UAS MATA KULIAH
FILSAFAT ILMU
S2 - 2012
1. Pengertian
filsafat?
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia dan philoshophos. Philos berarti cinta dan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Berdasarkan pengertian
tersebut seseorang
dapat dikatakan telah berfilsafat apabila seluruh ucapan dan
perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap
kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah. Filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yang
penuh kebijaksanaan, artinya,
seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif memperoleh kebijaksanaan.
Berfilsafat artinya berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak
terikat pada tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar
persoalannya.
2.
Gunanya mempelajari
filsafat ?
a.
Membiasakan diri
untuk bersikap kritis, logis, dan rasional, sehingga dapat beropini dan berargumentasi.
b.
Mengembangkan
semangat toleransi dalam perbedaan pandangan.
c.
Belajar cara
berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah dan membuka wawasan berpikir menuju
ke arah verstehen (penghayatan).
d.
Sebagai
alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
e.
Filsafat membantu agar seseorang
mampu membedakan persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
3.
Manusia mencari kebenaran?
Rasa ingin tahu, ingin
mengerti yang merupakan kodrat manusia membuat manusia selalu
bertanya-tanya.
Semakin jauh pikiran manusia maka semakin banyak pertanyaan
yang muncul, dan
akan semakin banyak pula usahanya untuk
mengerti. Kebenaran
bersifat tidak abadi, artinya sesuatu yang
pada suatu saat dianggap benar di saat yang lain dianggap tidak benar apabila ada kebenaran lainnya.
Ini semua terjadi karena dinamika manusia yang selalu bergerak dan ingin
mendapatkan sesuatu yang baru.
Berdasarkan scope
potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran adalah sebagai berikut :
b. Tingkatan
ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah
pula dg rasio.
c. Tingkat filosofis,rasio
dan pikir murni, renungan yg mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi
nilainya.
d. Tingkatan
religius, kebenaran mutlak yg bersumber dr Tuhan yg Maha Esa & dihayati
oleh kepribadian dengan integritas dg iman dan kepercayaan
4.
Kebenaran hakiki ?
Kenenaran hakiki adalah mutlak milik Allah, sesuai
dengan firman Allah di dalam Q.S 2
(Al-Baqarah:147) yang berbunyi :
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu”.
Berdasarkan
ayat tersebut dapat dipahami bahwa setiap kebenaran haruslah merujuk kepada apa
yang telah Allah firmankan kepada setiap manusia, sehingga jika ada suatu
konsep kebenaran lain yang diciptakan atau dirumuskan oleh seseorang ataupun
sekelompok orang diluar daripada ketetapan Allah, maka sesungguhnya konsep
tersebut akan tertolak. Sebuah konsep kebenaran yang tidak bersumber dari
ketetapan Allah (wahyu), merupakan hasil dari buah pikiran akal manusia yang
merunjuk kepada hawa nafsu.
5.
Kebenaran filsafat ?
Berfikir filasafati
berarti berfikir utk menemukan kebenaran secara tuntas. Analisis filsafati
tentang hakekat ilmu harus ditekankan kepada upaya keilmuan dalam mencari
kebenaran, yang terkait degan aspek moral, seperti kejujuran. Kebenaran adalah
satu nilai utama di dalam kehidupan human. Teori-teori kebenaran
fenurut filsafat. Teori
Corespondence: kebenaran
akan benar terbukti bila
ada kesesuaian antara arti yang dimaksud dengan objek yang dituju. Teori
Consistency Teori
ini merupakan suatu usaha pengujian
(test) atas arti kebenaran. Teori
Pragmatisme: teori ini benar
hanya jika manusia
berguna mampu memecahkan problem yang ada, artinya sesuatu itu benar, jika mengembalikan pribadi
manusia di dalam keseimbangan
dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Kebenaran
Religius : teori kebenaran ini
berasal dari tuhan, bersifat mutlak dan hakiki.
6.
Kebenaran ilmiah ?
Pada hakekatnya kebenaran ilmiah adalah sesaat
tergantung pada data-data hasil pengamatan yang ada pada waktu itu. Teori
ilmiah akan tumbang pada sesuatu waktu dan akan digantikan oleh teori baru. Kebenaran
ilmiah adalah kebenaran yang diperoleh dengan menggunakan metode tertentu yang
disusun secara sistematis sehingga kebenaran ilmiah tersebut memiliki
karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut
adalah sesuai dengan fakta, logis, terukur, objektif, dan bersifat universal.
7.
Kebenaran indrawi ?
Pada
umumnya manusia dalam menilai sekelilingnya berdasarkan informasi inderawi
seperti api, panas, batu, senjata, atau
pohon. Kebenaran yang diperoleh cenderung
bersifat kebenaran inderawi atau dapat
dirasakan oleh panca indra. Kebenaran indrawi
merupakan kebenaran yang yang paling sederhana, karena kebenaran ini hanya
melibatkan panca indra dalam mencari kebenarannya, pada umumnya
manusia dalam menilai
sekelilingnya berdasarkan informasi inderawi. Kebenaran
indrawi dapat dicari oleh semua orang dengan menggunakan panca indera
yang mereka miliki. Kebenaran inderawi kadang
menyesatkan, untuk mengatasi hal ini diperlukan penalaran atau berpikir untuk
menguji kembali fakta-fakta inderawi, sehingga kebenaran yang didapatkan dari
panca indra itu dapat digunakan sebagai kebenaran.
8.
Hubungan antara kebenaran
hakiki, filsafiah dan ilmiah?
Agama sebagai teori
kebenaran, ketiga teori kebenaran (kebenaran
ilmiah, fildafah dan indrawi) menggunakan alat, budi, fakta, realitas dan kegunaan
sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber
dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia dan mencari kebenaran
melalui panca indra yang mereka punya, dan menemukan kebenaran
tersebut melalui berfikir atau berfilsafat, lalu
untuk menguji kebenarannya maka diuji menggunakan metode ilmiah, barulah
didapatkan sebuah kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan kredibilitasnya.
Namun sebagai makhluk ciptaan tuhan, suatu kebenaran harus dikaitkan dengan
kebenaran hakiki (religi), dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan
koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Agama dengan kitab suci dan
haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
9.
Hubungan antara kebenaran
indrawi dan ilmiah ?
Kebenaran Ilmiah adalah kebenaran inderawi yang harus
diuji dengan nalar, oleh sebab itu memerlukan metodologi ilmiah dalam rangka
memperoleh kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah adalah titik masuk untuk berpikir
paradigmatik yaitu berpikir multi disiplin ilmu pengetahuan sebagai solusi
terhadap kompleksitas persoalan yang dihadapi manusia. Kebenaran ilmiah selalu
menjadi patokan tentang benar tidaknya suatu pengetahuan. Kebenaran indrawi
akan memunculkan rasa keingin tahuan lebih yang memaksa seseorang untuk
melakukan penelitian agar mendapatkan jawaban. Dalam proses penelitian
tersebut, secara tidak sadar orang tersebut sedang membuat atau menciptakan
ilmu baru. Dengan kata lain, melalui kebenaran indrawi maka akan muncul
keilmuan baru melalui proses pendekatan ilmiah.
10.
Proses terjadinya
pengakuan akan adanya kebenaran filsafiah dan ilmiah ?
Kebenaran
filsafat, yaitu jenis kebenaran
yang pendekatannya melalui
metodologi pemikiran filsafat, bersifat mendasar dan menyeluruh dengan model
pemikiran analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung
adalah absolute-intersubjektif. Berfilsafat berarti berfikir untuk
menemukan sebuah jawaban atau kebenaran. Hasil kebenaran dari berfilsafat,
kebenarannya perlu diuji kembali untuk mendapatkan hasil yang valid dan
reliable, sehingga dapat dipertanngung jawabkan kebenarannya. Pengujian
dilakukan dengan pendekatan ilmiah, karena menggunakan metode penelitian ilmiah.
Pada akhirnya dengan serangkaian proses ilmiah, kebenaran filsafiah akan
berubah menjadi kebenaran ilmiah.
11.
Kebenaran ilmiah itu
merupakan kebenaran relatif ?
Kebenaran
ilmiah diperoleh melalui prosedur baku di bidang keilmuan yaitu metodologi ilmiah. Kebenaran
ilmiah dapat ditemukan dan dicari dengan melakukan penelitian dengan pendekatak
ilmiah. Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian
ilmiah, artinya suatu kebenaran tidak mungkin muncul tanpa
adanya prosedur baku yang harus dilaluinya. Kebenaran ilmiah bersifat universal atau relative, karena
kebenaran ilmiah merupakan hasil konvensi dari para ilmuwan di bidangnya. Hanya
dengan demikian, kebenaran ilmiah dapat dipertahankan, artinya suatu teori yang dianggap benar suatu
waktu akan gugur oleh hasil penemuan baru.
Jika penemuan baru (yang menolak kebenaran lama) dapat dibuktikan
kebenarannya, maka kebenaran lama harus ditinggalkan.
12.
Penemuan ilmiah mengandung
resiko adanya anomali ?
Perkembangan
penemuan ilmiah ditandai dengan perkembangan IPTEK yang mengagumkan, yang telah membawa manfaat
luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Namun, pada sisi lain,
pesatnya kemajuan IPTEK
juga membawa pengaruh
negatif, contohnya adalah
perkembangan IPTEK memunculkan dehumanisasi dan dapat
melahirkan kecenderungan pengingkaran manusia sebagai homo-religousus atau
makhluk teomorfis. Dehumanisasi
terjadi sebagai akibat dari kemerosotan tata-nilai dengan menghilangkan kepekaan kepada
nilai-nilai luhur, seperti kebenaran, kebaikan, keindahan (estetik) dan kesucian.
Mereka hanya peka dan menghargai nilai-nilai dasar, seperti materi (pemilikan
kekayaan), hedonisme (kenikmatan jasmani) dan gengsi (prestise).
13. Penelitian
pengembangan dan penerapan ilmu
tidak terbebaas dari nilai etika ?
Terdapat pendapat bahwa dengan
mengaitkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada nilai-nilai dan
etika maka hal ini berarti menghalangi perkembangannya. Hal ini sebenarnya
tidak tepat, oleh sebab itu pintu untuk eksplorasi bukan hanya ada
satu-satunya. Kebebasan
akal manusia mencari pintu-pintu lainnya agar arah perkembangan dan penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi bukan ditujukan kepada pengerusakan bahkan
pembinaan keberadaan manusia di planet Bumi ini, tetap ditujukan kepada kemakmuran,
keamanan, kemaslahatan umat manusia. Ilmu dalam liputan iman dan taqwa bukan
menghambat perkembangannya, tetapi mendorong untuk mengetahui dan
mengeksplorasi alam demi kemaslahatan umat manusia. Menggapai ilmu adalah suatu
bentuk ibadah.
14. Filsafat
memandang alam semesta secara sinoptik ?
Filsafat alam adalah
filsafat yang berusaha untuk menjelaskan kejadian alam, sifat-sifatnya dan
hukum-hukumnya secara teoritis dan menyeluruh. Filsafat
alam adalah ilmu-ilmu eksakta, atau ilmu alam yang menjadi lawan dari etika,
metafisika dan estetika. Seperti yang
dijelaskan Aristoteles (384-322 SM) bahwa filsafat alam berbicara
tentang gerak, waktu dan tempat,
membahas tentang kehidupan dengan berbagai bentuknya, berisi tentang kejadian
benda dan kehancurannya,
dan membahas
studi ilmiah tetang binatang. Selain itu filsafat alam juga mencakup
Holyzoisme, yaitu teori yang memandang bahwa alam semesta adalah sesuatu yang
hidup dan berakal.
15.
Ilmu memahami alam
semesta secara analitik ?
Untuk mengetahui dan menganalisis suatu kejadian alam, seorang ilmuan harus menggunakan teori untuk
menelitinya. Berdasarkan teori-teori yang ia gunakan, seorang peneliti akan
melalukan serangkaian metode ilmiah berupa eksperimen untuk menguji kebenaran
fenomena alam tersebut. Jika teori itu dibenarkan oleh
eksperimen, maka teori itu diterima sebagai prinsip ilmiah, dan akan dianggap
benar sampai ada teori baru yang lebih baik dan lebih komprehensif yang
dikuatkan oleh eksperimen. Bila teori baru yang lebih komprehensif muncul, maka
teori lama jadi tidak berlaku lagi. Ilmu pengetahuan dapat
memberi manusia banyak informasi tentang sesuatu. Dengan memperkenalkan manusia
dengan hukum tertentu yang mengatur sesuatu, maka ilmu pengetahuan mampu
membuat manusia dapat mengendalikan dan memanfaatkan sesuatu, dan dengan
demikian ilmu pengetahuan memajukan industri dan teknologi, tentunya melalui proses analitik
(kuantitatif) perhitungan empiris dengan menggunakan dengan perhitungan
statitistik yang termasuk pendekatan deduktif yaitu dari abstrak menuju
konkrit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar