas
b. Produktifitas
c. Efisiensi
d. Harga
e. Layanan
f. Kompleksitas
4. Standar Keahlian Yang Diperlukan
Sistem berbasis kompetensi
menggunakan standar ketrampilan yang ditentukan oleh industri, yang dipakai
sebagai dasar penyusunan kurikulum, bahan ajar, pengujian dan
sertifikasi.. semua sertifikat harus harus berbasis pada standar
ketrampilan. Standar ketrampilan terdiri dari berbagai jenis, antara lain: Standarr
internasional yang berlaku di berbagai industri Karena industri tersebut
melaksanakan pekerjaan dalam konteks internsional, Standar
nasional yang diperlukan di sebagian besar wilayah Indonesia yang menunjukkan
kebutuhan lapangan kerja di Indonesia, dan Standar
regional atau perusahaan dipakai untuk memenuhi kebutuhan khusus
regional/daerah atau perusahaan tertentu.
A.
UNIT
PRODUKSI DI PRODI. PENDIDIKAN TATA BOGA
Unit
produksi adalah suatu proses kegiatan usaha yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan secara berkesinambungan, bersifat bisnis dengan para pelaku warga
sekolah, mengoptimalkan sumber daya sekolah dan lingkungan, dalam berbagai
bentuk unit usaha (produk maupun jasa) yang dikelola secara profesional. Unit
produksi merupakan kegiatan kewirausahaan di lembaga pendidikan maka dalam
pelaksanaannya harus dikelola secara bisnis dan dilembagakan dalam wadah usaha.
1. Tujuan Unit Produksi
·
Meningkatkan pelaksanaan kegiatan
praktek intra dan ekstra kurikuler.
·
Meningkatkan kualitas pendidikan agar
tamatan benar-benar merupakan tenaga kerja terampil dan layak kerja di dunia
usaha, sesuai bidang atau Program Keahlian masing-masing.
·
Meningkatkan kesejahteraan seluruh warga
pendidikan.
·
Meningkatkan pelayanan terhadap
mahasiswa.
·
Membantu meringankan pelayanan dan
operasional pendidikan.
·
Membantu pendanaan untuk pemeliharaan,
penambahan fasilitas dan biaya-biya pendidikan.
·
Menambah semangat kebersamaan.
·
Untuk mengembangkan sikap mandiri dan
percaya diri dalam pelaksanaan kegiatan praktik.
·
Mendukung pelaksanaan dan pencapaian
pendidikan seutuhnya.
·
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa
dan dosen untuk mengerjakan pekerjaan praktik yang berorientasi pasar
·
Sebagai wadah prakerin bagi mahasiswa
yang tidak mendapatkan tempat pelatihan.
·
Menjalin hubungan yang lebih baik dengan
dunia usaha/industri atau masyarakat lain atas terbukanya fasilitas untuk umum.
·
Meningkatkan kreativitas mahasiswa dan
dosen.
·
Menumbuhkan sikap profesional produktif
mahasiswa dan dosen.
·
Melatih supaya tidak tergantung dengan
orang lain
·
Mengadakan kegiatan intra, dan ekstra
kurikuler mahasiswa
·
Meningkatkan kualitas tamatan dalam
berbagai segi terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan.
2. Manfaat Unit Produksi
·
Manfaat Ekonomis
a. Meningkatkan
pendapatan instansi menuju kearah yang lebih mandiri
b. Menambah
sumber biaya operasional pendidikan praktik di kampus
c. Dapat
menambah jumlah fasilitas belajar mengajar di kampus
d. Meningkatkan
penghasilan bagi dosen dan karyawan
e. Menciptakan
lapangan kerja bagi warga instansi
·
Manfaat Edukatif
a.
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa,
dosen dan karyawan
b.
Meningkatkan keterampilan mahasiswa,
dosen dan karyawan
c.
Meningkatkan kemampuan berorganisasi
warga instansi dalam bidang usaha
d.
Melatih disiplin dan inisiatif
e.
Menambah intensitas belajar mahasiswa
f.
Dapat mengikuti perkembangan IPTEK
3. Jenis Unit Produksi
a. Café
laboga
b. Laboga
Patiserrie
c. Laboga
PKM
d. Café
Mahasiswa
4. Bidang Usaha Unit Produksi
- Unit
Usaha Catering Pesta dan Lembaga
- Unit
Usaha Jasa Catering
- Unit
Usaha Patisserie
- Unit
Usaha café mahasiswa
e. Restaurant
(tahap pembuatan)
B.
ANALISIS
SWOT
Analisis
SWOT merupakan salah satu analisis pilihan (strategic
choice) yang sudah sangat populer.Dalam
pembahasan ini dibahas mengenai
SWOT yang terdapat di Unit Produksi pendidikan Tata Boga.
1.
Kekuatan
(Strengs)
a. Kebutuhan
akan makanan yang tidak pernah habis, dan menjadi kebutuhan primer.
b. Berada
pada lingkungan mahasiswa dan dosen.
c. Bangunan
baru dengan konsep minimalis.
d. Peralatan
modern dan canggih.
e. Jauh
dari kebisingan dan polusi udara.
f. Pembelajaran
berbasis UP memberikan mahasiswa pengalaman dan kopetensi, sehingga lulusan
memiliki mutu yang baik.
2.
Kekurangan
(Weekness)
a. UP
belum dikelola dengan optimal dan profesional (pemasaran ataupun promosinya),
serta SDM belum tertata dengan sempurna
b. Kurangnya
kesadaran akan pentingnya unit produksi dan model pembelajaran PBE.
c. Kegiatan
unit produksi seyogyanya menyesuaikan dengan dengan pembelajaran (kurikulum)dan
berjalan efisien namun tetap
sesuai dengan target kompetensi yang diharapkan.
d. Tidak
adanya persamaan konsep pembelajaran berbasis unit produksi antar satu dosen
dengan dosen yang lain.
e. Kurangnya
dosen yang benar-benar memahami pembelajaran berbasis unit produksi.
3.
Kesempatan
(Oportunity)
a. Mata
kuliah praktek boga memerlukan dana yang cukup besar sehingga dapat mengurangi alokasi dana untuk investasi
dan pengembangan.
b. Menjadi
proyek percontohan pendidikan
c. Berani
bersaing dengan keunikan
4.
Ancaman
(Threat)
a. Akan
adanya perbedaan persepsi dalam bidang pengelolaan keuangan unit produksi
b. Penggunaan
metode pembelajaran yang berbeda untuk setiap dosen, sehingga tidak mendukung
program PBE.
c. Kurikulum dan mata kuliah yang sering direfisi, sehingga pemesanan produk
terhambat. Karena PBE harus disesuaikan dengan kurikulum.
d. Harga
bahan baku makanan yang semakin tinggi
dan persaingan bisnis yang meningkat
Berdasarkan
analisa diatas maka dapat diperkirakan posisi Unit Produksi sebagai persiapan penerapan
model PBE dalam kuadran SWOT, yang didasarkan atas proporsi jumlah butir
S-W-O-T dari setiap garis koordinatnya. Jumlah kekuatan ada 6 dan kelemahan ada
5, maka posisinya ada di (6-5)=1
pada garis kekuatan. Jumlah peluang
ada 3 dan ancaman ada 4 sehingga pada garis O-T berada pada (3-4)= -1 pada
garis peluang. Hasil perpaduan diatas diperoleh titik kordinat (1,-1) yang
memperlihatkan bahwa UP berada pada kuadran I. Dari posisi tersebut, terlihat
bahwa strategi yang cocok untuk merevitalisasi Unit Produksi sebagai persiapan
penerapan model PBE adalah dengan melakukan konsolidasi.
Diagram 1. Titik Koordinat SWOT (1,-1)
Berdasarkan
analisis SWOT tersebut dipatkan bahwa dengan titiik kordinat (1,-1) strategi
yang harus dilakukan dalam revitalisasi Unit Produksi untuk mempersiapkan model
pembelajaran PBE adalah dengan melakukan konsilidasi.
Konsolidasi adalah menyatukan
seluruh sumber daya, peluang dan kekuatan untuk memenangkan persaingan jangka
panjang.Memenangkan persainganberarti menjadi yang terbaik untukmenghasilkan
lulusan yang bermutu. Konsolidasi dilakukan dengan mengevaluasi
kondisi usaha dan kurikulum pembelajaran saat ini, diteruskan
dengan pengembangan strategi usaha jangka panjang, strategi tersebut
dibuat lebih terperinci dalam bentuk perencanaan dengan sasaran bergerak ke
jangka menengah dan panjang yang meliputi pengembangan sistem
manajemen agarperencanaan dan implementasi bisa sejalan, memberikan
perioritas pada pengembangan yang dilakukan secara terus
menerus, pengembangan pembelajaran dilakukansistimatis dan efisiensi menjadi
acuan prestasi.
C.
REVITALISASI
UNIT PRODUKSI SEBAGAI PERSIAPAN PENERAPAN MODEL PBE
Banyak
hal yang harus dilakukan untuk menyatukan seluruh sumber
daya, peluang dankekuatan untuk memvitalkan kembali unit
produksi, beberapa diantaranya perlumembenahi manajemen operasi, merubah paradigma
model pembelajaran PBE, membenahi terus kurikulum pembelajaran, inovasi produk dan
lain-lainnya. Perlu diperhatikan setiap aktifitas membutuhkan sumber
daya dimana dalam bisnis sumber daya selalu terbatas, hal
tersebut merupakan tugas manajemen untuk membuat perioritas,
memuntuskan bagaimana melakukannya, kapan dilakukan, siapa yang melakukan
bagaimana tahap-tahap pelaksanaannya.
Kegiatan
utama konsolidasi usaha adalah menetapkan tujuan dan sasaran unit
produksi, pembelajaran dan bisnis yang ingin dicapai, mengeksplorasi
masalah saat ini dan yang akan muncul dimasa datang dalam pelaksanaannya,
selanjutnya mencari solusi berbagai masalah tersebut harus untuk
dirangkai dalam program kerja yang terintegrasi sehingga bisa dikerjakan secara
konsisten.
Permasalahan dalam menetapkan sasaran unit produksi dan pembelajaran adalah :
Permasalahan dalam menetapkan sasaran unit produksi dan pembelajaran adalah :
1.
Menarik garis antara sasaran yang ingin
dicapai dimasa datang dengan kondisi unit produksi, pembelajaran dan lingkungan
saat ini, garis tersebut adalah sasaran antara atau tahap-tahap
pengerjaannya.
2.
Memperkirakan kondisi lingkungan atau
peluang dan tantangan dimasa datang sehingga sasaran yang ingin anda capai
lebih realistis.
Tahap
berikutnya menjalin program kerja dalam program konsolidasi
bisnis yang terdiri dari :
1.
Strategi jangka panjang
a.
Strategi pasar dan positioning
b.
Sasaran investasi atau kapasitas
operasional
c.
Sasaran formasi dan keunggulan SDM
d.
Sasaran pengembangan teknologi
e.
Sasaran posisi keuangan
f.
Hubungan relasi dengan industri
2.
Strategi jangka menengah
a.
Rencana mutu lulusan
b.
Rencana kedalaman produk
c.
Rencana investasi
d.
Rencana pengembangan SDM atau lulusan
e.
Rencana pengembangan teknologi
f.
Proyeksi keuangan
3.
Strategi jangka pendek
a.
Program investasi jangka pendek dan
pengembangan produk
b.
Pengembangan model pembelajaran
d.
Program peningkatan efisiensi dan
efektifitas operasional dan pembelajaran
e.
Program peningkatan kapasitas mutu
lulusan
f.
Rencana keuangan
D.
RELEVANSI UNIT
PRODUKSI DAN MODEL PBE TERHADAP MUTU LULUSAN
Pendekatan kompetensi
memfokuskan pada penghubungan strategi kegiatan terhadap usaha kerja
individu.Hal tersebut dapat memotivasi individu dalam mengembangkan kompetensi
yang dapat digunakan dalam berbagai situasi pekerjaan.Sebuah unit produksi,
lembaga-lembaga pelatihan dan pengalaman (assesment
center) didirikan guna meningkatkan kompetesi seseorang.
Menurut Surya Dharma (2002 :116) Proses perolehan kompetensi dapat diperoleh melalui :
Menurut Surya Dharma (2002 :116) Proses perolehan kompetensi dapat diperoleh melalui :
1. Recognition
Yaitu sebuah simulasi atau
studi kasus yang memberikan kesempatan peserta diklat untuk mengenali satu atau
lebih kompetensi yang harus dikuasai dan mengukur tinggi rendahnya kualitas
pekerjaannya sehingga peserta diklat dapat belajar dari pengalaman simulasi
tersebut.
2.
Understanding
Instruksi khusus yng
diberikan kepada peserta diklat oleh instruktur termasuk modelling perilaku apa
dan bagaimana yang harus di tenerapkan untuk memproleh sebuah kompetensi.
3.
Feedback
Suatu latihan dimana peserta
diklat dapat mempraktikkan kompetensi yang telah dimilikinya.
4.
Assesment
Merupakan umpan balik kepada
peserta diklat terhadap kompetensi yang telah dimilikinya.Cara ini dapat
memotivasi agar peserta diklat mau mempelajari kompetensi yang harus
dimilikinya sehingga mereka sadar terhadap kesenjangan antara kinerja aktual
dengan idealnya.
5.
Job Application
Peserta diklat menetapkan
tujuan dan mengembangkan tindakan spesifik yang dikembangkan setelah melalui
latihan.
Kelima langkah tersebut
diatas pada intinya memberikan gambaran bahwa sebuah perolehan kompetensi oleh
peserta diklat harus melalui langkah-langkah kerja yang simultan, yaitu dimulai
dengan perolehan pengetahuan dasar kompetensi yang akan dikuasainya, melakukan
praktik kerja guna memperoleh pengalaman kerja yang di awasi dan dinilai
langsung oleh instruktur, sampai pada akhirnya kompetensi tersebut dapat diaplikasikan
dalam pekerjaan sehari-hari.
Langkah-langkah tersebut
sesuai dengan tujuan diadakannya unit prouksi disekolah yaitu untuk
meningkatkan pelaksanaan praktek, melatih displin dan kepercayaan diri, melatih
keberanian mengambil resiko yang diperhitungkan dan peserta diklat terampil
dalam bidangnya.Menurut Syamsuri (2011) berdasarkan hasil penelitiannya, bahwa
kegiatan unit produksi khususnya yang berhubungan dengan peserta diklat program
teknik sepeda motor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upaya
peningkatan kompetensi siswa dengan besar pengaruh sebesar 69% yang tergolong
kuat.hal tersebut serupa dengan pendapat Prof. Mukhidin (2010) dalam
penelitiannya, bahwamanajemen pemberdayaan unit produksi berkontibusi positif
dan signifikan terhadap relevansi lulusan pada program studi keahlian teknik
otomotif, yaitu dengan koefisien korelasi sebesar 0,75 atau kontribusi sebesar
56,25%.
Dengan menerapkan
pembelajaran Production Based Education, mahasiswa dapat lebih memahami
kompetensi yang harus dikuasi, mengingat unit kerja yang diberikan merupakan
aplikasi langsung dari bisnis yang dijalani oleh lembaga pendidikannya.
Otomatis dengan terbiasanya mengerjakan unit kerja berbasis bisnis, dan dengan
penyesuaian kurikulum dengan dunia industry, hard skill yang dimiliki mahasiswa akan bertambah, sehingga mutu
lulusan pun akan bagus.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Unit
produksi dapat menjadi organisasi yang lebih menarik bagi siswa selain untuk
mendapatkan pengalaman tetapi dengan sedikit memperhitungkan tenaga kerja
sesuai dengan kemampuan unit produksi, sehingga mahasiswa lebih termotivasi
dalam mengelola unit produksi. Berdasarkan hasil pengamatan, pada dasarnya unit
produksi di Prodi Pendidikan Tata Boga sudah sangat bagus, karena sudah
dilengkapi dengan sarana dan prasaran yang sangat menunjang, sehingga memiliki
potensi untuk menerapkan model pembelajaran prodction based education (PBE).
Namun, unit
produksi yang terdapat didalamnya mengalami kemunduran dengan bergai macam
permasalahannya.Berdasarkan analisis SWOT untuk merevitalisasikannya dapat
dilakukan dengan dengan strategi konsolidasi, yaitu menyatukan seluruh sumber daya, peluang dan
kekuatan untuk memenangkan persaingan jangka panjang.
B. REKOMENDASI
Adapun
rekomendasi yang dapat diberikan untuk Prodi Pendidikan Tata Boga adalah
sebagai berikut:
1.
Mengupayakan pengembangan manajemen
pengelolaan unit produksi secara terus menerus, bertahap serta terprogram, dan
meningkatkan kemitraan dengan dunia usaha/industri.
2.
Membenahi sistem pembelajaran dan
menyamakan persepsi tentang pembelajaran PBE.
3.
Meningkatkan sosialisasi program unit
produksi secara konkrit, agar semua warga di dalam sekolah merasa saling
memiliki (sense of belonging) dan
secara bertahap tertarik untuk ikut berpartisipasi sehingga tercipta
pemberdayaan pontesi yang ada.
4.
Membina pengelola unit produksi yang
tangguh, jujur, dan ulet dalam berwirausaha, serta memberi wewenang dengan
otonom untuk mengelola produk-produk yang dapat dipasarkan.
5.
Meningkatkan kerja sama dengan dunia
usaha dan industri dengan berprinsip saling menguntungkan (mutual benefit).
6.
Senantiasa melibatkan unsur mahasiswa dalam
proses produksi yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan tuntutan
keterampilan dalam pekerjaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Analisis
SWOT Usaha Garmen.30 Juni. Tersedia online: [ 2010:file:///F:/SMESTER%201/VOCATIONAL%20EDUCATION%20&%20HR/ANALISIS%20STRATEGIS%20(SWOT)%20USAHA%20GARMENT%20%20%20Maju%20bersama%20UKM%20http%20%20%20binaukm.com.htm]
Erhard K. Valentin.2005.
Away With SWOT Analysis: Use Efensive/Offensive Evaluation
Instead. The
Journal of Applied Business Research.Volume 21, Number 2. Weber State University
No
name. 2011. Jurnal Akuntasi Keuangan.14 mei 2008. Tersedia online [http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2008/05/laporan-keuangan-konsolidasi.html]
Ranchman,
Nurdizal. 2011. Jaringan Usaha Kecil Indonesia:KonsolidasiBisnis. Tersedia
online: [http://www.usaha-kecil.com/tips_untuk_ukm.html].
Syamsuri,
Putra. 2011. Pengaruh Kegiatan Unit Produksi Terhadap Kompetensi Pada Mata Diklat
Produktif Paket Kahlian Teknik Sepeda Motor.Tersedia online: [http://putrasyamsuri.blogspot.com/2009/02/pengaruh-kegiatan-unit-produksi.html]
Utami,
Kartika. 2011. Kombinasi dan Konsolidasi Bisnis Internasional. Tersedia online
: [http://kartikautami27.blogspot.com/2011/03/kombinasi-dan-konsolidasi-bisnis.html]
Karya udah okey tambah lengkap lagi diberi foto by action siswa nambah oke
BalasHapus