Nama : Mauren Gitta Miranti Syahrudin
NIM : 1104398
Jurusan : Pendidikan Teknologi
Kejuruan
Mata
Kuliah : Technical and
Vocational Curriculum Development
Dosen :
Prof. Dr. H. Ashari Djohar
UJIAN TENGAH
SEMESTER 2
1.
Karakteristik
pendidikan teknologi dan kejuruan
a.
Mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja
b.
Didasarkan atas kebutuhan demand-driven (dunia kerja)
c.
Hubungan dengan dunia kerja adalah kunci pendidikan kejuruan
d.
Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai- nilai yang
dibutuhkan dunia kerja
e.
Responsif dan antisispatif terhadap perkembangan teknologi·
f.
Menekankan pada learning by doing and hands on by
experience
g.
Memerkulan fasilitas mutakhir dan up to date
h.
Biaya operasionalnya besar
2.
Tenaga
professional
Profesionalisme adalah komitmen para profesional
terhadap profesinya. Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya
sebagai tenaga profesional, usaha terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan
keprofesionalannya. Tenaga professional adalah seseorang yang memiliki keterampilan,
yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan
tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yangbersangkutan
dengan bidang tadi, memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam
menganalisis suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat
serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan, serta memiliki sikap
berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan
lingkungan yang terbentang di hadapannya.
3.
Model
kurikulum
a.
Kurikulum
Subjek Akademik
Model
kurikulum subjek akademik ini adalah kurikulum yang sangat praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainnya. Kurikulum
subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan
mewariskan hasil-hasil budaya. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan. Orientasi pengembangan kurikulum ini adalah pada pengembangan
pengetahuan dari berbagi disiplin ilmu.
b.
Kurikulum
Humanistik
Model Kurikulum Humanistik menekankan pengembangan
kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang, antara perkembangan segi
intelektual, afektif, dengan psikomotor. Kurikulum Humanistik menekankan
pengembangan potensi dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan
peserta didik. Pembelajarannya berpusat pada peserta didik, student centered
atau student based teaching, peserta didik menjadi subyek dan pusat kegiatan.
Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama
dalam model kurikulum ini. Model kurikulum ini berkembang dan digunakan dalam
pendidikan pribadi.
c.
Kurikulum
Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi social, merupakan model kurikulum yang
lebih memusatkan perhatian pada problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat.
Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional.
d.
Kurikulum
Teknologi
Aliran ini ada kesamaan denga aliran
klasik yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi bukan diarahkan pada pelestrarian
ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi. Satu kompetensi yang besar
diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi yang lebih khusus dan akhirnya menjadi
prilaku-prilaku yang dapat diamati atau diukur.
Pada dasarnya
model kurikulum yang paling tepat untuk pendidikan kejuruan dalah kurikulum
yang berorientasi pada pencapaian penguasaan kompetensi siswa, dalam hal ini
adalah kurikulum teknologi. Pada dasarnya tidak ada kurikulum yang sempurna dan
paling bagus, antara satu model dan model lain memiliki keterkaitan satu sama
lain. Namun mengingat salah satu karakteristik pendidikan kejuruan adalah
memiliki focus pendidikan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada
kemampuan kerja lulusan, maka penguasaan kompetensi dan pengalaman kerja sangat
dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan DU/DI, sehingga model kurikulum yang cocok
untuk pendidikan kejuruan adalah perpaduan dari model kurikulum teknologi dan
subjek akademik
4.
Kurikulum
dan pembelajaran
a.
Perbedaan
Pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsir manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi capaian tujuan
pembelajaran. Sedangkan kurikulum dalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan.
b.
Persamaan
Pembelajaran adalah bagian dari kurikulum untuk mencapai proses dan produk
belajar yang diinginkan sehingga tujuan pembelajaran tercapai dalam kondisi
belajar yang paling menguntungkan.
5.
Karakteristik
kurikulum PTK
Karakteristik dasar dari
kurikulum pendidikan kejuruan menurut Finch adalah:
a.
Orientasi
Secara
tradisional kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi kearah proses
(pengalaman dan kegiatan di dalam lingkungan sekolah) dan produk (akibat dari pengalaman
dan kegiatan yang dibentuk pada diri siswa).
b.
Justifikasi
Kurikulum
pendidikan kejuruan didasarkan pada pemenuhan lapangan kerja tamanya di daerah
setempat.
c.
Focus
Focus
kurikulum pendidikan kejuruan tidak dibatasi kepada pengembangan satu pengetahuan
yang khusus.
d.
Standar keberhasilan disekolah
Standar
keberhasilan di sekolah berhubungan erat dengan kinerja yang diharapkan di
pekerjaan.
e.
Standar keberhasilan diluar sekolah
Perhatian
utama pendidikan kejuruan adalah produk atau lulusan dari kurikulum tersebut,
khususnya dengan menghargai kepada pekerjaan.
f.
Hubungan antar sekolah dengan masyarakat
Kurikulum
pendidikan kejuruan harus responsive dengan kebutuhan masyarakat, industri, dan
dunia kerja.
g.
Keterlibatan pemerintah
Keterlibatan
pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, ditunjukkan dengan
pengembangan dan monitoring dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan, serta pembinaan dan melakukan standarisasi
kelulusan Nasional.
h.
Responsive
Kurikulum
pendidikan kejuruan harus “responsif” terhadap perubahan teknologi di
masyarakat.
i.
Logistic
Mengadakan
sarana prasarana yang tepat, peralatan, pasokan, dan sumber pembelajaran.
j.
Pengeluaran
Investasi
implementasi kurikulum pendidikan kejuruan sangat besar.
6.
Merencanakan
kurikulum PTK
- Menetapkan proses pengambilan
keputusan
Dalam langkah
ini terdapat lima tahap perencanaan, yaitu:
1) Mendefinisikan
masalah dan mengklarifikasikan beberapa alternatif pemecahan masalah
Pada tahap
ini apabila suatu masalah dapat “didefinisikan dengan baik” maka pemecahan
masalah melalui alternatif yang mungkin dapat diidentifikasi dan
diklarifikasi.
2) Menetapkan
standar dari masing-masing alternative
Penetapan
standar akan membantu para pengambil keputusan untuk menentukan alternatif yang
paling mungkin untuk ditawarkan dan sumber daya apa yang perlu disediakan.
Standar akan membantu para pengembang kurikulum dalam penetapan dan
operasionalisasi dari program pendidikan teknologi dan kejuruan yang
berkualitas.
3)
Pengumpulan data yang berhubungan dengan sekolah dan masyarakat untuk
didampingkan dengan standar yang ada
Setelah
ditetapkan standar, data dapat diidentifikasi dan dikumpulkan untuk
masing-masing alternatif. Data akan dibutuhkan untuk dikumpulkan dari dua
sumber yaitu sekolah dan masyarakat.
4)
Analisis Data
Perencana
kurikulum harus dengan objektif menganalisis seluruh data dari standar yang
telah ditetapkan tersebut. Tahap ini dilakukan kegiatan merancang ; menyimpulkan,
menganalisis , dan mempersiapakn data dalam bentuk form yang dapat digunakan
pada saat pengambilan keputusan tiba. Situasi ini mungkin terjadi pada saat
tahap yang memerlukan data tambahan yang tidak bisa dikumpulkan, sehingga
ketetapan data harus dibuat untuk pengumpulan data sebelum seluruh data
dapat dikumpulkan secara penuh. Dan dianalisis secara akurat.
5)
Memutuskan alternatif mana yang dapat mendukung pada data
Tahap ini merefresentasikan tahap akhir dari
proses pengambilan keputusan. Beberapa alternatif dapat diabaikan seperti data
yang tidak layak atau menerima data yang layak yang dapat digunakan dalam
mengembangkan kurikulum. Dalam beberapa kasus, hanya satu alternatif yang
mungkin dipilih dari beberapa kemungkinan. Atau semua alternatif mungkin
dianggap tidak sesuai. Akan tetapi dalam kasus lain , semua alternatif dianggap
layak.
b. Mengumpulkan data dan mengakses data
yang berkaitan dengan sekolah
Proses untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan sekolah, yaitu :
1) Tingkat
droupout
Para
perencana kurikulum perlu memperhatikan tingkat droupout yang secara tidak
langsung menggambarkan kecenderungan minat dari peserta didik.
2) Ketertarikan
pada karir / jabatan pekerjaan
Untuk
menilai kecenderungan pada karir ini bisa dilakukan dengan cara melakukan
berbagai tes yang akan mampu menggambarkan minat/ kecenderungan peserta didik
terhadap bidang pekerjaan tertentu. Tes yang dapat dilakukan antara lain : standardized achievement test.
3)
Ketertarikan orang tua siswa
Keterlibatan
orang tua siswa menjadi hal yang penting dalam menentukan program pembelajaran
di sekolah. Ketertarikan tua akan
sangat mempengaruhi terhadap pemilihan program pendidikan bagi anak-anaknya.
4)
Keberlanjutan lulusan
Keterserapan
para lulusan di dunia kerja merupakan tujuan utama dari program pendidikan
teknologi dan kejuruan, oleh karena itu para perencana kurikulum perlu
memperhatikan faktor ini. Seberapa lama masa tunggu kerja lulusan dan seberapa
banyak lulusan terserap di dunia kerja
5)
Proyeksi pasar kerja masa depan
Para
perencana kurikulum perlu memperhatikan kecenderungan dunia kerja pada masa
yang akan datang. Kecenderungan ini akan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6) Penilaian
terhadap ketersediaan fasilitas
Fasilitas memegang peranan penting dalam
pendidikan kejuruan, dengan fasilitas yang memadai akan sangat menunjang
terhadap proses pembelajaran . Output lulusan yang ditujukan untuk bekerja
mengindikasikan fasilitas yang idealnya sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang
ada.
Masyarakat harus
mengetahui mengenai data sekolah agar tidak terjadi kesalahan informasi dalam
memilih sekolah. Selain itu fasilitas yang dimiliki, u daya tampung siswa, perstasi
akademik, institusi pasangan dan daya serap lulusan oleh industri menjadi
bagian yang harus dibuka oleh sekolah dan dapat diakses oleh masyarakat.
- Mengumpulkan data dan mengakses
data yang berkaitan dengan masyarakat
1) Keadaan
masyarakat
Yang
dimaksud perkembangan masyarakat di sini antara lain keadaan geografis dimana
sekolah tersebut berada, kecenderungan jumlah penduduk, dan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat,
2)
Arah dan proyeksi bidang ketenagakerjaan
Dalam hal
ini meliputi bidang-bidang pekerjaan yang muncul sesuai dengan perkembangan
ilmu dan teknologi.
3)
Keseimbangan “supply-demand” tenaga kerja
Perencana kurikulum perlu memperhatikan
faktor ini, dengan harapan jumlah lulusan yang dihasilkan disesuaikan dengan
jumlah pekerjaan yang ada sehingga tidak terjadi pengangguran.
4)
Trend dan tujuan masyarakat
Dalam menentukan arah kurikulum perlu kiranya
diperhatikan kebutuhan masyarakat dimana sekolah tersebut didirikan, sehingga
trend dan tujuan masyarakat dapat selaras dengan kurikulum yang akan
diterapkan. Disamping itu kebutuhan tenaga kerja secara regional maupun
nasional perlu juga mendapa perhatian, juga antisipasi terhadap bidang
pekerjaan yang akan datang dapat diprediksi oleh kurikulum. Sehingga pendidikan
benar-benar dibutuhkan masyarakat
7.
Langkah
kedua dalam mengembangkan kurikulum PTK “Menetapkan konten kurikulum”
a.
Menggunakan
Strategi-Strategi Konten/Isi Kurikulum
Strategi merujuk pada pendekatan
dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Strategi
pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaan,
mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik secara umum
berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran. Isi
program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam
kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi
jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang
studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang
maupun jalur pendidikan yang ada. Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum
menentukan isi atau content yang dibakukan sebagai kurikulum, terlebih dahulu
perencana kurikulum harus menyeleksi isi agar menjadi lebih efektif dan
efisien. Kriteria yang dapat dijadikan pertimbangan, antara lain;
1)
Kebermaknaan
Kebermaknaan
suatu isi diukur dari bagaimana esensi atau posisinya dalam kaitan dengan isi
materi disiplin ilmu yang lain. Konten kurikulum dalam wujud konsep dasar atau
prinsip dasar mendapat prioritas utama dibandingkan dengan konsep atau prinsip
yang kurang fundamental
2)
Manfaat atau kegunaan
Parameter
kriteria kebermanfaatan isi adalah seberapa jauh dukungan yang disumbangkan
oleh isi materi kurikulum bagi operasionalisasi kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan.
3)
Pengembangan manusia
Kriteria
pengembangan manusia mengarah pada nilai-nilai demokratis, nilai sosial, atau
pada pengembangan sosial.
Dalam Finch & Crunkilton (1984: 140) Beberapa strategi yang
dapat digunakan dalam mengidentifikasi isi kurikulum, adalah :
1) Pendekatan
DACUM(Developing
A Curriculum)
Pada sistem
ini, isi kurikulum digagas oleh para pengusaha atau pekerja dari industri dan
dunia usaha tanpa melibatkan personil sekolah sama sekali. Ini didasarkan pada
asumsi bahwa dalam penentuan isi kurikulum pendidikan teknologi diharapkan
memiliki relevansi yang tinggi dengan kebutuhan lapangan kerja.
2) Pendekatan
Fungsional
Pendekatan
ini didasari oleh asumsi bahwa anak didik yang belajar melalui pendidikan
teknologi dan kejuruan harus mempelajari fungsi-fungsi apa yang harus ada untuk
menjamin kelangsungan kerja suatu industri atau dunia usaha tertentu, dan
kemudian dijabarkan menjadi penampilan-penampilan (performance)
yang terkait dengan fungsi atau tugas tertentu.untuk dijadikan masukan bagi
perencana kurikulum.
3) Pendekatan
Analisis Tugas
Dalam pendekatan ini, isi kurikulum diambil
dari aspek-aspek perilaku dan persyaratan kerja tertentu yang dijabarkan
langsung dari deskripsi pekerjaan atau deskripsi tugas yang sudah ”mapan”.
4)
Pendekatan Filosofis
Secara praktis dapat dikatakan bahwa filosofi
adalah seperangkat keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang
kemudian mendasari segenap sikap dan perbuatannya. Dalam literatur banyak
sekali dijumpai pernyataan-pernyataan filosofi yang berkenaan dengan pendidikan
teknologi dan kejuruan dan dari pernyataan-pernyataan tersebut kemudian dapat
dijadikan petunjuk menentukan isi kurikulum.
b.
Membuat
Keputusan Konten Kurikulum
Proses
pengambilan keputusan isi kurikulum dapat dijabarkan menurut formula :
Potential
Curriculum Content – Constraints = Usable Curriculum Content
Potential
Curriculum Content (Potensi isi kurikulum) terdiri dari apa yang telah
ditegaskan berpotensi relevan pada siswa-siswa melalui satu atau lebih
strategi. Constraing (Batasan) pada sisi lain adalah faktor-faktor yang dapat
member batasan serius pada pengajaran dari isi tertentu. Usable Content (isi
yang dapat dipakai) adalah yang dapat berkontribusi dengan baik pada keuntungan
siswa, dan dengan batasan-batasan yang diberikan, dapat diajarkan.
c.
Mengembangkan
Goals dan Objectives dari Kurikulum yang Dikembangkan
Penetapan tujuan dan
sasaran kurikulum merupakan tahapan yang paling penting dalam pengembangan
kurikulum, karena merupakan titik finish sebuah pembelajaran hasil dari
kurikulum. Dengan adanya titik akhir maka keberhasilan sebuah kurikulum dapat
dievaluasi. Tujuan, mempunyai arti yang sangat luas (tidak dapat diukur sama
sekali). Tujuan harus bisa memberikan arah dan landasan bagi pengembangan
sasaran umum dan khusus. Tujuan harus bisa menjadi menjadi titik evaluasi
pelaksanaan kurikulum dan tujuan juga harus bisa basis pengembangan. Sasaran
dalam kurikulum ditentukan oleh ranah prilaku (Bloom), yang terdiri dari
kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga menjadi jelas tiap tahapannya.
Walaupun pada kenyataannya sangat sulit memilah-milah ranah tersebut.
8.
Langkah
ketiga dalam mengembangkan kurikulum PTK “ Mengimplementasikan kurikulum”
a.
Mengidentifikasi
dan Memilih Material Kurikulum
Materi kurikulum tidak boleh bertentangan dengan teknik atau
metoda mengajar. Satu pertimbangan perbedaan antara keduanya adalah karena
bahan-bahan kurikulum bersifat sumber daya terukur yang digunakan oleh guru
dan/atau para siswa, sedangkan teknik-teknik pengajaran sebagian besar untuk
pendekatan mengajar di mana sukses tergantung
atas ketrampilan yang profesional dari guru.
Dalam
Finch & Crunkilton (1984: 140) materi-materi kurikulum diklasifikasikan
dalam 3 kategori, yaitu :
1) Cetakan (Printed Matter)
Bahan
kurikulum jenis ini yanitu bahan yang dapat dibina secara komprehensip dan yang
dicetak di kertas. Contohnya yaitu: petunjuk, buku kerja, pamphlet, petunjuk
belajar, buku referensi, majalah, Koran, dan modul.
2) Audio Visual
Bahan
audio visual dapat termasuk melihat dan mendengar pada waktu yang sama,
walaupun tidak pada semua kasus. Bahan audio visual membutuhkan beberapa
peralatan tambahan, contohnya ketika kita menggunakan slide, maka
kita juga membutuhkanprojector. Contoh audio visual yaitu: gambar,
grapik, transparansi, filmstrip, poster, tape, perekam, film, rol film, video
tape, micro computer, dan internet.
3) Bantuan Manipulatif
(Manipulative Aids)
Bahan-bahan
yang termasuk alat bantu pembelajaran; Puzzle, game, model, bahan percobaan,
boneka, alat-alat pembelajaran (learning kits), pertunjukan, pelatihan,
simulasi.
b.
Mengembangkan
Material-Material Kurikulum
Pengembangan materi
kurikulum yang berkualitas tergantung dari beberapa faktor yang berdampak dalam
kualitas produk. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan
dalam mengembangkan materi kurikulum:
1) Ketersediaan dan Kebutuhan
Waktu
Mengembangkan
sebuah materi yang berkualitas akan memerlukan waktu yang cukup tinggi. Waktu
yang dibutuhkan tidak hanya dalam pengembangan produk saja, tetapi dibutuhkan
untuk proses pengetesan, revisi, pencetakan dan penyebaran hasil akhir. Jumlah
materi yang dikembangkan dan diperluas sebanding dengan kecukupan waktu yang
tersedia.
2) Ketersediaan Tenaga Ahli
Dalam
mengembangkan materi kurikulum keterlibatan tenaga ahli sangat diperlukan,
terutama dalam hal teknikal informasi, editorial, media, serta duplikasi.
3) Ketersediaan Dana
Salah
yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan materi kurikulum adalah
ketersediaan sumber dana, karena dalam mengembangkan kurikulum dibutuhkan biaya
untuk memberikan kompensasi kepada staf ahli yang
membantu dalam pengembangan,
membeli alat dan bahan
dalam membuat materi kurikulum, menduplikasi materi kurikulum, serta menyebarkan
materi dalam bentuk workshop.
4) Keputusan untuk
pengembangan materi
Pengembangan
materik kurikulum dapat dilakukan dengan cara pendekatan 4W, yaitu:
a) What dan why : dalam pengembangan
materi kurikulum kita bertanya kenapa kita harus mengembangkan materi tersebut
dan informasi apa yang tersedia dalam materi tersebut.
b) Who : dalam pengembangan materi
kurikulum kita harus orang berkompeten atau memiliki pengetahuan tentang materi
yang akan dikembangkan
c) When : Kapan materi tersebut akan
diajarkan.
d) Where : dimana materi tersebut akan
dikembangkan
5)
Target
Populasi
Dalam
pengembangan materi kurikulum pertimbangan tentang target audiens yang akan
menerima materi tersebut. Tingkat satuan pendidikan atau group yang akan
menggunakan materi tersebut, kecukupan dan kedalaman materi tersebut. Kemudian
wilayah pengguna materi secara lokal, regional atau nasional.
6) Daya Dukung
Kebutuhan
daya yang dimaksud dalam hal ini adalah fasilitas yang diperlukan dalam
mengembangkan materi kurikulum seperti alat tulis kantor, projector, mesin
photo copy, serta alat lainnya yang mendukung proses pengembangan materi
kurikulum. Selain itu harus ada dukungan dan pengawasan dari administrator
kejuruan.
c.
Mengembangkan
Paket Pembelajaran Individual
Pengembangan paket
pembelajaran secara individu dilakukan oleh seorang mulai persiapan rencana
pengembangan, menetapkan isi kurikulum, mengidentifikasi bahan-bahan kurikulum
yang dibutuhkan, meninjau ulang literature bahan-bahan, sampai membuat draft
pembelajaran. Pendekatan cara ini memiliki banyak keterbatasan terutama dalam
kualitas produk materi kurikulum yang dihasilkan.
d.
Evaluasi
Kurikulum
Menurut Tyler (1949)
Evaluasi kurikulum adalah upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi
pada hasil belajar (behaviour). Evaluasi terhadap pengembangan kurikulum perlu
dilakukan pada setiap tahap pengembangan kurikulum untuk berbagai jenjang
pendidikan. Beberapa dasar pemikiran yang mengacu ke arah kebutuhan evaluasi
tersebut adalah :
1)
Perubahan
kebijakan dalam sistem pendidikan nasional
2)
Kebutuhan
tenaga pembangunan dalam semua bidang
3)
Kondisi
sosial budaya yang khas
4)
Pengembangan
kurikulum muatan lokal
5)
Peranan
dan fungsi serta kedudukan guru atau tenaga kependidikan sebagai tenaga
fungsional
Tujuan evaluasi kurikulum adalah:
1)
Jangka Pendek
a) Meningkatkan efektivitas
kurikulum (derajat pencapaian tujuan)
b) Meningkatkan pengelolaan
kegiatan kurikuler (pemanfaatan tenaga, waktu, tempat, fasilitas, sarana,
biaya)
2)
Jangka Panjang
a) Melihat hasil yang dicapai
kurikulum dan dampaknya terhadap unjuk kerja lulusan
b) Dasar bagi pembinaan
mekanisme balikan, perbaikan, dan penyempurnaan pelaksanaan kurikulum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar